Setelah pertengkaran hebat mereka, keduanya sekarang sama-sama tak ada yang mau mengalah. Dafa dengan ego nya dan Celine dengan harga dirinya.
"Mamah!"
"Shhtt apa kata Kakak tadi pagi? Kamu cuma boleh panggil Mamah waktu di rumah." Peringat Celine panik.
Zee mencebik. "Yah ... kenapa sih emangnya?"
Ya gara-gara BWAPAKMU itu!
"Soalnya memang begitu aturannya, Zee nurut ya sama Kakak. Kalo nggak nanti Kakak gak mau jadi Mamah Zee lagi." Celine memberi ancaman.
Zee mencuatkan bibir mungilnya lucu. "Yaudah deh Zee nurut sama Kakak."
Celine tersenyum cerah, "nah gini kan pinter!" Lalu mencubit hidung Zee, berhubung badan bocah ini gempal Celine gak pernah gendong Zee. Masalahnya badan Celine itu kurus kerempeng nanti takutnya mleyot.
Lalu keduanya berjalan beriringan menuju mobil jemputan.
"Zee seneng banget." Celetuk bocah itu tiba-tiba curhat.
Celine yang duduk disebelah nya menoleh, "kenapa?"
Zee tersenyum lebar. "Ada murid baru, dia cantik banget Kak!" Jelas Zee menggebu.
Celine spontan menyemburkan tawanya sampai meledak kencang, busyet dah nih bocil udah ngerti aja mana yang bening-bening.
"Trus?"
"Namanya Lula, kulitnya putih, matanya bulet, Zee pengeeen banget temenan."
"Yaudah ajakin temenan dong."
Zee seketika murung. "Dia gak mau."
"Loh kenapa?!" Kaget Celine.
Zee mencebik. "Katanya Zee endut, dia takut Zee makan jajannya." Celetuk Zee lugu.
Kali ini bukan cuma ketawa, tapi Celine sampai nangis bengek. Parah sih ini, masih bocil tapi udah body shaming. Tapi entah kenapa bukannya kasian Celine malah kudu ngakak lihat ekspresi lugu Zee.
"Zee mau kurus!" Ujar Zee penuh tekad.
Celine menggeleng tak habis pikir. "Yaudah-yaudah, nanti Kakak bantu Zee biar kurus. Zee nanti pasti ganteng banget!"
"Wah beneran Kak?!"
Celine mengangguk, mencubit pipi bulat Zee gemas. Kalau bocah ini kurus pasti ia akan merindukan lemak-lemak gemoy nya.
"Sudah sampai, Den." Sang supir memberitahu.
"Ayo turun!" Celine membantu Zee turun mobil lalu ikut keluar. Keduanya berjalan bergandengan masuk rumah.
Namun keduanya spontan berhenti di depan pintu saat mendengar suara berisik dari dalam. Celine mengernyit bingung, berbanding terbalik dengan Zee yang langsung antusias. "Pasti Paman Riski di dalem!" Serunya ingin berlari masuk tapi Celine keburu menarik kerah seragamnya.
Zee menoleh sebal. "Kenapa sih Mah?"
"Eh jangan panggil Mamah!" Peringat Celine panik.
Zee mencebik. "Kok gitu? Katanya tadi pas di sekolah Zee boleh panggil Mamah kalau di rumah?" Tanyanya ngamuk, merasa di PHP.
Celine meraup wajahnya frustasi. "Gini ya sayang." Celine berjongkok menyejajarkan tingginya dengan Zee. "Kamu boleh panggil Mamah selama gak ada orang lain."
"Kok gitu?!!"
"Karena memang begitu aturannya."
"Ih aturan-aturan mulu! Siapa sih yang buat aturannya?!" Dumel Zee monyong-monyong.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bukan Sugar Daddy(end)
Teen Fiction"Dek Kakak lapar nih, bagi rotinya dong." Celine menatap bocah laki-laki itu melas. "Kakak gelandangan ya?" ceplos bocah itu dengan tampang watados. *** Celine kabur dari rumah karena dipaksa perjodohan oleh keluarganya, berasal dari keluarga kaya n...