Perempuan itu memicingkan matanya saat melihat beberapa anak mulai berhamburan keluar sekolah, senyum penuh arti mengembang di bibirnya. Dengan perlahan Sela membuka pintu mobilnya, lalu berjalan tenang menuju sekolahan yang sudah mulai bubar itu, dirinya sengaja menunggu dari pagi sampai siang cuma demi hal ini.
"Halo Buk, apakah ada yang perlu dibantu?" seorang satpam mencegatnya, tentu saja dengan topi, kacamata, dan masker hitam yang dikenakannya ia tampak mencurigakan.
Sela melepas masker dan kecamatannya, melemparkan senyuman khas keibuan. "Saya mau menjemput anak saya, tapi saya belum pernah bertemu dengan dia sejak dia lahir karena saya bercerai dengan suami saya." Tanpa diminta ia membuat cerita sedih yang tentu saja membuat satpam itu langsung iba.
"Kalau saya boleh tau nama anak Ibu siapa?"
Sela hendak menyebut nama anaknya namun pas sekali Zee berjalan keluar sambil mengemut dot minumnya. "Ah itu." Tunjuk nya membuat sang satpam langsung menoleh ke belakang, melihat yang sedang ditunjuk adalah Zee satpam itu langsung percaya karena hampir semua guru dan petugas sekolah juga tau kalau Ayah Zee adalah duren sawit, duda keren sarang duwit. Kabar pernikahan Dafa memang belum tersebar luas.
"Oh Dek Zee, biar saya panggilkan—"
"Ah tidak perlu, biar saya saja yang kesana." Sela melemparkan senyuman kalemnya sebelum melenggang mendekati anaknya itu, siapapun yang melihat wajah Sela juga pasti langsung percaya kalau wanita itu adalah seorang yang keibuan dan lemah lembut.
"Zee."
Zee yang merasa namanya dipanggil melongok, dan seketika mendelik tajam. "Tante jahat ngapain kesini?"
Sela yang mendengar ucapan anaknya itu harus menahan rasa jengkel dan kesalnya. "Kata siapa Tante ini jahat?" Sela berjongkok dengan wajah dibuat sedih.
Zee merengut, "kata Nenek jangan percaya sama orang asing!" ujarnya fasih sekali menirukan ucapan Indah tempo hari.
"Loh kata siapa Tante ini orang asing? Tante adalah teman Papahmu." Jelasnya membuat Zee tanpa sadar menurunkan wajah garangnya dan berkedip lugu.
"Masa sih? Zee gak percaya!" ketusnya membulatkan bibir.
Sela diam-diam tersenyum miring, merogoh sakunya dan mengeluarkan HP nya, ia kemudian menunjukkan foto lamanya bersama Dafa membuat Zee melongo seketika. "Gimana percaya nggak?" tanyanya dengan lirikan penuh arti.
"Wah iya loh, ini Papah!" seru bocah itu tersenyum lebar menunjuk foto tersebut.
Sela mengangguk meyakinkan, "nah bener kan jadi Tante bukan orang asing."
"Tapi ngomong-ngomong Tante kenapa temuin Zee?" tanya bocah itu dengan polosnya.
Raut wajah Sela seketika tidak bisa menyembunyikan kemenangannya, diam-diam wanita itu menyeringai culas, "soalnya Papah Zee nyuruh Tante buat jemput Zee."
"Papah suruh Tante?" tanya Zee tak percaya, "tapi kata Nenek dan Kakek, Papah lagi ada pekerjaan orang dewasa."
"Ini rahasia jadi Papah Zee mau ajak Zee main di tempat itu tanpa sepengetahuan Nenek dan Kakek Zee." Bisik Sela memasang mimik wajah serius.
Tentu saja Zee dengan mudahnya terbujuk, "Mamah juga ada disana kan?!" tanyanya berbinar, Sela seketika mengepalkan tangannya mencoba tidak terpancing emosi.
"Iya, Mamah Zee juga ada disana."
"Kalau gitu ayo sekarang kita berangkat, Zee mau cepet ketemu Papah dan Mamah!" pintanya melompat-lompat senang.
Sela terlihat sangat puas karena rencananya berjalan dengan lancar, dengan cepat ia menggandeng tangan Zee keluar gerbang, dan saat mereka berpapasan dengan satpam tadi Sela langsung melemparkan senyuman seperti awal tadi, satpam itu tentu tidak curiga sama sekali apalagi saat melihat Zee yang sukarela ikut bersamanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bukan Sugar Daddy(end)
Teen Fiction"Dek Kakak lapar nih, bagi rotinya dong." Celine menatap bocah laki-laki itu melas. "Kakak gelandangan ya?" ceplos bocah itu dengan tampang watados. *** Celine kabur dari rumah karena dipaksa perjodohan oleh keluarganya, berasal dari keluarga kaya n...