Chapter Twenty Two

959 105 40
                                    

Keesokkan harinya, seperti yang sudah Soobin katakan bahwa ia dan Yeonjun akan belanja bulanan karena bahan-bahan makanan dan kebutuhan lainnya sudah habis. Maka, hari minggu ini mereka berdua memutuskan untuk pergi belanja di Lotte Mart.

"Apa lagi yang belum?"

Percayalah, siapapun yang lewat atau berada disekitar mereka, orang tersebut akan berpikir bahwa mereka adalah pasangan kekasih.

Pasalnya mereka begitu menarik perhatian dengan berjalan berdekatan sambil mendorong troli yang hampir penuh dengan belanjaan mereka. Selain itu, satu tangan Yeonjun tersimpan apik dipinggang Soobin, sementara pemuda manisnya sibuk memegang ponsel dan mencocokan belanjaan dengan daftar belanjaan yang diketiknya sebelum datang ke Lotte Mart. Membuat asumsi orang-orang yang melihat mereka berdua yakin bahwa mereka adalah sepasang kekasih, walau kenyataannya mereka hanyalah teman sekamar yang sering melakukan hubungan seksual tanpa terikat satu sama lain.

"Sepertinya hanya tinggal buah-buahan saja, hyung."

Mereka berdua segera berjalan ke arah tempat buah-buahan berada. Mengambil beberapa macam buah yang terpajang di sana dan memasukkannya ke troli, lantas pergi ke arah kasir. Namun langkah Yeonjun terhenti dan otomatis Soobin juga ikut menghentikan langkah kakinya.

"Kenapa hyung?"

"Sepertinya, ada yang kurang."

Kening Soobin menngernyit, lalu membuka ponselnya dan kembali mengecek belanjaan yang berada di troli dengan daftar belanjaan pada ponselnya.

"Apa yang kurang? Ini sudah semua, tidak ada yang tertinggal."

Yeonjun menggeleng cepat dengan kening yang mengerut. Ia tengah menghitung sesuatu di dalam kepalanya. "Bukan, benda itu tidak dimasukkan ke sana." Maksudnya adalah tidak tertulis dalam daftar belanjaan.

"Duh, di rumah tinggal berapa, ya?" lanjutnya, bertanya kepada dirinya sendiri dengan jemarinya yang bergerak seperti menghitung jumlah suatu barang.

"Apanya hyung?"

"Tiga atau empat, ya?" Yeonjun masih bermonolog, membuat Soobin berdecak karena Yeonjun tidak menanggapinya.

"Hyung!"

"Tunggu, tunggu. Aku sedang menghitung."

"Menghitung apa?"

Kepalanya memiring dan lanjut bermonolog. "Ah, sepertinya tinggal dua, deh. Benar, tinggal dua."

"Astaga, apa sih yang hyung hitung?!"

"Ayo," ajak Yeonjun, namun Soobin justru bersedekap. Masih kesal lantaran Yeonjun tidak memberitahu apa yang ia pikirkan sedari tadi.

"Aku tidak akan bergerak sebelum hyung bilang apa yang hyung hitung."

Dan Yeonjun terkekeh. "Kau akan tahu. Ayo ikut aku."

Namun Soobin tetap tidak bergerak. Kepalanya menggeleng cepat. "Tidak mau."

"Astaga, aku ingin membeli kondom, Soobin-ah."

Percayalah, Yeonjun mengatakan kalimat itu dengan intonasi suara yang tinggi, sehingga menarik perhatian beberapa orang yang berada di dekat mereka. Sementara Soobin membelalakkan kedua matanya dan menutup mulutnya sendiri. Lalu menunduk malu kala beberapa orang yang melihat ke arah mereka terkekeh.

"Hyung! Jangan berbicara keras-keras," bisik Soobin sambil memegang lengan Yeonjun. Ia sangat malu.

"Aku 'kan sudah bilang, ikuti aku. Tapi kau keras kepala, padahal nanti kau juga akan tahu."

Roommate; Yeonbin [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang