"lagian kita ga ada yang saingan sampe musuhan gitu kok, kayak anak sekolah biasa aja." ucap Saga.
"nah bener tuh, santai kita mah."
"btw, ini yang yang kuliah di Aussie itu ya??" tanya Virgo pada Lenno.
"iya, gue Lenno." ucap Lenno, berkenalan dengan Virgo.
Yang lain pun berkenalan dengan orang yang belum mereka kenal.
Tak lama...
"loh, Revan?!" seru Diva saat melihat adiknya memasuki café dengan Vian, adik Anya.
"kamu kesini sama siapa??" Diva menghampiri Revan, Lenno pun mengikutinya, Rasha juga beranjak setelah melihat Vian, berbeda dengan Anya yang tetap diam di tempat karena tak melihat orang tuanya.
"sama Vian, naik motor, tante Dinda sama om Iqbal masih dijalan, kena macet kali."
"mama kamu ikut yan??" tanya Rasha ke Vian setelah mendengar penuturan Revan.
"iya, abang jangan bilang kakak dulu, biar dia tau sendiri nanti." Rasha mengangguk tersenyum.
"yauda duduk sini dulu." ucapnya kemudian.Akhirnya mereka duduk, setelah itu Rasha kembali ke tempat Anya dan teman-temannya tadi.
"bunda sama ayah kondangan, jadi gabisa ikut, kak Arvin kayaknya nanti malem baru bisa kesini." Revan menjelaskannya kepada Diva.
"yauda gapapa."
"kok tante tiba-tiba mau ikut yan, waktu itu keknya udah ga bakal mau." tanya Lenno pada Vian.
"diyakinin sama papa, lagian yang ga dukung hubungan kak Jeje kan cuma mama, dan kayaknya papa berhasil bujuk mama buat ikut."
Beberapa saat kemudian, sepasang suami istri memasuki café.
"nah itu, mereka datang." ucap Vian.
Anya yang juga melihat pasangan itu terkejut dan segera menghampirinya.
"mama dateng??" mamanya mengangguk, Rasha tersenyum melihatnya.
"makasih." ucap Anya lagi, lalu memeluk mamanya.
"sama-sama, ayo acaranya belum dimulai kan??"
Anya tersenyum lalu mengajak keduanya masuk, acara pun dimulai..
Café sudah resmi dibuka..
"gimana?? papa jago kan??" bisik papanya, Anya tersenyum lalu memberi dua jempol untuk papanya.
Selesai acara, mereka sudah sibuk sendiri, ngobrol, atau malah pacaran?? Tapi semuanya masih di tempat yang sama.
Anya duduk berdua dengan mamanya di salah satu meja.
"mama akhirnya setuju kalo aku sama Rasha??"
"mama cuma hadir di acaranya, belum berarti mama udah setuju loh." Anya jadi cemberut karenanya.
"mama harus kenal Rasha lebih jauh, dulu mama khawatir tentang masa depan kamu kalo jadi sama Rasha. Tapi kayaknya mama mandang hal itu di sisi yang salah, buktinya dia mau banget berjuang demi hubungan kalian, mama jadi mikirin ucapan papa kamu. Kalo mama khawatir tentang masa depan kamu sama Rasha, gimana jadinya kalo masa depan kamu tanpa Rasha. Jadi semuanya kembali ke kamu, kebahagiaan kamu itu yang penting sayang.""mama.."
"maaf ya, mama sempat egois."
"padahal kamu sendiri yang berhak nentuin hidup kamu, kamu juga udah dewasa kan, harusnya tau apa yang terbaik buat kamu."
Anya mengangguk..
"makasih." ucapnya kemudian, sambil memeluk mamanya.
"mau panggil Rasha ngga??"
"ha??"
"tuh, dari tadi ngeliatin kesini mulu, mau gabung kali." Anya pun tertawa, ia menghampiri Rasha yang duduk sendirian, lalu mengajaknya ke meja tempat ia dan mamanya berbincang tadi.
Rasha menunduk sekilas bermaksud menyapa mama Anya lalu segera duduk.
"akan lebih cocok kalau suami saya yang mengatakan ini." ucap mamanya pada Rasha lalu melirik suaminya yang asik berbincang sambil sesekali tertawa bersama Lenno, Revan, dan Vian.
"tapi gapapa, saya juga bisa, kamu serius sama Anya??"
"serius tante." ucapnya tanpa berpikir lamam
"saya sayang sama Anya."mama Anya diam, hanya mengangguk.
"kalo boleh juga, saya mau ngelamar Anya setelah lulus kuliah." Anya melebarkan matanya, dia terkejut, ini baru aja dikasih lampu ijo udah ngelunjak aja.
Sementara mamanya sedikit tertawa, mengangguk.
"kalo itu beneran harus minta izin papanya dulu."
"kalo dari tante sendiri gimana??" tanya Rasha.
Mama Anya kembali mengangguk, Rasha reflek membuka mulutnya tapi segera merapatkan bibirnya, menunduk lalu tersenyum. Anya juga sama, senang sekali rasanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
THE SIX OF US [Completed]
Teen Fiction❗JUDUL SEBELUMNYA : Girl Friend Or Girlfriend ❗ "LDR berat juga ya ternyata.." - Anya "Baru tau lo, Lo mah masih mending cuma beda kota. Lah gue, udah beda benua" - Diva "Gue lebih jauh kali, pernah tuh LDR beda tuhan" - Natasha "Gue yang beda peras...