9. Khumairo-ku

10.1K 860 11
                                    


Alexandra sudah berdandan dengan sangat cantik. Hari ini adalah hari di mana acara ngunduh mantu akan digelar. Alexandra tersenyum puas menatap dirinya di cermin. Seseorang yang telah meriasnya, benar-benar telah menyulap wajahnya, padahal hanya dengan dandanan tipis.

"Lex, aku keluar dulu. Nanti kalo acara udah mau mulai, aku balik."

"Iya, Mas."

Setelahnya Azriel berlalu dan meninggalkan Alexandra sendirian. Karena merasa bosan, ia pun membuka ponselnya. Ponsel yang sangat amat jarang ia sentuh. Ternyata ada pesan dari seseorang.

Mbb
Ada apa, ya?

Enggak, cuman pengen ngobrol aja

Ohh, silahkan

Mbak ini istrinya Pak El, ya?

Benar, ada apa, ya?

Wah, apa nggak marah beliau?

Nggak tau juga sih, dia juga nggak tau soal ini

Tiba-tiba pintu terbuka, Alexandra lekas bangun karena ia pikir orang itu adalah suaminya. Ternyata bukan. Pandangannya justru menajam pada orang yang telah membukakan pintunya.

"Ada apa?" ketus Alexandra.

Yang ditanya justru tersenyum miring. "Jadi seleranya seorang Alexandra Angelina Anderson, itu om-om, ya?" ucapnya sinis.

"Jaga ucapan anda!" ucap Alexandra tegas.

"Loh, 'kan emang bener. Saya nggak salah, kok." Tak berselang lama, seorang pria masuk ke dalam kamar Alexandra.

"Masih mending-mending Valentino, masih muda, ganteng,  keren lagi anaknya," puji Veronica pada anaknya.

Alexandra menatap Valentino yang kini sudah berdiri di samping Veronica. Memang apa yang diucapkan ibu tirinya semuanya benar, tapi Alexandra tetap tidak menyukai Valentino. Karena, dialah orang yang telah merenggut kasih sayang ayahnya waktu kecil.

"Bagaimana? Benar, 'kan?" tanya Veronica lagi.

Alexandra memutar bola matanya malas. "Emang suami aku nggak punya semua hal yang Tante sebutin? Suami aku itu paket lengkap! Akhlak ada, agamanya juga baik. Tolong, Tan, jangan suka menilai seseorang, kalau anda sendiri tidak bisa introspeksi!"

"Halah, ngomong aja kalo nggak bahagia, aku masih siap kok nerima kamu jadi istri aku, Xandra," ucap Valentino merayu.

Alexandra tersenyum miring. "Nggak punya malu kamu? Jelas-jelas aku sudah bersuami, bagaimana bisa kamu merayuku?"

"Halah, ngaku aja kalo kamu nggak bahagia."

"Saya bahagia atau tidak bahagia, itu bukan urusan kalian!" Alexandra memberi jeda. "Sebenarnya tipu muslihat apa kali ini?" tanya Alexandra geram.

"Tipu muslihat apa, sih? Jelas-jelas kami ingin membantumu untuk bisa cerai dengannya, agar kamu bisa mendapatkan kebahagiaan yang sesungguhnya," jelas Veronica.

"Kenapa harus bercerai untuk aku bahagia?"

"Halah, jangan bohong kamu!"

"Untuk apa saya bohong?" ucap Alexandra menjawab Veronica.

"Oke, sekarang jujur aja, ya, kamu masih virgin, 'kan?" tanya Valentino yang sedikit mengganggu privasi Alexandra.

Alexandra hanya diam, dia tidak tahu harus jujur atau apa.
Valentino tersenyum penuh kemenangan. "Masih virgin, 'kan?"

"Tidak!"

Jawabannya membuat ruangan tiba-tiba hening. Veronica dan Valentino sama-sama diam.

"Doakan saja, ya, semoga aku lekas hamil. Yeah, setidaknya usaha telah kami lakukan dengan sekuat tenaga, semoga saja lekas membuahkan hasil," ucap Alexandra sembari tersenyum dengan bersorak-sorak penuh kemenangan di dalam hati.

Gara-Gara Wasiat [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang