"Jeje tau aku balik."
"kok ga cerita??"
"sengaja biar surprise." Diva memanyunkan bibirnya kesal.
"kemarin kan dia pulang tuh, terus ketemu waktu aku kerumah kamu, udah diomelin sama dia kemarin, Mei. tapi abis itu aku minta buat ga cerita dulu ke kamu, biar aku aja yang langsung dateng."
"jadi selama hampir dua bulan itu semuanya prank??" tanya Diva dengan nada kesal
"ngga ada niatan nge prank sih sebenernya, tiga minggu pertama itu emang sibuk banget, chat kamu aja sampe tenggelam, nah setelah itu hp ku ilang, nih beda kan dari yang lama??" Lenno menunjukkan ponsel barunya,
"belum sempet beli lagi, pas udah ada waktu, aku jadi baru kepikiran kalo kamu pasti marah aku ga ngabarin sebulan lebih, setelah itu aku mutusin buat selesaiin aja semuanya dulu, baru langsung pulang."
"ceroboh banget sih, kamu gatau gimana khawatirnya aku tau ga."
"maaf." Lenno menggenggam tangan Diva.
"terus, kok bisa cepet pulang??"
"nah, ini yang harusnya kamu tanya sejak awal."
"ayo ke Aussie.""ha?? Aku??"
"iya, aku udah siapin semuanya, tiket, hotel semuanya udah siap??"
"ha?? Kamu ga bercanda No?? ga lucu."
"ga percayaan banget sih."
"Mei, kuliah ku udah selesai." Diva jadi semakin bingung dengan penuturan Lenno setelahnya."ha?? Gimana-gimana?? bentar, ini kok jadi tiba-tiba gini sih."
"oke, rileks.. pertama, kuliahku udah selesai, dan alasanku ngajak kamu kesana itu buat menghadiri acara wisuda." Diva melebarkan mata sipitnya.
"ha?? Beneran??"
"iya"
"beneran udah selesai??"
"iya sayang"
"ih, beneran kan??"
Lenno tertawa karenanya,
"pinter banget, bisa lulus tiga tahun."
"kok ga pernah bilang sih??" ucapnya dengan nada terharu.
"kan surprise, gimana kaget ga??"
"kaget banget.. tapi seneng." Lenno mengusap pucuk kepala Diva,
"makasih ya udah nungguin aku, makasih karena mau sabar selama ini." Diva mengangguk pelan dengan senyuman yang belum juga hilang dari wajahnya.
"jadi setelah ini kita ga bakal jauh-jauhan lagi kan??"
"ngga lah, kan aku bakal disini."
"jadi gimana?? mau ngga??"
"mau.. tapi dibolehin ga ya sama ayah."
"dibolehin kok."
"tau darimana??"
"kan udah izin."
"ha?? Yang bener??"
"iya udah. Jangan jangan selama aku di Aussie, kamu jadi tukang keong ya, hah hoh mulu daritadi." Diva tertawa karena lawakan garing Lenno.
"kan kemarin baru dari rumah kamu, silaturahmi sekalian minta izin.""terus dibolehin??"
"iya, awalnya bunda kamu yang agak khawatir, tapi aku bilang kan disana juga ada orang tuaku, ada Bella juga, terus ayah kamu juga bantu ngeyakinin bunda, jadi dibolehin deh." fyi, Bella itu nama adiknya Lenno, jarak umur mereka dua tahun.
Diva tersenyum mengangguk.
"terus, jadinya kapan??" tanyanya.
"gasabar ya??"
"ih, gagitu, kan nanya." Lenno tertawa karena berhasil menggoda Diva.
"lima hari lagi"
"berarti kamu disini semingguan ya." Lenno mengangguk.
"eh, tapi lima hari kamu udah libur kan??"
"udah kayaknya" Lenno kembali mengangguk.
"oh iya, katanya Rasha mau buka café kan, jadi dua hari lagi??" kini Diva yang mengangguk.
Dia jadi ingat tentang permintaan Anya untuk membawa pasangan masing-masing, dia pasti sengaja karena tau Lenno sudah kembali.
"pantesan tadi tuh Jeje nyuruh kita buat bawa pasangan masing-masing waktu opening, padahal udah tau kamu gaada kabar, ternyata.." Lenno tertawa.
"ngeselin emang."
"kamu yang ngeselin." Lenno malah tak berhenti tertawa.
"yauda nih, ngobrol mulu ga pesen-pesen kan, ga laper daritadi??"
"kan masih kangen."
"yauda sih, kan aku masih disini, makan dulu lah" Lenno jadi gemas dengan pacarnya itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
THE SIX OF US [Completed]
Fiksi Remaja❗JUDUL SEBELUMNYA : Girl Friend Or Girlfriend ❗ "LDR berat juga ya ternyata.." - Anya "Baru tau lo, Lo mah masih mending cuma beda kota. Lah gue, udah beda benua" - Diva "Gue lebih jauh kali, pernah tuh LDR beda tuhan" - Natasha "Gue yang beda peras...