TBH 24 - Shouldn't Be Yuri

232 43 6
                                    


S H O U L D N 'T  B E  Y U R I

Original WriterㅡZumaseyo
PublisherㅡKeyralaws

Upacara pemakaman Yuri berlangsung keesokan harinya di tempat khusus rumah duka

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Upacara pemakaman Yuri berlangsung keesokan harinya di tempat khusus rumah duka. Ditemani Kwon Yul, Jiyong menerima belasungkawa dari para pelayat yang kebanyakan para petinggi perusahaan.

Mino dan Chaerin duduk berhadapan di salah satu meja tanpa ada percakapan, keduanya hanya diam menatap meja dengan pandangan kosong.

Irene dan Rosé membantu melayani para pelayat yang datang, menyajikan minuman dan membantu sebutuhnya. Sedangkan Choi Seunghyun berjaga di depan pintu menyambut para pelayat yang baru datang.

Kim Taeyeon?

Gadis yang bermata sembab itu hanya duduk meringkuk diam menatap kosong foto Yuri yang terpajang di upacara pemakaman. Matanya beralih pada Jiyong yang tengah menerima ucapan belasungkawa yang terus berdatangan.

Malang sekali Kwon Jiyong.

“Kau masih sanggup berdiri di sini? Pelayat masih banyak yang berdatangan, aku khawatir,” cemas Kwon Yul memperhatikan keadaan Jiyong yang hanya diam berwajah lemah.

“Aku harus menyelesaikan ini,” lirih Jiyong menoleh ke arah pintu.

Tampak Seunghyun mengiring ibunya yang datang ke upacara ini hingga di depan foto mendiang Yuri.

Ibu Seunghyun dan Taeyeon itu memberi penghormatan terakhir pada putri sahabatnya. Air matanya mengalir tidak mempercayai apa yang menimpa pada putri ceria itu.

Dibantu berdiri putranya, ibu Seunghyun menghampiri Jiyong dan Kwon Yul, saling membungkukkan badan memberi penghormatan.

Terdapat rasa sepi di mata Jiyong yang bisa ibu Seunghyun tangkap.

“Nak Jiyong...” ditangkupnya kedua pipi Jiyong dengan isakan. “Jangan merasa kesepian. Kau harus melanjutkan hidupmu. Jangan merasa sendiri.”

Berakhir dengan memeluk Jiyong yang tidak merespon apapun, ibu Seunghyun kembali diantar putranya yang memegangi kedua bahunya. Taeyeon bahkan tidak beranjak dari tempatnya, ia hanya mengamati apa yang ibunya, kakaknya dan Jiyong lakukan. Taeyeon hampir sudah tidak sanggup berdiri.

Benar, bagaimana bisa gadis yang semalam bercanda dengannya tiba-tiba meninggal tepat di depan matanya.

Selesai pemakaman, Jiyong menghentikan mobil di atas jembatan Sungai Han yang menyajikan pemandangan sungguh indah seperti malam ini. Cukup lama Jiyong duduk terdiam di dalam mobil.

Adiknya sudah meninggal.

“Coba lihat outfitku, bagus tidak?”

Itu adalah senyum terakhir yang bisa Jiyong lihat malam kemarin.

The Black HeartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang