Jantungnya berdebar cepat dengan kepala yang mulai terasa pening. Yeonjun menggigit bibir bawah bagian dalamnya sekuat mungkin. Tak peduli jika nantinya terluka.
"Aku kira, aku salah lihat. Yeonjunie semakin tampan." Kemudian tangannya dengan lancang mengusak rambut Yeonjun membuat tubuhnya semakin gemetar. "Bagaimana kabar ayahmu? Aku dengar, tua bangka itu sakit-sakitan sekarang."
"Hyung," lirih Soobin. Walau tidak tahu siapa wanita dengan pakaian mencolok dan tidak mengerti kemana arah pembicaraannya, Soobin merasa kesal dan marah ketika mendengar wanita paruh baya itu berbicara tidak sopan dengan mengolok-olok ayah Yeonjun.
Namun Yeonjun tetap diam. Mengunci bibirnya rapat-rapat dengan tangannya yang menggenggam erat tangan Soobin.
Pemuda manisnya jelas merasakan tangan Yeonjun yang bergetar hebat. "Take a breath, hyung," bisik Soobin ketika menyadari bahwa Yeonjun tanpa sadar menahan napasnya.
Kalimat Soobin berhasil menyadarkan Yeonjun. Ia mengatur napasnya.
"Hah, sialan. Kalau saja tua bangka itu tidak menceraikanku, kau pasti masih menjadi anakku 'kan, Yeonjun?"
Walau tidak sepenuhnya paham, setidaknya Soobin tahu hubungan wanita itu dengan Yeonjun. Ia menduga bahwa wanita paruh baya dihadapannya kemungkinan besar adalah ibu tiri Yeonjun, karena wajah wanita tersebut dengan wanita pada foto yang terpajang apik pada pigura yang berada di meja nakas Yeonjun jauh berbeda.
Setelah menahan mati-matian untuk tidak menanggapi mantan istri ayahnya, sebuah kekehan sinis lolos dari bibir Yeonjun.
"Ayahku membuat keputusan yang tepat. Karena pelacur sepertimu tidak pantas menjadi seorang istri."
"Apa? Sialan!"
"Sayang, hentikan!" Pria paruh baya yang sedari tadi diam saja, segera menarik kekasihnya .... Atau mungkin istrinya? Menariknya dari sana karena mereka sudah menjadi pusat perhatian.
Detik berikutnya, Yeonjun yang sedari tadi menahan kakinya yang lemas hampir jatuh jika saja Soobin tidak segera menahan tubuhnya.
"Hyung!"
"S-soobin-ah, tolong antar aku ke toilet," ucap Yeonjun dengan suara bergetar. Ia sudah tidak tahan untuk menahan rasa mual pada perutnya. Ingin segera memuntahkan seluruh isi makanan di dalam sana.
Soobin segera memapah Yeonjun berjalan ke arah toilet yang untungnya tidak jauh dari tempat mereka berada.
Di salah satu bilik toilet, Yeonjun segera memuntahkan isi perutnya ke dalam closet dengan tangan Soobin yang memijat pelan tengkuk Yeonjun.
Selesai memuntahkan isi makanan di dalam perutnya, Soobin segera membantu Yeonjun untuk duduk di atas closet. Mencoba menenangkan Yeonjun yang masih gemetar dengan keringat dingin disekujur tubuhnya. Warna wajahnya berubah menjadi pucat pasi.
"Soobin-ah, apa kau bisa menyetir?"
"Te-tentu saja, hyung. Ayo, kita pulang."
Soobin kembali memapah Yeonjun menuju mobil.
"Maaf, karena aku mengacaukan rencana hari ini, Soobin-ah."
Bahkan dikeadaan seperti ini saja Yeonjun meminta maaf.
***
"Nghh."
Samar-samar Soobin mendengar suara lenguhan Yeonjun yang berada di sebelahnya. Kelopak matanya segera terbuka dan merubah posisinya menjadi duduk.
Dengan raut wajah yang tampak khawatir, Soobin mengulurkan tangannya ke arah dahi Yeonjun. Menempelkan telapak tangannya di sana, sementara satu tangan lainnya ia letakkan di dahinya sendiri. Membandingkan perbedaan suhu tubuh keduanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Roommate; Yeonbin [✓]
Fanfiction[COMPLETED] Berawal dari kedatangan Choi Soobin di apartemen Choi Yeonjun, membuat pemuda itu berakhir jatuh cinta padanya. "Choi Soobin. Kau akan menjadi milikku!" - Yeonjun. Top; Yeonjun Bott; Soobin ⚠️ WARNING ⚠️ Mature Content! 🔞 NSFW 21...