Chapter Seventeen (2)

1.2K 109 5
                                    

"Kami teman sekelas." Soobin membuka suara. Mengawali cerita saat dirinya masih duduk dibangku senior high school. Matanya menerawang jauh mengingat kembali kenangan lamanya untuk ia ceritakan pada Yeonjun.

Kala itu Choi Soobin yang hendak menemui kekasihnya di perpustakaan, tak sengaja melihat Choi Arin nyaris jatuh dari tangga lipat saat menggapai salah satu buku yang terletak dirak teratas. Kaki jenjangnya dengan otomatis melangkah cepat dan menopang tubuh Arin dari belakang. Menahan punggung Arin dengan dadanya.

"Eh?!" Arin memekik pelan dengan kepalanya yang menoleh ke belakang dan terkejut mendapati Soobin menolongnya. Tentu saja, Arin tidak segera menarik diri darinya. Matanya terpaku pada bola hitam kecoklatan milik Soobin. Saling bersitatap dengan wajah mereka yang hanya beberapa inci saja.

"Kau baik-baik saja?" Bahkan embusan hangat kala Soobin bersuara dapat Arin rasakan. Membuatnya semakin menganggumi pemuda yang menjabat sebagai ketua kelas dikelasnya. "Um, Arin-ssi?"

"Ya?"

"Kau tak apa?"

Mengerjap beberapa kali, lalu kembali memekik. "Eh?! Astaga. Maafkan aku, Soobin-ssi!" panik, Arin menarik dirinya dari Soobin dan buru-buru melangkah turun sampai ia tidak sadar ada anak tangga lainnya.

Brugh!

"Aw!" Arin meringis kala bokongnya mendarat lebih dulu menyentuh lantai perpustakaan.

"Hei, hati-hati!"

Namun rintihan Arin tergantikan dengan sebuah kekehan ketika mendengar peringatan yang terlambat dari Soobin.

"Aku sudah jatuh dan kau baru bilang hati-hati."

Dan Soobin ikut terkekeh, membuat lesung pipi yang Arin kagumi terlihat dengan kedua mata menyipit.

"Dasar ceroboh." Tangan panjang Soobin terulur pada Arin yang tergeletak mengenaskan di sana. "Lain kali, lihat tangganya dengan benar, Arin-ssi."

Tak membiarkan Soobin mengangkat tangannya lebih lama, Arin menerima uluran tangan Soobin sambil berkata, "Iya, terima kasih, ketua kelas."

Setelah kejadian hari itu, mereka berdua menjadi dekat. Arin menjadi lebih sering membantu Soobin, seperti membantu membawa buku-buku teman sekelasnya ke ruang guru. Ia bahkan mulai makan siang bersama dikantin setiap kali jam istirahat. Tidak, mereka tidak hanya makan berdua. Ada lelaki lain di sana yang kala itu Arin mengira lelaki berdarah blasteran tersebut adalah sahabat Soobin.

Hubungan ketiganya semakin dekat. Sampai ketika Soobin sadar bahwa Arin menaruh perasaan lebih dari sekadar sahabat.

"Lalu, aku memberitahunya."

"Memberitahu bahwa kau sudah punya kekasih?" Tangan Yeonjun terangkat dengan sebuah sendok mengayun ke arah mulut Soobin. Menyuapi sup hangat yang dibuat oleh Seojin. Yeonjun memutuskan untuk mendengarkan kenangan lama Soobin sambil sarapan.

Soobin mengangguk dengan mulutnya yang sibuk mengunyah dan kembali berbicara setelah menelan habis makanannya. "Iya, hyung. Aku mengaku bahwa aku menjalin hubungan dengan sahabatku."

Reaksi Arin kala Soobin mengatakan bahwa lelaki yang perempuan itu kira sahabatnya ternyata kekasihnya, persis seperti yang Soobin duga.

Arin hanya menggeleng tak percaya dan mengatakan bahwa Soobin melakukan itu agar ia tidak lagi menaruh perasaan padanya. Hari-hari berikutnya, Arin masih tetap mendekati Soobin sampai ketika Arin yang baru saja keluar dari toilet, melihat Soobin berjalan ke arah aula membuat Arin berinisiatif untuk mengikutinya. Namun, Arin menyesal mengikutinya karena ia melihat dengan jelas Soobin tengah berciuman dengan lelaki manis blasteran tersebut. Membuat ia sadar bahwa kalimat Soobin tempo hari benar adanya. Bahwa lelaki yang ia cintai adalah seorang gay.

Roommate; Yeonbin [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang