Sad girl | 23

48 10 8
                                    

Dunia memang penuh dengan kebohongan untuk aku yang masih tak siap dengan kenyataan pahit.

***

"Makanya lain kali tuh kalau ngomong dipikir Zarga! Liat kan, udah dua jam ini. Padahal biasanya tigapuluh menit udah sampai."

Tak seperti biasanya. Rasya terus mengomel pada Zarga sedari tadi. Dan Haina pun juga menjadi imbas dari kekesalan Rasya. Tak lupa Pak Joko juga ikut diomelin.

Rasya jadi begini bukan karena kekuasaan yang ia dapatkan dari Valen. Tetapi karena kekhawatirannya pada caca.

Bukannya takut, Zarga justru malah menertawakan Rasya. Hal itu disebabkan bahasa Rasya yang bercampur aduk antara bahasa baku dan bahasa gaul.

"Hahaha! Lu kalau mau ngomong dipilih salah satu aja deh, Sya. Baku ya baku. Kalau gaul, ya gaul. Hadeh," ujar Rasya sambil menepuk dahinya pelan.

"Rasya, Rasya. Next time gue ajarin yah cara kerja bahasa gaul. Okey," pungkas Haina dengan penuh iba tapi juga tergelak.

"Kalian emang makhluk yang always munafik."

***

/flashback keseharian rasya saat 
ke rumah sakit sepulang sekolah/


"Gamau makan, sya! Lu bau," rengek Caca lalu berbalik memunggungi rasya.

Rasya menghela napasnya gusar. Ini selalu terjadi dan terus terjadi. Iya, caca itu sulit banget buat makan. Bahkan makanan seenak ini aja ditolak.

"Ca, dimakan yah. Ini masakannya enak loh," bujuk rasya dengan penuh harap. Dan lagi-lagi caca menolaknya mentah-mentah.

Rasya menyerah. Dan memilih untuk menyodorkan obat yang harus dimakan caca yang langsung dimakan cepat oleh caca. Dalam pikiran caca dirinya hanya ingin sembuh dengan cepat. Jadi memakan obat adalah solusinya.

Dua jam setelahnya caca muntah-muntah dengan mengeluarkan seluruh isi perutnya. Termasuk obat yang ia telan tadi sebab dirinya tidak makan sedikitpun. Alhasil kepulangan caca yang bisa dilakukan besok harus diundur sampai caca benar-benar pulih.

***

Rasya merasa bersalah atas kejadian lampau hari. Karena itu Caca menambah libur lagi, serta menambah biaya rumah sakit. Iya sih, Valen memang sudah menitipkan kartu kredit padanya agar bisa ia gunakan untuk membayar pengobatan Caca dan Ayah renald serta memenuhi kebutuhan sehari-hari. Tapi kan pengeluarannya akan semakin besar. Rasya merasa semakin bersalah.

Itu sebabnya dia jadi marah-marah pada Zarga, Haina, juga Pak Joko. Ia tak mau kejadian itu terulang lagi.

"Ya maaf, Sya. Iya. Ini salah gue. Tapi 'kan niat gue baik mau jenguk caca. Tapi ya gitu, gue harus izin dulu ama mami," ujar Zarga disertai pembelaan untuk dirinya.

"Iyasih, Ga. Tapi kamu tidak tau apa kalau Caca itu tidak mau makan kalau gak Asya paksa. Dan sekarang pasti Caca belum makan," jelas Rasya dengan raut khawatir yang kentara.

Bukannya marah, Zarga justru kembali mengolok-olok Rasya, dibantu dengan haina setelah penuturannya dan itu mampu membuat pipinya memanas.

***

"Permisi Caca! Abang ganteng datang!"

Atensi siapa yang tidak teralihkan jika mendengar suara senyaring itu. Siapa lagi kalau bukan Zarga yang langsung saja masuk tanpa persetujuan dari Rasya, sebagai wali dadakan Caca.

Sad Girl (Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang