"gue emang ngerasain gimana rasanya ga punya ayah, tapi itu dalam hal yang berbeda. Gue ga benar-benar tau apa yang Fila rasain saat ini" ucap Faye, mereka berada di dalam mobil sedang perjalanan pulang menuju kosan.
"iya, kita emang ga benar-benar tau gimana perasaan Fila saat ini" setuju Natasha, yang lain masih tetap diam dengan pikirannya masing-masing.
Mereka pun melanjutkan hari seperti biasa, tapi tentu saja ada yang hilang, suasana juga tak seseru biasanya,
.
.
.
Sorenya,"kenapa lo?? ngantuk banget keknya" tanya Virgo
"iya nih, kemarin malem ga sempet tidur, ga bisa tidur sih lebih tepatnya"
"kenapa emang? Ada masalah??"
"iya, papanya Fila meninggal"
"innalillahi, sakit ya??" Zee sudah kesal karena Virgo tak hentinya bertanya, dia kan mengantuk.
"iya kali, gatau juga sih, tapi kemarin sempet koma"
"kasian ya" Zee mengangguk
"eh, lo tuh kuliah jurusan apa sih Go?" tanya Zee kemudian
"kenapa tiba-tiba dah, lagian emangnya tiga tahun kenal lo gatau gue jurusan apa??"
"iya ya, kok gue baru tanya sekarang ya?? Tapi emang tiba-tiba aja sih kepikiran"
"gue psikologi"
"hah?? Serius lo??" Virgo terkejut karena seruan Zee
"apasi?? Biasa aja kali"
"ya maksud gue, ga nyangka aja, jarang-jarang loh gue punya kenalan anak psikologi."
"lagian ga keliatan banget kalo anak psikologi""emang keliatannya kek anak apa"
"tau, anak pungut kali" jawab Zee asal, lalu tertawa mengejek. Virgo mencubit hidungnya kesal
"sembarangan lo"
"sakit ih, gue timpuk lo ya"
"bodo"
"btw, apa alasannya masuk psikologi??" Virgo tersenyum namun tetap diam
.
.
***
.
.
Tiga hari setelahnya, Fila mulai masuk kuliah, tapi saat pulang ia tak ke kosan, ia masih tinggal di rumahnya. Dia pun belum berbicara sama sekali dengan sahabat-sahabatnya. Dia seperti belum mau menemui mereka untuk saat ini.
.
.
.
Hari ini..Langit sedikit mendung, gerimis dari pagi tadi pagi pun tak kunjung jadi hujan tapi tak juga menghilang.
Kelas Fila hari ini sudah selesai, tapi ia masih belum ingin pulang. Ia menunggu di tempat duduk parkiran, sesekali melihat langit yang mendung itu. Sebenarnya tak menunggu siapa pun disana, hanya duduk diam sendirian. Dia bisa saja menghubungi sopir untuk menjeputnya, tapi sepertinya hari ini ia ingin pulang ke kosan, tapi masih ragu, jadi dia memutuskan untuk kesini.
"sendirian aja mbak" ucap Milo yang baru datang lalu duduk di sebelah Fila. Fila tak menanggapi cowo itu.
"langitnya cerah ya""cerah apanya, mendung gini"
"lo sih,"
"lah, kenapa jadi salah gue, emang gue pengendali cuaca apa"
"jangan sedih-sedih mulu makanya, langitnya juga ikutan sedih kan jadinya" ucap Milo, tentu saja dia tau kabar tentang papa Fila
"lo udah jelek, kalo nangis jadi makin jelek dong" lanjutnya"orang sedih yang ada mah dihibur, lah gue malah diejek"
"hujatan bisa membangun seseorang jadi lebih baik loh"
"lo ngeselin sumpah" Milo tertawa.
"gapapa kok sedih, tapi jangan lama-lama. Gue tau papa lo disana juga pasti mau lo bahagia walaupun tanpa dia" ucap Milo, kini serius. Fila merapatkan bibirnya masih memandang ke depan.
"kepergiannya juga bukan berarti lo sendirian di dunia ini. Lo tau kan lo masih punya sahabat-sahabat lo itu. Bukan cuma satu malah, tuhan baik banget ya bisa ngasih lo lima sahabat sekaligus" Fila tersenyum mendengarnya
"lo juga punya gue Fi" Fila reflek menoleh ke arah Milo. Milo yang daritadi menatap Fila pun memalingkan pandangannya ke depan.Fila tersenyum lagi, Milo pun diam-diam ikut tersenyum.
"gue mau pulang" ucap Fila, kembali memandang ke arah depan.
KAMU SEDANG MEMBACA
THE SIX OF US [Completed]
Novela Juvenil❗JUDUL SEBELUMNYA : Girl Friend Or Girlfriend ❗ "LDR berat juga ya ternyata.." - Anya "Baru tau lo, Lo mah masih mending cuma beda kota. Lah gue, udah beda benua" - Diva "Gue lebih jauh kali, pernah tuh LDR beda tuhan" - Natasha "Gue yang beda peras...