Chapter Twenty Seven

941 124 104
                                    

ATTENTION!!

Guys, chapter ini aku tulis total 4000+ word, so please give me a feedback berupa vote dan comment!

Jangan komen lanjut doang, tanpa kalian komen gitu aku bakalan tetep lanjutin book ini sampai ending kok.

Aku lebih suka baca komen yang isinya ya tentang book ini, kayak "Yeonjun jahat banget" atau apapun itu, intinya masih tentang book ini. Kritik atau saran juga boleh dan kalau ada typo juga boleh dikomen kok, gapapa komen aja aku ga gigit, aku juga pengen kenal sama kalian😭😭😭

Buat yang siders juga, tolong muncul. Tolong belajar hargai karya orang meski aku tau fanficku ya biasa aja ga sebagus karya author-author lainnya, but please hargain!

Udah itu aja, maaf kalau terkesan marah-marah.

Karena chapter ini panjang, jadi bacanya pelan-pelan aja yaaa. Aku pake bahasanya juga gampang dimengerti dan pakenya itu itu aja, jadi semoga ga gumoh baca panjang banget🤧😂🤣

So happy reading!❤️

WARNING!

"Soobin... Choi Soobin adalah mantanku."

Kedua mata sipitnya semakin melebar. Menatap tidak percaya pada Kai. Sorot matanya mencari kebenaran pada bola cokelat kehitaman tersebut. Berusaha mencari tahu dan yakin jika yang Kai katakan tidaklah benar.

"Soobin mantanku, hyung." Kai kembali mengulang kalimatnya setelah melihat reaksi Yeonjun yang tidak percaya dengan apa yang ia katakan.

Kepalanya menggeleng setelah sadar bahwa Kai tidak sedang berbohong. "Tidak mungkin..."

Matanya masih menatap Kai tepat di kedua bola matanya. Sorot mata Kai mengingatkannya akan tatapan Soobin ketika ia memutuskan untuk pergi meninggalkan Soobin sendirian di apartemen.

Jantungnya bertalu semakin cepat kala mengerti arti dari tatapan yang Soobin berikan padanya sebelum ia memilih pergi bersama Kai.

Tidak salah lagi, Soobin pasti salah paham. Soobin pasti berpikir bahwa dirinya kembali pada mantannya.

Maka, detik berikutnya Yeonjun segera berdiri dan hendak pergi meninggalkan Kai, namun lengannya lebih dulu di tahan olehnya.

"Hyung, jangan pergi."

Yeonjun terdiam. Suara Kai mengingatkannya pada suara Soobin yang memintanya untuk tidak pergi.

Bagaimana bisa ia baru menyadari bahwa Soobin benar-benar memohon pada dirinya untuk tidak meninggalkannya?

Tanpa Yeonjun sadari, tangan Kai sudah melingkar diperutnya. Memeluknya dari belakang.

"Aku mohon, jangan pergi."

Yeonjun masih terdiam. Kepalanya masih dipenuhi oleh Soobin, Soobin, dan Soobin, sampai ia tidak sadar Kai sudah membuka kancing celananya dan tangannya masuk ke dalam sana.

"Aku rindu..." Kai mencium lembut tengkuk Yeonjun dengan tangannya yang perlahan mengurut kejantanan milik Yeonjun. "Aku rindu bermain denganmu, hyung." Menghirup aroma tubuh Yeonjun yang sangat ia rindukan.

"Huening-ah, hentikan—— ugh!" Yeonjun menengadahkan kepalanya kala Kai menjilat titik sensitif ditengkuk lehernya, membuat kejantanannya perlahan mengeras.

"Jangan pergi. Apa hyung tidak rindu padaku, hm?" bisiknya tepat di belakang telinga Yeonjun.

Suara Kai yang terdengar begitu sensual mampu membangkitkan gairah seksual Yeonjun. Meski kepalanya berkali-kali berkata bahwa ini tidaklah benar dan ia harus segera menghentikan apa yang Kai lakukan, namun semua sia-sia karena tubuhnya jelas tidak mengikuti apa yang diintruksikan oleh otaknya. Tubuhnya jelas merindukan sentuhan Kai yang hampir setahun tidak ia rasakan.

Roommate; Yeonbin [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang