15. Kepercayaan

6.1K 601 1
                                    


Hari ini kelas Alexandra sedang mengadakan latihan untuk pementasan acara haflah nanti. Hal ini membuatnya harus pulang terlambat. Namun, yang membuatnya kesal adalah sopirnya yang sangat lama menjemputnya.

"Assalamu'alaikum, Ukhti."

Alexandra yang merasa bahwa dia yang di sapa pun menoleh. Dia langsung berdiri saat melihat siapa yang telah menyapanya. "Wa'alaikumsalam, Pak Luqman."

Luqman tersenyum. "Kok di sini sendiri?"

Yeah, Alexandra sedang berada di gubuk yang memang telah dibangun di samping parkiran pondok putri. "Lagi nungguin jemputan, Pak," ucapnya sambil tersenyum.

Luqman lagi-lagi tersenyum. "Nggak sama Pak El memang?"

"Dia lagi keluar kota, ada urusan pekerjaan," ucapnya dengan gugup.

"Nggak ada temennya, ya?"
Alexandra dengan malu menggeleng.

Luqman menoleh ke kanan dan ke kiri. Celingukan mencari sesuatu.

Alexandra yang melihatnya pun dengan bodohnya mengikuti gerakan guru putra itu. "Nyariin apa, Pak?"

"Eh, Mbak!" panggilnya pada seseorang, bahkan lengannya juga ikut terangkat untuk memberi aba-aba, bahwa merekalah yang sedang di panggil.

Mbak-mbak yang merasa terpanggil pun hanya menoleh dengan tampang polosnya. Mereka berpikir, apa mereka yang dipanggil?

"Kesini, Mbak!" ucapnya lagi-lagi.

Dengan tergopoh-gopoh mereka pun datang kepada Luqman. "Iya, Pak?"

"Kalian lagi sibuk, ya?"

"Tidak, Pak."

Luqman tersenyum. "Tolong nemenin temen saya, ya? Dia nggak ada temennya di sini, kasihan kalo cuman sendiri."

Alexandra menaikkan sebelah alisnya. Apa dia tidak salah dengar? Apa dia benar-benar baru saja mengatakan bahwa Alexandra ini adalah temannya?

"Teman, Pak?" tanya salah seorang dari mereka sambil menunjuk ke arah Alexandra.

"Iya, dia temen saya. Kalau begitu, saya permisi." Luqman pergi setelah melempar senyum ke arah Alexandra yang masih melongo dengan ucapan Luqman.

                        •♥♥♥•

Alexandra merasa bosan karena seharian tidak mempunyai teman selain para pembantunya. Dengan gerakan malas, Alexandra membuka-buka akun Instagramnya. Dia tersenyum saat mendapati ada foto suaminya.

Di sana, bisa di lihat bahwa suaminya sedang serius dengan sebuah buku di pangkuannya. mungkin temannya yang sudah mengambil foto ini, dan diunggah di Instagram milik suaminya. Dia merasa yang penasaran pun melihat, siapa sajakah yang telah menekan tombol like pada postingan suaminya. Perhatian Alexandra tiba-tiba tertuju pada sebuah akun. Dengan cepat, Alexandra pun lekas menekan akun itu. Dadanya memanas saat mengetahui siapa pemilik akun itu.

Serasa belum puas atas hal tadi, Alexandra kembali mencari tahu tentang akun itu. Dada Alexandra terasa bergemuruh saat kembali mendapatkan sebuah foto di mana suaminya bersama wanita yang tidak ingin ia sebut namanya, sedang bersama minum kopi. Memang, suaminya tidak sendiri bersama wanita itu, tapi mengapa duduk mereka harus bersisian? Apa dia tidak berhak untuk cemburu?

Tiba-tiba dia menerima telepon dari Suci kawannya, yang juga merupakan asistennya.

"Hallo, assalamu'alaikum."

"Wa'alaikumsalam."

"Eh, Lex, maaf ngomongnya mendadak," ucapnya.

"Kenapa?"

Gara-Gara Wasiat [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang