Chapter Twenty

1.1K 104 24
                                    

"Maaf."

Setelah beberapa kali Soobin menghubungi dan membujuk Arin untuk bertemu, akhirnya perempuan yang masih berstatus sebagai kekasihnya menunjukkan batang hidungnya.

Kini mereka duduk disebuah bangku panjang yang berada di bawah gedung apartemen Arin.

Beberapa menit hening, akhirnya Soobin memberanikan diri untuk berbicara lebih dulu.

"Maafkan aku, Arin-ah."

Namun Arin masih mengunci mulutnya rapat-rapat dengan pandangan yang sudah mengabur. Saat ini ia tengah menahan air matanya. Belum siap untuk mendengarkan penjelasan Soobin mengenai perbuatannya satu jam yang lalu. Selain itu, ia juga belum siap mendengar Soobin berbicara tentang isi hati yang sebenarnya. Tentang siapa orang yang pemuda itu cintai.

Dugaan Arin benar. Soobin mulai menceritakan semuanya. Berawal dari meminta maaf karena menyesal telah menyetujui ajakan Arin kala perempuan itu mengajaknya untuk menjalin hubungan. Kemudian menceritakan tentang perasaan yang sebenarnya bahwa pemuda yang kini menatapnya dengan tatapan rasa bersalah mengaku kalau selama mereka menjalin hubungan, Soobin tidak pernah merasakan perasaan apapun pada Arin selain perasaan sayang seorang sahabat.

Detik itu juga, tetes demi tetes air mata kembali membasahi kedua pipi Arin.

"Maaf karena aku tidak bisa berubah seperti apa yang kau mau. Aku tetap menyukai sesama jenis."

Arin memejamkan kedua matanya. Kalimat Soobin terlalu menyakitkan untuk didengar. Walau sudah tahu hati Soobin untuk siapa, namun mendengar pemuda itu berkata jujur padanya membuat dadanya nyeri.

"Aku menyukai Yeonjun hyung. Aku mencintainya, Arin-ah. Sangat mencintai."

Kepala Arin menggeleng lemah. Ia tidak sanggup. Tidak sanggup mendengar Soobin secara gamblang mengatakan perasaannya.

"Cukup, Soobin-ah. Ini terlalu menyakitkan." Tangannya memukul dadanya sendiri. Berharap rasa nyeri di dalam sana hilang.

"Maafkan aku."

"Ba-bagaimana bisa kau tidak merasakan apapun padaku selama ini?"

"Aku tidak——"

"Bagaimana bisa kau me-menciumku tanpa melibatkan perasaanmu?"

Dan Soobin hanya bisa menundukkan kepalanya. Ia benar-benar merasa seperti seorang bajingan karena merebut first kiss seorang perempuan polos tanpa melibatkan perasaannya. Menciumnya berkali-kali tanpa rasa cinta. Untuk yang satu itu, Soobin merutuki dirinya sendiri dan tidak akan memaafkan dirinya atas perbuatannya sendiri.

"Ba-bagaimana bisa selama ini kau tidak membalas cintaku, Choi Soobin?"

"Maaf."

"Tidak." Tangannya menghapus cepat air mata yang terus saja turun. Kemudian bangun dari duduknya. "Aku tidak bisa memaafkanmu. Aku harus membencimu, bukan? Ya, benar. Aku membencimu, Soobin."

Nyatanya, Arin tidak bisa membenci Soobin sedikitpun. Arin tidak bisa membenci seseorang yang amat ia cintai sejak dulu.

"Aku membencimu." Arin mengulang kalimatnya untuk meyakini Soobin bahwa ia benar-benar membencinya.

"Aku membencimu."

"Aku membencimu, Soobin."

"Aku bilang, aku membencimu Choi Soobin!"

Choi Soobin terlonjak dengan bulir keringat menetes dari dahinya. Kemudian pandangannya turun pada kaos yang dipakainya. Lekuk badannya tercetak jelas dari kaos putih polos yang masih melekat dibadannya. Pakaiannya basah, padahal ada pendingin ruangan dikamar Yeonjun.

Roommate; Yeonbin [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang