5. Haalan

11.4K 990 16
                                    

Mentari kembali menyapa dengan senyumannya. Berbeda dengannya, kini Alexandra tengah gugup setengah mati. Tubuhnya terbalut indah dengan gaun panjang berwarna putih. Dandanannya yang sederhana tapi tetap terkesan cantik dan anggun. Bertambah cantik lagi, saat mahkota indah bertengger manis di kepalanya. Tangannya yang putih bersih itu sudah terhias cantik dengan seni Henna.

Yeah, hari ini dia akan menikah dengan pria bernama lengkap Azriel Xavier Altair. Dia berkeringat, tapi tidak mempengaruhi make up-nya sama sekali.

Dia berharap semoga sahabat-sahabatnya segera datang. Karena itu, dia tadi meminta kepada Azriel untuk menjemputnya secara pribadi.

"Lexa!!"

Alexandra pun lekas menoleh ke arah pintu kamarnya. Dia membuang nafas lega saat mendapati ternyata itu adalah mereka.

"Emma, Salma ... akhirnya datang juga."

Alexandra langsung bangun dan berjalan ke arah mereka, dan langsung memeluk mereka erat. Air mata menetes tanpa izin Alexandra. Dia tidak bisa tidak menangis hari ini. Pelukan mereka kian mengerat, melepas rasa rindu.

"Eh eh, udah ... sesek napas nih," ucap Emma merusak suasana.

Alexandra pun tertawa mendengar candaan Emma, kemudian melepaskan pelukannya.

"Wihh, cantik juga lo pakek beginian," ucap Salma.

"Iyalah, kalian aja nggak pernah merhatiin," sungut Alexandra.

"Ck, iya ... sombong amat," sungut Emma sarkatis.

"By the way, ijab qobulnya kapan?" tanya Salma.

Alexandra justru memanyunkan bibirnya kesal. "Nggak usah bahas itu, deh ...."

Emma justru menautkan alisnya bingung. "Lah kenapa? Kok lo kayak nggak pengen nikah gitu, Lex."

"Ya, siapa sih, yang mau nikah sama dia? Udah galak, istiqomah lagi," gerutunya kesal.

Emma dan Salma kian dibuat bingung oleh pernyataan yang diucapkan oleh Alexandra.

"Lo kok malah mempermasalahkan istiqomahnya dia, sih? Itu malah bagus, 'kan?" cerocos Emma.

"Ya, tapi ...."

"Yaudah, gue aja yang nikah," sela Salma tiba-tiba.

"Jangan dong."

"Kenapa?"

"Itung-itung bisa buat manasin si Katherine." Alexandra cekikan setelah mengucapkan itu.

"Yeee, lo mah gitu."
"Terus, Resepsinya kapan?" tanya Emma lagi.

"Nanti siang sampek malem."

"Lama banget?"

"Nggak tau juga." Alexandra menatap sahabat-sahabatnya.

"Nanti nginep, ya?"

"Hah? Wah, jangan-jangan kita ke sini pagi-pagi buat bantuin ibu-ibu yang masak di belakang."

"Ya, nggak lah, Beib ...," canda Alexandra dengan memanggil Emma demikian.

"Ck, berhenti lo panggil gitu ke gue!"

"Terus kenapa, Lex?" tanya salma menengahi.

"Gue mau ditemenin kalian pas ijab qobul. Pas ijab, gue nggak mau di kamar sendiri."

"Emang kita diizinin nginep sama ibuk?" tanya Emma.

"Udah kok, supirnya Mas El udah bilang ke aku."

"Cieee, manggilnya udah Mas El. Uwuuw ...."

"Ya Allah, pengen nikaaah," ucap Salma menjadi-jadi.

"Hush, sekolah dulu yang bener."

"Iya, Nyonya Altair."

"Oh iya, kalian di sini dijemput naik apa?" tanya Alexandra kepo akut.

Mereka yang ditanya justru cekikikan tidak jelas.

"Ihh, apaan?"

"Kami seneng banget hari ini," ucap Emma disertai tawanya.

" Seneng kenapa?"

"Sebenernya aku ada jadwal piket cuci piring pondok, loh." Dia membayangkan cucian piring kotor sebanyak itu, tapi dia justru berhasil lolos dari tugasnya.

Emma lagi-lagi cekikan nggak jelas.

"Hari ini aku juga ada jadwal masak, dan kita lolos dari tugas berkat kamu, Lex," ucap Salma.

"Dasar, Santri ugal-ugalan."

"Lah, emang situ bukan," ucap Emma menimbulkan gelak tawa.

•♥♥♥•

Jantung Alexandra berdegup kencang. Rasanya dia juga sulit bernapas. Mendengar kyainya yang tengah melafalkan ijab di lantai bawah. Suara itu menggema ke seluruh ruangan dengan bantuan sound.

"Huaaa, ini waktunya Mas Azriel untuk melafalkan qobulnya," batinnya.

"Qobiltu nikahaha wa tazwijaha bimahril madzkur."

[ "Saya terima nikah dan kawinnya dengan mahar yang telah disebutkan." ]

Suara itu terdengar lantang tanpa adanya kesalahan.

"Haalan."

Alexandra memejamkan matanya saat mendengar kata itu menggema, bahkan di kamarnya pun sama. Pada saat itulah, Alexandra telah resmi menjadi istrinya Azriel Xavier Altair.

Akhirnya Alexandra di bawa keluar dari kamar. Diiringi oleh kedua sahabatnya, dia tetap saja menunduk. Dia tidak berani menatap tetamu di sana, terutama kyai dan bu nyai yang memang sudah rawuh.

Badannya digiring untuk menuju ke arah suaminya. Dia pun mencium tangan dingin itu. Bertepatan pada itu, Azriel berserta pak kyai membacakan doa-doa untuk kelangsungan keluarga yang sakinah mawadah warahmah.

•♥♥♥•

Resepsi pagi ini akan di laksanakan sesuai adat-istiadat suku Jawa.
Setelah berganti gaun Alexandra kembali di arak untuk melaksanakan acara 'temu'. Acara ini adalah acara di mana mempelai wanita dan mempelai pria di pertemukan bak kekasih. Tunggu, mereka memang sungguh kekasih. Acara ini di laksanakan ketika mereka sudah sah, jadi tidak menimbulkan dosa apa pun.

Sementara di sisi lain, Azriel di bawa keluar dari tenda. Ini merupakan bagian dari acara temu. Tiba-tiba, Azriel disiram tepung dari belakangnya. Inilah adat istiadat santri pondok di area sini.

Azriel tentu hanya pasrah, ini memang yang harus ia jalani. Anggap saja, ini adalah pesta melepas status lajang.

"Woy, telurnya mana?!" ucap salah satu ustadz yang merupakan teman Azriel.

Belum selesai pada telur, Azriel kembali di siram oleh caos, air, tepung yang dikasih air dan masih banyak lagi. Setelah teman-temannya puas, Azriel di angkat untuk menaiki gerobak sorong yang lagi-lagi terdapat tepung di sana. Namun, jangan salah, Azriel sangat menikmatinya.

Alexandra yang melihat itu hanya menahan tawa. Azriel sudah tak berbentuk seperti Azriel. Setelah Azriel datang tepat di hadapannya, Alexandra langsung mencium tangan dingin itu lagi, kemudian pak kyai dan Azriel membacakan doa lagi.

Setelahnya, Alexandra menatap mata itu lama. Begitupun yang ditatap, mereka sama-sama menikmati. Hingga akhirnya Alexandra terkekeh melihat penampilan suaminya.

"Mas lucu," bisik Alexandra dengan tawa yang ia tahan.

Azriel yang mendengarnya malah mencoba untuk tidak tersenyum, meski akhirnya gagal. "Awas kamu nanti."

"Wooooo ...!!" sorak semua sahabat Azriel dan Alexandra.

"Duh, Mas Azriel udah nggak tahan buat malam pertama. Gaskeun, Mas Azriel!!" teriak seseorang dari jauh.

Azriel yakin, suara itu adalah suara Felix, sahabatnya.

"What?!? Malam pertama?" batin Alexandra.

Tbc

~ Boyong = saat ketika seorang santri memutuskan untuk pulang dan tidak berniat lagi untuk kembali ke pondok.

~ Rawuh = datang.

Next or stop?

Gara-Gara Wasiat [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang