"Saya gak suka ya kamu caper kayak tadi!"
Celine yang baru juga menutup pintu setelah mengantar teman-teman Dafa pamit sontak mendelik tak terima. "Bapak kalau ngomong jangan kurang ajar ya!" Celine benar-benar tersulut.
"Kenapa? Kamu tersinggung?"
Celine kembang-kempis, heran kenapa ada manusia macam Dafa di dunia ini. Lelaki seperti ini pantes nya dijeburin ke kandang buaya.
"Terserah Bapak aja lah, saya capek debat sama orang yang gak punya otak!" Tandasnya lalu melenggang dengan berani, setidaknya meskipun ia hanya baby sitter tapi ia juga punya harga diri.
Dafa terlihat menggeram emosi. "Saya bisa pecat kamu sekarang juga, jangan kamu kira saat saya biarin kamu bisa ngelunjak begini!"
Celine sontak menghentikan langkahnya, menoleh sengak kearah Dafa. Gadis itu marah, sangat marah. "Bapak kira saya takut dipecat?"
Dafa mengangkat sebelah ujung bibirnya. "Kalau begitu angkat kaki dari rumah saya, saya gak butuh bawahan lancang seperti kamu!" Dafa menunjuk pintu.
Celine menatap wajah Dafa dengki, sedang mengumpat dengan sarkas dalam hatinya. Tanpa diduga gadis itu berjalan, dan benar-benar pergi dari rumah itu. Harga dirinya tersayat mendengar hinaan kejam lelaki ini.
Dafa awalnya kaget saat melihat Celine sungguhan pergi dari rumahnya, tapi karena sudah kepalang gengsi lelaki itu membiarkan kepergian Celine. Lagian cuma kehilangan satu pengasuh tidak berharga untuknya.
Saat di depan pintu Celine berhenti, membuat Dafa tanpa sadar mengulum senyuman karena mengira gadis itu membatalkan niatnya.
"Untuk gaji saya beberapa hari ini, anggap saja itu biaya saya menumpang hidup di rumah ini." Lalu Celine membanting pintu.
Meninggalkan Dafa yang tercengang di tempatnya.
***
"Mamah mana? Aaaa Zee mau Mamah!!" Bocah berbalut baju tidur Doraemon itu guling-guling diatas kasur ngamuk.
Dafa yang tadi ingin menyelesaikan pekerjaannya jadi pusing karena aksi anaknya ini. "Nanti Papah cariin pengasuh baru buat Zee ya, yang lebih baik dari Kak Celine." Bujuk Dafa mengelus kepala anaknya.
Zee spontan berdiri, menatap marah Dafa. "Zee maunya sama Mamah!"
"Dia bukan Mamah Zee!" Tegas Dafa.
"Papah jahat! Zee marah sama Papah!" Zee menatap dengki Dafa.
"ZEE YANG SOPAN!" Bentak Dafa tanpa sadar.
Zee tersentak, baru pertama kali dibentak oleh Papah nya. Dafa yang menyadari tindakannya sendiri langsung menutup mulut, menatap Putranya yang sedang ketakutan.
"Zee--"
"Zee benci sama Papah, Papah jahat!" Lalu bocah itu menutup seluruh tubuhnya dengan selimut.
Dafa melenguh panjang, terlihat sangat frustasi. "Maafin Papah ya sayang." Lirih Dafa merasa sangat bersalah.
Kenapa ... semuanya jadi sekacau ini?
***
"Celine cepat panggil Ze--!" Dafa langsung mengatupkan bibirnya, gara-gara kebiasaan lelaki itu tanpa sadar melakukannya meskipun Celine tidak ada. "Fokus Daf, ngapain sih mikirin perempuan itu!" Decaknya lalu melenggang ke kamar Zee.
Dafa mendekati ranjang Putranya, jadi melenguh berat melihat Putranya yang masih menutup sekujur tubuh dengan selimut. Apakah Zee tidak pengap?
Dafa menyibak selimut Zee pelan, lalu mengelus kepalanya. "Bangu-- .. Zee?!" Dafa kaget, saat merasakan panas menjalar di telapak tangannya. Dengan panik lelaki itu menarik tubuh Zee untuk bangun, dan menggendongnya erat. "Zee kamu jangan bikin Papah khawatir, bangun sayang!" Guncang Dafa tapi tak ada tanda-tanda kalau bocah itu akan terbangun.
Karena sudah cemas luar biasa Dafa akhirnya memilih membawa Zee ke Rumah Sakit, selama perjalanan hanya terdengar ngigauan Zee ingin Celine kembali.
Dafa menahan napasnya.
Apakah sebesar itu arti kehadiran Celine bagi anaknya?
Setelah sampai di Rumah Sakit Zee langsung di periksa oleh Dokter, Dafa terlihat memias saat melihat selang infus dipakaikan ke tangan anaknya.
Beberapa saat setelahnya Dokter tersebut mengajak Dafa ke ruangannya, "Putra Bapak hanya demam, sebenarnya tidak bahaya. Tapi kalau terjadi jangka panjang maka akan berakibat fatal."
Dafa spontan menahan napas, merasa tak kuat mendengarnya.
"Sepertinya Putra Bapak terlalu banyak pikiran." Simpul Dokter itu tak ayal membuat Dafa kian merasa gusar sekaligus bersalah.
Ini semua karena ulah nya.
"Saya akan tuliskan resep obatnya, Putra Bapak bisa menginap semalam disini. Nanti kalau keadaannya sudah membaik boleh pulang."
"Baik terimakasih." Setelah membawa resep obatnya Dafa melenggang keluar. Lelaki itu terlihat sangat tertekan, bingung, dan frustasi.
"Aku harus cari Celine!" Putusnya bulat kemudian berlari keluar Rumah Sakit.
Kalau tau akhirnya akan begini, ia tidak akan nekad mengusir gadis itu.
***
Gadis berambut lurus itu kembali lontang-lantung, jadi gembel lagi.
"Ck sial amat sih nasib gue!" Celine memekik kencang tak peduli orang-orang yang melihatnya menganggapnya sakit jiwa. "Dasar Bos biadap, rasanya pengen banget gue smackdown congornya!!" Celine rasanya masih punya dendam kesumat pada Dafa, ia kira dulu Dafa adalah seorang yang berwibawa dan berpikiran dewasa, tapi nyatanya? Cuih!
Dafa lebih childish daripada bocah Paud.
Ckitt!
Celine sontak menghentikan langkahnya, melirik kearah mobil putih mengkilap yang baru berhenti disebelahnya. Perasaan Celine mulai tak enak, karena merasa tak asing dengan mobil ini.
Dan benar kan dugaannya!
Celine menatap orang yang baru keluar dari mobil itu dengan sedikit tak percaya. Bagaimana orang ini bisa menemukannya?
Lelaki itu tersenyum tak terbaca kearah Celine. "Udah puas kabur nya?" Ia menjeda sejenak ucapannya. "Calon istriku." Imbuh Jordi dengan smirk menakutkan.
***
TBC.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bukan Sugar Daddy(end)
Teen Fiction"Dek Kakak lapar nih, bagi rotinya dong." Celine menatap bocah laki-laki itu melas. "Kakak gelandangan ya?" ceplos bocah itu dengan tampang watados. *** Celine kabur dari rumah karena dipaksa perjodohan oleh keluarganya, berasal dari keluarga kaya n...