18. Alasan Virgo

74 14 0
                                    

Zee berjalan santai dengan segelas moccachino di tangannya. Ia sedang berada di trotoar sekitar taman kota. Sebenarnya tadi dia pergi dengan Anya dan Natasha. Tapi tiba-tiba Rasha datang, jadilah Anya pergi dengannya. Natasha juga ada urusan dengan seseorang yang Zee tak kenali. Sebenarnya, Natasha tak enak hati meninggalkan Zee, tapi Zee malah menyuruhnya pergi saja. Karena dia tidak apa-apa sendirian juga. Lagian, daritadi memang mereka tak ada tujuan yang pasti, sekedar jalan-jalan saja.

"ngapain lo disini??" sapa Virgo yang baru saja lewat, Zee sedikit terkejut

"ngagetin aja" ucapnya kesal

"sorry, mau kemana jalan kaki??" Virgo menyamakan langkahnya dengan Zee.

"ga kemana-mana sih, jalan-jalan doang" Virgo mengangguk, sejenak terdapat keheningan di antara mereka

"mau ikut gue ga??" tanya Virgo setelah beberapa detik diam,

"kemana??"

"mau ikut ga??" Zee diam sebentar, lalu mengangguk

"ayo deh" mereka pun pergi dengan mengendarai motor milik Virgo
.
.
Beberapa menit kemudian..

"lah, lo ngapain bawa gue ke makam??" protes Zee,

"ck, mau ikut ga??"

"ya udah disini, yakali balik lagi" Virgo tak peduli dengan ucapan Zee, ia berjalan masuk ke area makam, Zee segera mengikutinya.
"tungguin gue, serem tau" ucap Zee pelan, sambil melihat sekitar

"apasih, masih siang juga"

"tetep aja lah, ini tuh makam" Zee pun berhasil menyamakan langkahnya dengan Virgo

Tak lama Virgo pun berhenti, Zee yang ada dibelakangnya, mau tak mau juga ikut berhenti

"ini makam siapa??" tanyanya

"waktu itu lo pernah nanya kan kenapa gue pilih jurusan psikologi." Zee mengangguk

"ini makam kakak perempuan gue, dia meninggal karena bunuh diri." Mendengar hal itu tentu saja Zee terkejut.

"kenapa??"

"dia di bully di masa sekolahnya, dari sd. Sampai akhirnya kesehatan mentalnya memburuk, dia juga mulai trauma buat ketemu sama orang-orang. Dan.." Virgo menggeleng di akhir kalimatnya.

Zee memandang makam itu dengan rasa sedih,

"gue gamau ada orang lain yang bernasib kayak kakak, kakak gue juga termasuk orang yang tertutup, dia gabisa dengan mudah ceritain masalahnya"

Zee mengelus bahu Virgo mencoba menenangkannya. Ia tau, temannya itu pasti sedang menahan untuk tidak menangis.

Virgo menghela nafas dalam..

Setelah membacakan doa untuk kakaknya, mereka pun pergi

.
.
***

.
.
Malam hari setelah makan..

Tok tok tok..

"siapa??" seru Natasha yang ada di dalam kamar

"ini gue, Diva"

"masuk aja, ga dikunci kok"

Diva pun memasuki kamar Natasha, ia berjalan kearah kasur lalu segera duduk.

"lo kenapa??"

"ha?? Gapapa"

"lo emang yang paling gabisa bohong ya" Natasha tersenyum, menghela nafas

"tau aja sih kalo gue lagi ada pikiran"

"cerita aja Nat, tadi di meja makan lo diem banget. Yakali gue ga ngeh sama hal itu"

"gue bingung Div" Diva hanya mendengarkan, alisnya naik satu seakan bertanya kenapa

"lo inget Calvin kan??"

"Calvin?? Inget"

"Calvin suka sama gue Div, gimana dong"

"ha?? Gimana ceritanya??"

"tadi waktu gue keluar sama Jeje sama Zee, gue ketemu sama dia. Abis itu dia bilang mau bicara berdua sama gue. Awalnya, gue gamau kan ninggalin Zee, tapi abis itu dia sendiri yang nyuruh gue buat pergi sama Calvin" Diva mengangguk seakan mengerti,

"ternyata abis itu dia bilang kalo suka sama gue,"

"terus?? Lo tolak??" tanya Diva

"dia ga nembak gue, dia cuma bilang suka"

"lah.. terus??"

"itu yang gue bingung, kalo ketemu dia lagi pasti canggung deh"

"lo juga suka sama dia??" Natasha mengedikkan bahunya

"lo kan tau gue udah lama banget ga buka hati lagi buat cowo"

THE SIX OF US [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang