Dafa dan Celine bergegas pulang dari honeymoonya, bahkan saking paniknya mereka bahkan tidak sempat mengemasi barang bawaan mereka, karena yang paling penting sekarang adalah keselamatan Zee.
"Iya, cepat cari bagaimanapun caranya!" tegas Dafa sedikit membentak ke bawahannya dari telepon, Celine yang duduk di kursi sebelahnya segera mengelus tangan lelaki itu untuk menenangkannya.
"Tenang Mas, kita pasti bisa temuin Zee, pasti." Sugesti Celine berusaha menegarkan Dafa meskipun dalam hati perempuan itu sekarang sedang kalut tak karuan, tapi kalau sekarang ia ikut panik itu hanya akan membuat Dafa semakin khawatir.
Dafa menutup wajahnya dengan telapak tangan, lelaki yang biasanya tampak tegar itu kali ini terlihat sangat tak berdaya. "Bagaimana aku bisa tenang Cel, Zee ... anakku hilang," lirihnya dengan suara serak menahan sesak.
Celine langsung memalingkan wajahnya berusaha menahan agar air matanya tidak ikut keluar. "Kita pasti bisa temukan Zee, kita pasti bisa temukan anak kita." Ulang Celine bergumam seraya menarik kepala Dafa ke pelukannya, napas panas dan basah di lehernya membuktikan betapa hancurnya lelaki itu sekarang.
Celine memejamkan matanya, tangannya mengepal kuat dengan dada beergemuruh emosi. Ia bersumpah, akan memberi pelajaran orang yang berani menculik anaknya itu sampai tidak dapat dilupakan seumur hidup.
***
"Kok lama banget sih Tan, daritadi gak sampe-sampe!" gerutu Zee menatap keluar jendela mobil sebal.
Sela tersenyum lebar, "bentar lagi kita sampai kok." Balasnya.
Zee makin mencuatkan bibirnya, "dari tadi ngomongnya bentar-bentar mulu tapi gak sampe-sampe!" omelnya dongkol, merasa di PHP-in.
"Kamu makan camilan itu aja dulu daripada bosen." Sela menunjuk camilan dan susu yang ada di atas dashboard mobil. Melihat adanya makanan bola mata Zee langsung berbinar antusias, pokoknya bocah itu akan senang jika mendapat makanan apapun.
"Makasih ya Tan."
"Sama-sama." Anakku sayang, Sela hanya bisa melanjutkan kalimatnya dalam hati dengan seringaian kecil.
Zee langsung mengambil camilan itu dan memakannya dengan lahap, setelah haus ia kemudian menghabiskan susunya, dan hal itu tidak luput sedikitpun dari perhatian Sela.
"Hoooaaam! Kok Zee ngantuk ya," ceplos bocah itu menguap panjang, berusaha mengucek matanya tapi matanya tetap memberat.
"Kamu tidur aja nanti Tante bangunin kalau sudah sampai." Sahut Sela lembut, dan tak butuh waktu lama sampai kesadaran Zee hilang sepenuhnya.
Efek obat tidur itu sepertinya mulai bekerja.
***
"Pah Mah!"
Cakra dan Indah yang melihat kedatangan Celine dan Dafa segera mendekat cepat, ekspresi panik dan cemas tidak dapat disembunyikan dari wajah keduanya.
"Tolong jelaskan lebih rinci Pah, bagaimana bisa Sela menculik Zee." Pinta Dafa dengan napas memburu.
Cakra melenguh berat, "tadi sewaktu kami mau jemput Zee dari sekolahannya kata satpam disana Zee sudah dijemput oleh Ibu kandungnya, satpam itu tidak curiga karena Zee juga mau ikut secara sukarela." Mendengar penjelasan itu Dafa sponton memijit pangkal hidungnya yang berdenyut, melihat itu Celine dengan pengertian mengelus lembut punggung Dafa.
"Papah udah suruh semua bawahan Papah buat cari mereka, tapi sampai sekarang masih belum ada hasilnya." Imbuh Cakra justru makin menambah kepanikan Dafa dan Celine, sekelas Cakra saja kesulitan apalagi mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bukan Sugar Daddy(end)
Teen Fiction"Dek Kakak lapar nih, bagi rotinya dong." Celine menatap bocah laki-laki itu melas. "Kakak gelandangan ya?" ceplos bocah itu dengan tampang watados. *** Celine kabur dari rumah karena dipaksa perjodohan oleh keluarganya, berasal dari keluarga kaya n...