"MAMAAAAH!"
Celine tersenyum lebar melihat Zee yang berlari kearahnya, dengan cepat gadis itu berjongkok dan membuka lebar kedua tangannya mempersilahkan Zee masuk ke dekapannya.
"Cie kangen ya sama Mamah?"
Zee mengangguk-anggukkan kepalanya antusias bahkan sampai rambutnya terkibas-kibas, Dafa yang baru datang tersenyum tipis melihat kebersamaan dua orang yang paling dicintainya itu.
Cup.
"Gak kangen sama Papah?" Dafa mengecup pipi gembul Zee.
Bukannya senang kali ini Zee justru melotot sambil mengelap pipinya seperti habis kena kotoran, tentu saja melihatnya membuat Dafa mendelik sedangkan Celine terbahak-bahak.
"Papah apa-apaan sih cium-cium Zee, geli tau!" lagak bocah itu udah ngalahin pemain sinetron saja.
Celine makin sakit perut karena tertawa terus, Dafa tentu yang mencebik kesal.
"Oke deh gak ada mainan baru lagi mulai sekarang," Dafa menguap, menyeleweng gantian jual mahal. Mendengarnya membuat Zee kaget, dengan jurus seribu bayangan Zee langsung berlari mengejar Dafa, lalu meloncat-loncat dengan wajah paling unyu.
"Zee cuma bercanda kok, Papah memang paling debes!" Zee sedang berusaha membujuk.
Dafa membuang muka. "Kok ada suara tapi gak ada wujudnya ya?" Dafa sengaja mengerjai.
Membuat Zee langsung mencuatkan bibirnya, "Papaaaaaah!"
Dan Celine yang melihat keributan itu makin tak kuasa menahan tawa meledaknya, ah gila saja sepertinya perutnya benar-benar kram sekarang. Namun ada satu hal yang pasti.
Ia sangat bersyukur masih bisa merasakan momen bahagia ini lagi.
***
Grep.
"Minggir dulu dong Mas, ini aku lagi masak ih!" Celine yang sedang membuat nasi goreng itu berusaha menyingkirkan tangan Dafa dari perutnya tapi bukannya menyingkir pelukan lelaki itu semakin menjadi-jadi. "Maaaas.." geram Celine gregetan.
Dafa di belakang justru tengah tersenyum manis, "aku gak akan biarin kamu lepas lagi, sekarang kamu harus ada disamping aku terus." Bisik Dafa menghirup aroma shampo dari rambut Celine.
"Kok serem, Mas jadi kayak obsession." Celetuk Celine bergidik.
Dafa terkekeh geli, "aku seneng banget, banget, banget."
"Sampe tiga kali gitu ya bangetnya?" julid Celine sambil mematikan kompor dan menaruh nasi goreng yang sudah matang ke atas piring.
"Hm, bahkan jutaan kalipun aku sanggup."
"Dih kamu alay banget tau gak sih Mas." Cibir Celine justru membuat Dafa makin nempel.
"Kira-kira kapan ya enaknya kita bawa Zee ketemu sama Papah kamu?" tanya Dafa tiba-tiba.
Celine membalik badan, sekarang mereka berdua berhadapan. "Minggu depan aja."
"Kok lama banget, besok aja yuk."
"Gak!" mendengar penolakan sarkas Celine membuat Dafa jadi berdiri tegak dengan keheranan.
"Kenapa?"
Celine membuang muka. "Soalnya aku masih trauma disana."
Ekspresi Dafa jadi sedikit menyendu, memang perjalanan cinta mereka ini benar-benar penuh lika-liku. "Yaudah Minggu depan kita kesana," balas Dafa tidak ingin kekasihnya ini malah tertekan, ia paham kenapa Celine sampai trauma di rumahnya sendiri. "Tapi ngomong-ngomong gak ada yang mau kamu jelaskan ke aku?" tanya Dafa mendadak serius.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bukan Sugar Daddy(end)
Teen Fiction"Dek Kakak lapar nih, bagi rotinya dong." Celine menatap bocah laki-laki itu melas. "Kakak gelandangan ya?" ceplos bocah itu dengan tampang watados. *** Celine kabur dari rumah karena dipaksa perjodohan oleh keluarganya, berasal dari keluarga kaya n...