Chapter Twenty Eight (2)

965 111 32
                                    

Hal pertama yang Soobin lihat ketika kelopak matanya terbuka adalah Choi Yeonjun tidur dengan mendekapnya.

Hal pertama yang Soobin hirup adalah aroma maskulin tubuh Yeonjun yang Soobin sukai.

Padahal baru semalam ia tidak tidur di sebelahnya, namun Soobin merindukan rutinitas mereka di atas kasur.

Tangan Soobin yang berada di atas dada Yeonjun bergerak mengarah ke arah wajah pemuda yang masih terlelap. Membelai pipinya sekaligus memeriksa suhu tubuh Yeonjun yang ternyata sudah kembali normal. Pemuda itu sudah tidak demam.

Pandangannya beralih pada jam beker digital yang berada di meja nakas. Jam baru menunjukkan pukul empat sore yang artinya ia tertidur selama empat jam.

Yang Soobin ingat sebelum dirinya terlelap di sebelah Yeonjun adalah ia mengganti perban dan mengobati luka dipunggung tangan Yeonjun dengan Yeonjun yang tak berhenti mengatakan kata maaf.

Dari sana, Soobin tahu bahwa sepertinya Yeonjun benar-benar merasa menyesal dan bersalah. Meski kalimat maaf masih belum cukup untuk membuat Soobin percaya pada Yeonjun. Ia masih membutuhkan waktu untuk kembali percaya padanya.

Jika dipikir-pikir, lucu juga. Selama beberapa bulan Soobin tinggal bersama Yeonjun, selama itu pula mereka saling menjaga satu sama lain. Seperti, Yeonjun dulu pernah merawat Soobin ketika tangannya terluka dan ia membutuhkan bantuan Yeonjun untuk menyuapinya makan, berpakaian, dan bahkan Yeonjun membantunya untuk mandi.

Soobin tersenyum kala ingatannya kembali pada saat bulan pertama ia tinggal di apartemen Yeonjun. Tersenyum kala ingatannya kembali saat Yeonjun membantunya mandi dan berakhir dengan menghujamnya di atas kasur. Kala itu Soobin merasa melayang di atas langit karena fantasi liarnya yang terus berada dikepalanya, terealisasikan.

Selain Yeonjun yang merawat Soobin, ia juga pernah merawat Yeonjun ketika pemuda itu mengalami mimpi buruk karena traumanya. Dan Soobin membantu Yeonjun untuk menghapus kenangan buruk itu dengan cara bermain. Soobin pikir cara itu tidak berhasil, tapi ternyata itu berhasil membuat Yeonjun tidak takut lagi untuk datang ke rumah ayahnya meski pemuda itu harus pergi ke sana bersama dirinya.

Selama beberapa bulan ia tinggal dengan Yeonjun, banyak yang telah mereka lalui. Saling menjaga, merawat, menenangkan, dan menyembuhkan satu sama lain. Banyak kenangan yang telah mereka buat meski baru beberapa bulan tinggal bersama.

Hal itu tentu saja membuat Soobin tidak bisa meninggalkan tempat penuh kenangan bersama Yeonjun begitu saja. Karena apartemen Yeonjun adalah tempat kedua ternyaman setelah rumahnya yang berada di Busan.

Maka, ia memutuskan untuk tetap tinggal di apartemen Yeonjun meski ia tidak tahu bagaimana hubungan keduanya untuk kedepannya nanti.

Ting Tong!

Soobin mengerjapkan matanya saat mendengar suara bel yang menyadarkan ia dari lamunan tentang Yeonjun.

Ia segera turun dari kasur kala bunyi bel kembali terdengar. Ia tidak ingin Yeonjun bangun dari tidurnya.

Sesampainya di ruang tengah, Soobin menyempatkan diri untuk melihat layar intercom dan ia terdiam ketika wajah Huening Kai ada di sana.

Terdiam sejenak dan berpikir apakah ia harus membukakan pintu untuknya? Tetapi untuk apa Kai datang ke apartemen Yeonjun? Apa masalah mereka belum selesai?

Pada akhirnya, Soobin membukakan pintu untuk Kai.

"Um, hai Soobin-ah?" sapa Kai canggung pada Soobin yang berdiri di ambang pintu.

"Hai, Kai."

"Um, apa Yeonjun hyung ada di dalam?"

Soobin mengangguk. Tanpa mengatakan apapun, ia sudah mempersilakan Kai untuk masuk ke dalam.

Roommate; Yeonbin [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang