Pintu mobil dibuka oleh sopir mereka. Mereka turun dengan begitu anggun dan berwibawa. Dengan serempak, pasangan muda itu telah mengenakan pakaian dengan warna yang senada. Azriel mendatangi Alexandra. Lengannya yang kekar menggait lengan Alexandra.Alexandra terus saja tersenyum. Ini adalah perjalanan Alexandra pertama bersama dengan Azriel. Tentu dia sangat antusias dengan perjalanan ini.
"Eh, El, akhirnya dateng juga," sambut seseorang berkemeja putih. Sepertinya dia adalah penggelar acara reuni ini.
Azriel mengangguk. Dia membalas jabat tangan dari pria itu. "Tentu, " ucap Azriel seadanya.
Entahlah, hanya perasaan Alexandra atau apa, tapi, nampaknya Azriel sama sekali tidak tertarik dengan acara reuni ini. Ada apa dengan suaminya? Biasanya dia akan selalu menghadiri setiap acara, sebagai bentuk penghormatan dari orang yang telah mengundangnya. Namun kini, dia seperti ogah-ogahan pergi ke acara ini.
"Oh, ini istrimu?" tanya pria berkemeja putih itu.
Azriel mengangguk. "Namanya Alexandra."
Pria berkemeja itu menunjukkan raut wajah cerah kepada Alexandra. Dia mengangkat lengannya, sepertinya dia ingin mengajak Alexandra bersalaman.
Plak!
Azriel memukul tangan pelan itu agar menjauh. Tangan kirinya langsung melingkar erat di pinggang ramping milik Alexandra. Hal itu membuat tubuh Alexandra menempel sempurna pada sisi tubuh tegap Azriel. "Nggak usah salaman bisa, 'kan?" ucapnya dingin.
Hal itu justru menjadi sorotan sebagian orang yang ada di sekitar mereka. Sontak hal itu pula membuat pipi Alexandra memerah bak kepiting rebus.
"Eh, Azriel, kamu dateng juga ternyata," ucap seorang wanita dengan balutan busana berwarna merah dan celana kain sebagai bawahan. Senyumnya terlihat sangat sexy dengan lipstik merahnya. Polesan-polesan yang ada di wajahnya tidak terlalu tebal. Sangat sederhana. Namun, memberi kesan elegan. Matanya penuh binar, entah mengapa, firasat Alexandra tidak enak.
Alexandra dapat merasakan lilitan yang ada di pinggangnya telah merenggang. Dia pun perlahan menoleh ke arah suaminya. Dia bertanya-tanya, mengapa suaminya begitu dalam saat memandangi wajah gadis di hadapannya?
"Eh, Zi, ini lho, istri Azriel," ucap pria berkemeja putih itu.
Orang yang dipanggil 'Zi' itu pun menoleh ke arah Alexandra dengan tersenyum kikuk. Dia pun menghadap ke arah Alexandra. "Kenalin, Nayla Ziya Bahira. Zi, nama panggilan orang-orang untukku."
Dengan kikuk, Alexandra membalas uluran tangan itu. Dia juga tersenyum kepada wanita di hadapannya. "Alexandra Angelina Anderson."
"Salam kenal, ya," ucapnya sambil tersenyum.
Alexandra hanya membalas dengan senyuman. Dia menoleh ke arah sampingnya, suaminya sampai kini hanya bungkam, tidak mengikuti alur pembicaraan sama sekali. Dia hanya melamun, dan melamun bukanlah kebiasaan Azriel sama sekali. Apa yang sedang dia lamunkan?
Alexandra merasa terkucilkan di sini. Dia adalah satu-satunya orang yang tidak memahami pembicaraan yang tengah mereka bicarakan. Azriel yang sudah ikut dalam obrolan pun sama sekali tidak mengajaknya berbicara. Alexandra merasa sedih akan hal ini.
"Mas," panggil Alexandra lirih. Namun, dia tidak mendapatkan tanggapan sama sekali. "Mas."
Azriel yang merasa terpanggil pun menoleh ke arah orang yang memanggilnya.
"Aku mau ke kamar mandi dulu." Alexandra langsung pergi saat hanya mendapatkan anggukan dari suaminya. Apakah suaminya tidak terpikirkan untuk menghantarkannya? Apakah suaminya telah lupa bahwa dia adalah orang baru di sini, yang otomatis dia sama sekali tidak mengerti seluk-beluk tempat ini? Kenapa suaminya begitu abai padanya? Apa dia melakukan kesalahan?
KAMU SEDANG MEMBACA
Gara-Gara Wasiat [END]
RomanceAlexandra Angelina Anderson. Dia seorang santri blasteran. Dia cantik, pintar, kaya raya, seolah dia tidak memiliki nilai minus. Namun, nyatanya tidak. Dia lahir di keluarga broken home. Dia hidup dengan di bawah kendali wasiat dari mendiang ka...