Sela hanya bisa mematung syok di tempat, menatap jajaran orang di depannya yang menatapnya dengan penuh dendam, jujur wanita itu merasa sangat terpojok sekarang.
"Kamu udah gak bisa kemana-mana lagi, semua sudut rumah ini sudah dikepung!" tandas Dafa dengan suara dingin dan penuh penekanan.
Sela makin kembang-kempis, tangannya mengepal penuh emosi. Dengan keberanian tinggi wanita itu justru tertawa gila, "kamu datang bersama polisi untuk menangkapku? Hahaha lucu sekali, aku adalah Ibu kandung Zee, IBU KANDUNGNYA!" pekik Sela dengan emosi luar biasa, ia tidak terima diperlakukan seperti penculik padahal ia hanya menjaga anak kandungnya.
Dafa mengeraskan rahangnya, benar-benar tak habis pikir dengan jalan pikiran wanita ini. "Kalau gitu kita tanya Zee saja apakah kamu Ibu kandungnya atau tidak." Ujar Dafa tenang membuat Sela jelas melotot. Zee saja tidak tahu kalau ia adalah Ibunya, melihat wajah panik Sela Dafa justru terkekeh mencibir. "Ibu kandung mana yang meninggalkan anaknya begitu lahir demi selingkuhannya dan menculik anaknya dari sekolah selama berhari-hari." Sarkas Dafa tajam.
Sela makin tidak bisa berkutik, hanya bisa menatap semua orang dengan emosi yang begitu membara. Dan sebuah senyuman misterius tiba-tiba terbit di bibirnya. "Aku akan buat kalian menyesal karena telah memperlakukanku seperti ini!" desisnya lalu tak lama berlari masuk ke dalam rumah dengan cepat, Dafa dan yang lainnya yang tidak menduga gerakan cepat wanita itu terperanjat kaget dan buru-buru mengejar Sela.
Sela berlari menuju kamar Zee, dan saat hendak membuka pintunya wanita itu langsung mengumpat karena lupa tadi ia sendiri yang mengunci pintu, dengan panik dan tergopoh-gopoh Sela membuka laci untuk mencari keberadaan kuncinya dan begitu menemukannya ia segera bergegas membuka pintunya namun saking tremor tangannya sampai kunci itu terjatuh, dan bertepatan dengan kedatangan Dafa dan semua orang. Sela menelan ludah, mundur sampai terpentok daun pintu.
"A-akku g-gaterima, AKU GAK TERIMA!" pekiknya menggila kemudian menggebrak-gebrak pintu yang masih terkunci tadi dengan kesetanan. "ZEE KAMU DENGER MAMAH? AKU ADALAH MAMAH KANDUNGMU, KAMU ANAK MAMAH KAMU—"
Bruk!
Sela terkulai ambruk tak sadarkan diri setelah Dafa memukul tengkuk wanita itu sampai pingsan, "jebloskan wanita gila itu ke dalam penjara!" titah Dafa begitu emosi dan Sela pun diseret pergi oleh para polisi.
Celine yang sejak tadi diam langsung bergegas mengambil kunci yang terjatuh tadi dan membuka pintunya, dan terlihatlah Zee yang masih meringkuk ketakutan dengan bahu bergetar hebat. Dafa dan Celine langsung berlari masuk dan berhambur memeluk Zee, segala syukur mereka panjatkan kepada yang Maha Kuasa.
"Zee ini Mamah, sekarang kamu aman." Bisik Celine tak bisa menahan air matanya.
"Ini Papah sayang, maafin Papah terlambat jemput kamu." Sahut Dafa dengan perasaan meluap sangat senang.
Zee secara perlahan mengangkat kepalanya, menatap semua orang yang ada di depannya dengan mata berkaca-kaca, dan tak lama tangis bocah itu meledak pecah.
"HUWAAAA ZEE KANGEN PAPAH SAMA MAMAH!"
Dafa dan Celine pun langsung memeluk bocah itu lagi, dengan lebih erat.
***
Celine mengelus lembut kepala Zee yang tidur di pangkuannya, tatapan mata Celine tidak bisa berbohong kalau perempuan itu masih merasa sangat sedih atas apa yang menimpa anaknya.
Dafa merangkul bahu Celine yang ada di sebelahnya, mengecup lembut pelipis istrinya itu. "Sekarang Zee sudah baik-baik saja, kamu tenang ya." Bisiknya menenangkan padahal dirinya sendiri juga sama traumanya, mungkin setelah ini Dafa akan menambah keamanan untuk Putranya itu.
Celine mengangguk dengan senyuman tipis, "anak kita kuat ya," lirihnya menatap sendu Zee.
Dafa jadi ikut memperhatikan Zee, bibir lelaki itu ikut tersenyum lembut. "Iya karena dia adalah anak kita."
Celine langsung mengalihkan pandangannya keluar jendela mobil, menahan matanya yang sudah mulai berkaca-kaca. "Aku Mamah Zee, sampai kapanpun." Gumamnya.
"Iya kamu Mamahnya, tidak ada yang lain." Balas lelaki itu dan memberikan kecupan hangat di kening istrinya.
Indah dan Cakra yang duduk di bangku depan hanya saling lirik dengan senyuman pengertian.
***
Zee terbangun dari tidurnya dan langsung mengedarkan pandangannya panik, begitu sadar sedang ada di kamarnya bocah itu seketika membuang napas lega, saat melihat keberadaan orang tuanya yang tidur mengapitnya ia segera memeluk erat Celine.
Celine yang merasa ada pergerakan dari sebelahnya mengerjap, melihat Zee yang sudah bangun senyum di bibir Celine langsung mengembang lebar. "Udah bangun dari tadi?" tanyanya.
Zee menggeleng, menyembunyikan wajahnya di ceruk leher Celine. Celine dengan lembut menepuk-nepuk punggung anaknya itu. "Kamu laper? Mau makan apa biar Mamah buatin." Tawarnya.
"Zee gak laper."
Celine langsung mengerutkan dahinya, lumayan kaget karena untuk pertama kalinya Zee menolak makan, ini adalah hal yang langka.
"Enghh ... loh kalian udah bangun dari tadi?" Dafa yang ikutan terbangun menatap mereka dengan wajah bantal.
"Barusan kok Mas."
Dafa mengangguk, mengecup kepala Zee sayang. "Kenapa hm, laper?"
"Zee gak laper, Zee gak mau makan!" tegas bocah itu menolak keras.
Dafa dan Celine jadi saling bertatapan dengan penuh heran, ini benar-benar sesuatu yang tidak pernah terjadi sebelumnya. Zee yang masih menempel di tubuh Celine makin mempererat pelukannya.
"Zee gak mau makan, gara-gara makanan Zee jadi dibohongi Tante jahat itu, Zee kapok!"
Mendengar curhatan anaknya mereka segera sadar kalau alasan Zee mogok makan karena ulah Sela, Dafa mengepalkan tangannya marah jika membayangkan apa yang telah wanita itu lakukan pada Zee.
"It's okay boy, Papah janji Zee gak akan pernah ketemu Tante jahat itu lagi, Papah akan selalu jagain Zee." Rayu Dafa lembut.
"P-papah bohong, pas Zee di kurung sama Tante jahat itu berhari-hari Papah gak datang tuh!" bantah bocah itu mulai sesenggukan, "d-disana Zee ketakutan, Zee gak mau makan dipaksa makan, Zee ngantuk disuruh main, Zee benci semuanya!" luapan emosi yang dilontarkan Zee cukup dimengerti Celine dan Dafa, pasti bocah ini merasa sangat trauma sekarang.
Celine langsung mengeratkan pelukannya, Dafa pun ikut memeluk Zee dari sisi sebelahnya. Mereka tidak bisa menyembunyikan raut sendu mereka karena sedih melihat keadaan anaknya.
"Maafin Papah dan Mamah yang gagal jagain Zee, mulai sekarang Papah dan Mamah berjanji supaya Zee tidak pernah mengalami hal seperti itu lagi."
Zee menggigit bibirnya, perlahan mengangkat wajahnya menatap Dafa dan Celine dengan pipi sedikit menggembung. "Yaudah Zee maafin."
Dafa dan Celine seketika tersenyum lebar, dan mengecup berkali-kali wajah bocah itu membuat bocah itu merengek kesal karena risih.
"Aaaa jangan cium-cium Zee, Zee udah gede!" ketusnya.
Bukanya berhenti Dafa dan Celine justru makin terus menciumi Zee membuat bocah gempal itu menjerit kencang.
Sedangkan Dafa dan Celine justru tertawa puas.
***
TBC.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bukan Sugar Daddy(end)
Fiksi Remaja"Dek Kakak lapar nih, bagi rotinya dong." Celine menatap bocah laki-laki itu melas. "Kakak gelandangan ya?" ceplos bocah itu dengan tampang watados. *** Celine kabur dari rumah karena dipaksa perjodohan oleh keluarganya, berasal dari keluarga kaya n...