34. Berantakan

61 11 0
                                    

Faye duduk sendirian di salah satu bangku taman, sampai seseorang menghampiri dan duduk di sebelahnya, dia melirik ke samping untuk melihat siapa yang datang, sedetik kemudian ia menutup matanya.

'kenapa pake dateng sih??' – batinnya, ia pun segera beranjak, tapi orang disampingnya tak membiarkan hal itu, ia menahan tangan Faye untuk kembali duduk.

"mau kemana sih??" tanyanya
"udah disini aja."

Faye diam.

"lo mau ngehindar ya dari gue??"

"Ha?? Engga kok."

"terus??"

"ga gitu Sa"

"lo pasti bingung karena ucapan gue kemarin kan??" Faye tak menjawab, pura-pura sibuk dengan bukunya.
"gue ga bercanda Faye, boleh kan gue suka sama lo??" tolong, ini rasanya jantung Faye mau meledak aja.

Tapi Faye tetap diam, bahkan saat Saga meraih tangannya untuk di genggam, Faye menatap Saga dari samping tapi pandangan Saga masih lurus ke depan.

"jangan diliatin, nanti gue salting," Faye segera mengalihkan pandangannya.

"kemarin gue jadi ga fokus belajar karena lo telfon." yah kan, pake diingetin lagi.

"gausa bahas itu." ucap Faye singkat.

"iya ngga."

"padahal gue seneng loh lo telfon kemarin, udah ge er dulan, eh ternyata kepencet."

Faye menahan tawa karena ucapan Saga, Saga itu tipe orang yang sangat mudah mengungkapkan perasaannya, bahkan yang bagi Faye itu sedikit memalukan, Saga tanpa ragu mengatakannya. Berbeda sekali dengan Faye.

"nanti kalo pulang, temenin gue yuk, cari buku." ajaknya, jangan lupakan tangannya yang masih menggenggam tangan Faye,

"mau ngga??"

"mau" Faye mengangguk tersenyum,

"daritadi dong Faye, kalo senyum gini kan adem liatnya" ucap Saga lagi mengusak rambut Faye,

"ih, jangan gini dong, kan jadi berantakan" bukannya apa-apa, soalnya ini yang berantakan bukan cuma rambut, tapi hatinya juga.

***

Zee memasuki kosan, dia baru pulang dari kerja paruh waktunya.

"Jeje mana sih, tumben belum pulang??" Natasha yang baru keluar dari kamar mandi bertanya, di ruang tamu hanya ada Diva yang sibuk dengan laptopnya, Faye sedang belajar di kamar.

"hari ini ga balik ke kosan, katanya mau pulang ke rumahnya."

"lah, kok gabilang??" tanya Diva yang mendengar jawaban Zee.

"tadi udah bilang ke gue waktu selesai kelas, kayaknya dijemput Rasha juga."

"dijemput Rasha?? Tapi pulang kerumah??" Zee mengangguk lalu segera masuk ke kamarnya.

"bukannya mamanya Jeje gasuka sama Rasha ya??" Natasha duduk di sebelah Diva

"nah itu dia, lagian pulang dadakan banget sih, apa ada masalah ya" Natasha mengedikkan bahunya, tentu saja tak tau

"coba telfon deh"

Diva pun menelfon Anya...

"gimana??"

"katanya besok aja dijelasin waktu pulang."

"yauda tunggu besok aja."

***

Esoknya..

Diva bertemu Anya di kantin, dari tadi pagi mereka belum bertemu sama sekali, sebenarnya dari kemarin sih. Sepertinya Anya berangkat kuliah dari rumah, jadi ga ke kosan dulu.

"jadi gimana??" tanyanya.

"apanya yang gimana??"

"kemarin lo pulang kan?? sama Rasha??" Anya mengangguk.

"Rasha mau buka café, dan pastinya mau ngundang mama papa juga, jadi kemarin tuh kita bicara ke mereka."

"terus?? Lancar??"

"kemarin gue sempet berantem sama mama, lo tau kan mama gimana kalo sama Rasha, gue gaenak banget sama dia."

"padahal papa fine fine aja loh, bahkan dukung banget niat Rasha, tapi mama tuh, gue gatau mama bakalan dateng apa ga nanti."

Diva mengusap pundak Anya mencoba menenangkan,

"gue takut kalo misalkan sampai akhir mama tetep ga setuju gimana??"

"Je, kalo Rasha emang jodoh lo pasti ada jalannya kok, sabar ya, Rasha juga ga nyerah kan sama hubungan kalian, lo juga optimis dong bantuin dia"

Anya menatap Diva sebentar, lalu mengangguk

"padahal lo juga lagi ada masalah, tapi gue malah curhat masalah gue"

"gapapa lah, lo juga udah tau masalah gue, gue juga harus tau masalah lo"

THE SIX OF US [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang