Tidak ada alasan khusus untuk mencintai, karena cinta tidak membutuhkan alasan untuk bertahan.
_Renata Agatha_
***
"RANIA!"
Pandangan Renata terangkat otomatis ketika ada yang menggaungkan identitas lamanya. Ia celingukan dan mendapati Devan tengah berlari kearahnya, kedua iris mahogani itu memperhatikan setiap inci tubuh Devan.
"Ih ganteng banget,"
"Kok gue baru lihat sih, kayanya bukan orang sini deh."
"Wuh... langsung seger nih mata gue." celetuk beberapa perempuan yang mampu ditangkap telinga Renata.
Iya, ka Devan emang ganteng. Dari dulu malah. Batinnya kagum, namun bibirnya menyunggingkan senyum miris.
Keringat yang membanjiri kening Devan, surai yang bergerak menggoda karena hembusan angin. Dan oh apa yang dikenakan laki-laki itu, kaos hitam tanpa lengan dengan celana panjang warna serupa. Simple namun tetap terlihat menawan, pantas saja banyak yang sekedar iseng melirik kearah laki-laki itu.
Susah payah Renata mengambil posisi berdiri. Namun baru saja tubuhnya ditegakkan, ia dikejutkan oleh kehadiran Devan yang sudah berdiri tepat didepannya. Alhasil kepalanya harus membentur dada bidang Devan, hingga tubuhnya terhuyung ke belakang.
"Argh!" Renata memekik terkejut.
Beruntung Devan dengan sigap menangkap dan menarik tubuh mungil itu kedalam pelukannya. Mendapat perlakuan yang begitu tiba-tiba membuat Renata terkejut bukan main, matanya membola sementara wajahnya terasa memanas. Rupanya hal itu saja tak cukup, karena hal selanjutnya membuat detak jantung Renata berubah layaknya lantai dansa yang diiringi dentuman musik hebat.
Dirasanya tangan Devan yang tengah memeluk tubuhnya posesif, ditambah lagi usapan lembut yang dilayangkan pada surai panjangnya. Susah payah ia mengumpulkan kesadaran agar tidak pingsan, karena terlalu gugup dan takut berada sedemikian dekatnya dengan Devan.
"Ka Devan?"
Devan diam tak menanggapi, karena terlalu sibuk menetralkan deru nafasnya.
"Ke... kenapa kakak kesini?"
"Saya mencari kamu."
Renata mengulur jarak, kepalanya mendongak hingga wajah keduanya saling bertemu. Dari jarak sedekat ini Renata mampu merasakan hembusan nafas Devan yang terasa hangat menyapa kulit wajahnya, meski keringat masih saja keluar dari kening laki-laki itu.
"Kenapa?"
Hidung Devan mengerut, kedua alisnya hampir bersentuhan.
"Apa?" tanyanya tak paham.
"Kenapa kakak kesini?"
"Tadi kakak yang minta aku pergi, tapi kenapa sekarang kakak kesini?" Renata menambahkan.
Terdengar helaan nafas berat Devan, untuk sesaat kedua kelopak mata lelaki itu terpejam.
"Maaf,"
Renata menggeleng cepat "Harusnya aku yang minta maaf, jelas-jelas aku yang salah. Gara-gara aku, kakak nggak bisa..."
Kalimat Renata terpotong ketika Devan kembali merengkuh tubuh mungilnya, dagu laki-laki itu bertumpu pada kepalanya. Membuat Renata mampu mendengar detak jantung Devan dengan jelas.
"Saya nggak akan membiarkan, gadis peace lili ini pergi lagi." bisiknya lembut, yang tanpa disadari memantik semburat merah pada pipi gadis yang ada dalam rengkuhannya.

KAMU SEDANG MEMBACA
RENATA (END)
General Fiction❗GANTI JUDUL ❗ Perempuan dianggap sebagai makhluk yang lemah, tak heran mereka sering menjadi target kejahatan yang dilayangkan orang-orang tak bertanggung jawab. Tak terkecuali dengan Rania Mahendra, gadis 17 tahun yang harusnya hidup dalam selimu...