16. flashback

445 111 21
                                    

Haruto pindah duduk ke tempat duduk paling depan bersama Jeongwoo agar jauh dari Wonyoung.

Sementara dari ditempat duduk belakang, Wonyoung menatap kepala Haruto yang menjulang sedang menyender di jendela dengan khawatir.

"Won, lo gak perlu khawatir, udah ada Jeongwoo kok." ucap Jihan sambil mengelus rambut Wonyoung.

"Han, tolong bilangin Haruto, gue gak benci sama dia."

Sakit. Itu yang Dohyon rasakan saat kata-kata Wonyoung masuk ke indra pendengarannya. Tapi Dohyon sedang mencoba ikhlas, mungkin memang bukan takdirnya ia bersama dengan Wonyoung.

"Won, lo mau tau gak kenapa Haruto bisa kayak gitu?"

Wonyoung mengangguk dengan cepat, "mau Han, mau.

Jihan melirik sekitarnya, teman-teman satu bis nya sedang sibuk dengan kegiatan masing-masing. Ia pun mulai menceritakan tentang masa lalu Haruto yang pernah diceritakan Jeongwoo.

Flashback

Yuna si primadona sekolah, gadis dengan mata bulat dan rambut panjang berwarna hitam legam itu berhasil mengambil hati Haruto sejak pertama masuk sekolah.

Haruto yang merupakan tipe orang mengekspresikan perasaannya dengan tindakan kemudian beranjak menuju kelas Yuna yang ada disebelahnya.

"YUN, ADA YANG NYARIIN LO NIH!" teriak salah satu teman kelas Yuna.

"Hai, Yun." sapa Haruto, Yuna yang disapa hanya mengangguk sambil tersenyum tipis.

"Ada apa ya, to?"

"Nanti pulang sekolah mau gak temuin gue diparkiran belakang sekolah?"

Yuna mengernyit bingung, "mau ngapain?"

"Nanti juga lo tau, gue tunggu ya!" setelah berucap demikian, Haruto kembali ke kelasnya dengan hati berbunga.

'inget to, apapun reaksi Yuna, lo harus terima dengan lapang dada.'

Bel pulang berbunyi, dengan buru-buru Haruto berjalan menuju parkiran yang ada dibelakang sekolah. Saat sampai disana, ternyata sudah ada Yuna dengan kedua temannya yang tidak Haruto kenal.

"Ada apa?" tanya Yuna.

Haruto menarik nafasnya guna menetralkan detak jantungnya, "awalnya gue cuma suka sama mata indah lo, mata yang selalu ngeluarin aura ceria. Suka sama tingkah ceria lo, yang bikin suasana jadi nyaman. Suka sama cara lo ngomong, bikin hati siapa aja yang denger langsung menghangat. Sampai akhirnya gue suka sama lo sebagai laki-laki. Gue juga gak tau sejak kapan perasaan ini ada, Yun gue suka sama lo."

"Udah bacotnya?" tanya salah satu teman Yuna.

Haruto mengernyit bingung tapi tetap menjawab pertanyaan itu, "udah."

Yuna tersenyum sinis, "well, gue emang patut disukai, gue patut dicintai, gue patut dikagumi. Yang gak patut itu orang kayak lo naro perasaan ke gue! Lo pikir lo siapa?"

Haruto kehilangan kata-kata mendengar respon dari Yuna.

"Lo itu harusnya ngaca, bego! Udah jelek, gak punya prestasi. Apa yang patut disukai dari lo?" tanya teman Yuna yang lain.

Yuna menepuk-nepuk bahu Haruto dan membenarkan dasi Haruto, "semua yang lo liat dari gue itu cuma sandiwara, Haruto. Gue gak kayak yang lo pikirin, semua cuma pura-pura."

Setelah berucap demikian, Yuna dan kedua temannya pergi meninggalkan Haruto yang masih mematung.

Every Kind Of Way [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang