Chapter Eleven

1.4K 123 6
                                    

"Hahaha Soobin-ah, diam dulu sebentar!"

Choi Yeonjun mengucek pelan matanya. Ia terbangun dari tidurnya karena terusik mendengar suara perempuan di dalam apartemen.

Perempuan?

Mata Yeonjun melotot menyadari ada suara perempuan di dalam apartemen. Suara itu jelas bukan milik Seojin. Ia sangat hafal dengan suara Seojin. Lalu, siapa?

Buru-buru Yeonjun bangun dari kasur dan berjalan terhuyung keluar kamar.

"Hei, jangan menyentuh wajahku. Kau merusak make up-ku!"

Suara itu berasal dari kamar mandi.

Yeonjun berdiri mematung tepat di depan kamar mandi yang terbuka. Memandang Soobin bersama seorang perempuan tengah bersenda gurau. Wajah mereka berdua penuh dengan busa.

"Soobin-ah," panggil Yeonjun membuat suara tawa keduanya lenyap.

Mendadak Soobin terdiam dan memandang takut pada Yeonjun. "H-hyung——"

"Annyeonghaseyo!" Sapa Arin ramah, tak peduli dengan wajahnya yang penuh busa pembersih wajah.

Namun Yeonjun hanya merespon dengan mengangguk tanpa membalas senyum manis Arin, lalu kembali masuk ke dalam kamar.

Senyum Arin lenyap. Ia kecewa mendapat respon yang tak baik dari Yeonjun. "Soobin-ah, sepertinya temanmu tak suka aku di sini."

Soobin menggigit bibir bawahnya, merasa bersalah pada Yeonjun dan Arin. Ini salah Soobin karena membawa Arin masuk ke dalam apartemen padahal Yeonjun pernah berkata bahwa ia tidak boleh membawa perempuan masuk ke dalam apartemen dan hanya Seojin satu-satunya perempuan yang diizinkan masuk oleh Yeonjun.

"Uh, bukan begitu. Mungkin karena kita berisik dan menganggu hyung tidur, makanya hyung kesal."

Arin mengerucutkan bibir. Tak puas dengan pendapat Soobin. Jelas-jelas ia tahu kalau teman sekamar kekasihnya itu tidak menyukainya.

"Hei, Arin-ah, jangan dipikirkan. Aku yakin hyung hanya terganggu karena kita berisik. Sebaiknya, kita cepat selesaikan ini dan pergi."

"Ini salahmu, aku harus pakai make up lagi."

Soobin terkekeh gemas. Ia mengelus rambut Arin dengan tangannya yang terluka. "Tidak perlu, tanpa make up pun kau sudah cantik dimataku."

Arin mendecih dan memalingkan wajah. Tiba-tiba pipinya terasa panas. "Jangan menggodaku, aku masih kesal padamu."

Soobin hanya tertawa melihat Arin memukul dadanya pelan dengan kedua pipi yang memerah.

Setelah Arin membantu Soobin membersihkan wajahnya, ia meminta kekasihnya untuk keluar lebih dulu karena ingin berbicara pada Yeonjun.

Kepala Soobin menyembul dari balik pintu setelah mengetuk pintu kamar Yeonjun.

"Hyung," panggilnya pelan pada Yeonjun yang sedang memainkan ponselnya sambil berbaring.

"Apa?"

"Apa hyung marah padaku?"

"Tidak."

"Um, maaf. Aku sudah membawa Arin masuk tanpa izin." Yeonjun tak merespon. "Kalau begitu, aku berangkat ke kampus dulu, hyung." Kemudian menutup pintu kamar Yeonjun.

Menghela napas sebelum melangkahkan kakinya ke arah pintu utama, Soobin terkejut kala Yeonjun memegang tangan kirinya.

"Hyung,"

"Aku tidak suka kau membawa perempuan masuk ke sini."

Soobin mengangguk paham. "Maaf, tidak akan terulang lagi."

Roommate; Yeonbin [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang