02. Tiga Tahun Lalu

180 21 0
                                    

3 tahun yang lalu..

Diva

"bunda kan udah janji ga akan ngelarang-larang Diva lagi" ucap Diva, bundanya menghela nafas kasar

"kenapa ga kuliah deket-deket aja sih lagian, jadinya harus ngekos segala kan"

"Diva pengen mandiri bun, bunda jangan larang Diva dong. Ayah juga udah setuju"

"udahlah bun, Diva bakal baik-baik aja kok, Arvin udah liat kosannya, deket banget dari kampus, jadi bisa jalan kaki. Arvin juga kenal sama pemiliknya, orangnya baik" bela kakaknya, Arvin. Diva mengangguk untuk meyakinkan bundanya

"lagian kan aku sama Jeje juga, ga sendirian, plis.. boleh ya bun" bundanya menghela nafas lagi,

"yaudah, tapi janji bakal sering ngabarin ya" Diva pun tersenyum dan memeluk bundanya

"makasiii"

***

Natasha

Natasha mengemasi barang-barang yang akan ia bawa untuk pindah ke kosan. Di rumah sebesar ini, ia hanya tinggal sendiri. Orang tuanya tinggal di luar negeri.

Natasha lahir di Indonesia, saat umurnya 10 tahun ia sempat tinggal di Amerika selama 5 tahun setelah itu kembali ke Indonesia. Sebenarnya mereka ke Indonesia hanya untuk berkunjung, tapi Natasha malah memilih untuk menetap. Dua tahun kemudian, orangtuanya kembali ke Amerika, tapi ia tetap disini. Karena ia lebih menyukai di Indonesia.

"non Natasha mau berangkat sekarang??" Tanya bi Una

"iya bi, masih nunggu taksi online"

"non udah bilang kan ke tuan" Natasha diam,
"kalau bisa non segera bilang ya, bibi gamau non Natasha kena marah tuan kalau misalkan ga bilang" ia hanya mengangguk lalu segera pergi karena taksinya telah sampai.

***

Zee

"KAK!! AYO CEPET!!" teriak Zee dari ruang tamu.

Zee hanya tinggal berdua dengan kakaknya. Setelah orang tua mereka berpisah 3 tahun yang lalu, Zee memilih tinggal dengan kakaknya di apartemen.

"pagi banget sih dek berangkatnya??" ucap kakaknya yang baru keluar kamar

"ini udah jam 10, pagi apanya. Ayo dong kak!! Aku gamau kesiangan nanti"

"yauda iya, ayo berangkat kalo gitu" ucap kakaknya lalu keluar sambil membantu membawakan barang-barang adiknya itu.

Di mobil..

"kenapa sih harus ngekos segala?? Kan gajauh-jauh amat, enakan juga di apart kan, lebih nyaman"

"tapi kan kalo ngekos lebih deket, bisa punya lebih banyak temen juga. Aku juga mau belajar hidup sendiri, biar kalo ada apa-apa ga bergantung sama kakak"

"iya deh, kamu emang paling pinter kalo soal debat" Zee tertawa mendengarnya.

***

Anya

"kamu beneran kan, kuliah disana bukan karena si Rasha-Rasha itu??" Anya menghela nafasnya kasar, kenapa mamanya ini sangat tidak percaya padanya.

Anya sudah pacaran dengan Rasha sekitar 2 tahun an, tapi mamanya ini, sangat tidak menyukai Rasha. Bukan apa-apa, sebenarnya Rasha ini anak yang baik, tapi dia pembalap. Semasa SMA nya dia cukup akrab dengan yang namanya balapan liar, tapi itu dulu. Sekarang, dia bahkan bisa menghasilkan uang dari hobinya itu. Tapi tetap saja, menurut mama Anya, pembalap itu ga punya masa depan, apalagi dengan kenyataan Rasha yang tak kuliah, alasannya karena ingin fokus dengan bidangnya itu.

"udah berapa kali sih mama Tanya hal yang sama, aku kuliah disana karena kemauanku, bukan karena Rasha. Ada Diva juga kan, kenapa masih ga percaya aja"

"yauda, kalo Diva mama percaya. Tapi awas kamu ya kalo bohong" ucap mamanya lalu pergi

Anya diam.

***

Fila

"kamu berangkat sekarang??"

"iya pa, nih aku lagi beresin barang-barang yang bakal aku bawa" ucapnya sambil mengemasi barang-barangnya

"kamu jaga diri ya disana, jangan sampe salah pergaulan." Fila mengalihkan pandangan pada papanya itu, lalu mengangguk dan tersenyum

"papa tenang aja, Fila bakal baik-baik kok disana, papa juga baik-baik ya." Papanya mengusap rambut Fila sayang, mengangguk

"papa cuma punya kamu, Fi. Jadi jangan sampai terluka"

"papa.. jangan ngomong kayak gitu dong, Fila bakalan jaga diri. Kalo bisa sih, sebenarnya Fila pengen disini aja sama papa"

"eh, jangan dong, ini kan mimpi kamu. Intinya jaga diri aja ya. Papa disini juga bakalan baik-baik" ucap papanya. Fila mengangguk dan tersenyum.

***

Faye

"baju udah semua"

"udah"

"vitamin??"

"udah juga"

"laptop??"

"udah ma"

"inget ya Faye, jangan ngecewain mama. Jangan buat mama nyesel udah ngizinin kamu buat nge kos" Faye hanya mendengarkannya

"kamu dengar kan??"

"iya ma"

"selama disana, fokus kuliah aja. Jangan bikin masalah, dan gausa mikirin cinta-cintaan. Jangan sampe nilai kamu turun" Faye diam
"Faye"

"iya ma," mamanya pun pergi.

Ia menghela nafas panjang, selalu saja seperti ini. Dia dituntut untuk selalu menjadi yang terbaik. Faye memang pintar, tapi bukan berarti dia harus melakukan ini dan itu sesuai perintah, dia kan bukan robot.

Mamanya orang yang sangat disiplin, dia suka hal-hal yang sempurna. Tentu saja juga berlaku untuk pendidikan Faye. Dia selalu ingin anaknya untuk menjadi yang terbaik.

THE SIX OF US [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang