42: Pertemuan Dua Keluarga

13.1K 1.1K 16
                                    

Suasana canggung dan kaku kencang berhembus di ruang tamu itu, lima orang dewasa yang saling berhadapan terlihat saling pandang mengamati. Celine melirik Dafa, dan Dafa yang melirik was-was Mamahnya yang sedang duduk berhadapan dengan kedua orang tua Celine.

"Ehem!" Desi berdehem nyaring membuat Dafa langsung melotot tegang, "sebelumnya perkenalkan, saya Desi Ibu Dafa." Sapa Desi dengan suara kalem, Dafa seketika mengendorkan pelototannya.

"Saya Cakra, dan ini istri saya Indah." Cakra memegang lengan Indah pelan, "sepertinya lebih baik kita langsung ke inti saja, soalnya saja tidak suka basa-basi." Jujurnya.

Desi mengangguk, "baik kalau begitu saya akan mulai, jadi tujuan kehadiran saya disini karena Putra saya berniat meminang Putri kalian, saya berharap kalian memberikan restu."

Cakra menyilangkan kakinya dengan posisi duduk tegap, "waktu itu Dafa juga sudah meminta langsung izin dari saya, jadi saya kira gak ada alasan buat saya melarang mereka."

Celine langsung merekah, ingin sekali memeluk Dafa kalau tidak ingat tempatnya sekarang, Dafa pun juga langsung tersenyum tak kalah lebar.

Desi menatap lurus kearah Cakra, nampak ada sesuatu yang janggal di wajahnya. "Terimakasih untuk izinnya, saya merasa terhormat bisa berbesanan dengan Anda."

Cakra membalas tatapan Desi, "tidak perlu segitunya, saya bukan siapa-siapa." Tanpa berniat sombong jauh di lubuk hatinya Cakra memang orang yang rendah hati.

Dafa sangat lega, jadi ini sudah selesai kan? Sekarang ia bisa tenang.

"Saya juga mau memberitahu kalian sesuatu," tiba-tiba Desi kembali berujar yang mampu membuat rasa tenang Dafa meluap hilang begitu saja, bukan hanya Dafa Celine pun juga langsung tersentak tegang.

"Apa?" kali ini Indah yang sejak tadi diam menyambar.

"Saya dan Celine sudah membuat perjanjian, kalau setelah menikah semua harta Celine akan dialihkan atas nama cucu saya, Zee." Jelas Desi dengan tatapan datar.

"MAMAH!" pekik Dafa syok bukan main, Celine pun langsung membekap mulutnya tak kalah terguncang, ia bahkan masih memikirkan cara terbaik untuk memberitahu keluarganya tentang masalah ini tapi kenapa Mamah Dafa justru membocorkannya.

"Apa?!" Indah mendelik tajam, "jangan-jangan tujuan kalian menikahi Putri saya hanya karena harta!" cecar Indah dengan suara meninggi, Dafa di posisinya langsung menutup wajahnya pasrah, hancur sudah ekspektasinya untuk hidup tenang dengan Celine, pasti setelah ini mereka akan diusir.

Desi tetap tenang di posisinya, "tidak, keluarga saya tidak semiskin itu."

"Lalu apa alasan Anda membuat perjanjian seperti itu dengan Putri saya?" kali ini Cakra angkat suara, perawakan lelaki paruh baya itu masih tetap tenang bahkan nampak tak menunjukkan ekspresi berarti.

"Karena saya trauma dengan mantan istri Dafa yang menyelingkuhi Dafa, jadi dengan cara ini saya yakin Celine tidak akan pernah berpikir untuk berbuat hal seperti itu kepada anak saya." Desi menatap Cakra dengan sorot dendam yang luar biasa, luka yang diberikan mantan istri anaknya memang masih sangat membekas di dadanya.

"Oh begitu?"

Dafa dan Celine spontan menatap Cakra kaget karena respon Cakra sesantai itu, berbanding terbalik dengan Indah yang tidak terima.

"Pah itu sama aja dia ngerendahin Putri kita, bagaimana kamu bisa santai begini!"

"Tenang Mah, bukankah kamu yang paling mengenal aku?" Cakra menenangkan istrinya, memberikan senyuman misterius yang langsung membuat Indah diam, ah Indah lupa kalau suaminya ini menjadi pebisnis ternama bukan tanpa alasan, melainkan karena kemampuan Cakra dalam membaca keadaan.

Bukan Sugar Daddy(end)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang