Part 3

637 88 88
                                    

"Dia beda! Gak sebaik yang kalian liat!"



Penampilan kami diakhiri dengan tepuk tangan yang meriah memenuhi ruangan ini. Raisa tersenyum bahagia di atas panggung begitu juga dengan lelaki di sampingnya. Entah mengapa saat bernyanyi semua masalah yang Raisa hadapi seakan hilang bahkan tidak pernah ada. Ia merasa senang saat bernyanyi. Tapi, kali ini rasa senangnya berlipat-lipat. Ntahlah. Padahal ia baru bertemu dengan Rasya tadi tapi Caca merasa sangat dekat dengan Rasya. Padahal kan baru bertemu. Aneh.

Di belakang panggung, mereka pun disambut kakak-kakak pengurus masa pengenalan sekolah dengan wajah gembira. Apalagi Kak Aluna, dia langsung nyosor meluk Caca kuat-kuat. Caca sampai sesak dibuatnya.

"Ih, kak! Sesak, kak!"

Aluna terkejut lantas sedikit mengurai pelukannya,"Eh, maap ye, Ca! Sumpah gue seneng banget tadi, ajaran gue gak sia-sia," ucap Aluna berbangga diri.

Caca tersenyum, "makasih kak. Tapi, Caca emang udah pandai nyanyi," ujarnya dengan senyum tipis lalu melipat kedua tanggannya didepan dada. Dirinya memang tidak mau kalah kalau soal menyombongkan diri.

"Oh iya pasti dong! Anaknya Valencia Kenziano! Artis terkenal sedunia! Iya gak?!" Ujar salah satu kakak kelasnya sambil memberikan tepuk tangan.

Seketika wajah Caca berubah. Ia tidak suka saat mamanya dibanggakan. Apalagi melihat wajah terkejut para kakak kelasnya yang lain yang tak menyangkan bahwa Raisa ini putrinya seorang Valencia Kenziano.

"Dia beda! Gak sebaik yang kalian liat!" batin Raisa.

Sedangkan Rasya hanya tersenyum. Ia masih canggung dengan segala yang baru ini. Dari lingkungan, teman, kakak kelas, semuanya. Apalagi gaya bahasa juga pakaian mereka. Sangat berbeda dengan dirinya. Rasya sendiri juga tidak menyangka bisa bersekolah di sekolah internasional tempat berkumpulnya anak-anak orang kaya dan terkenal itu.

Rasya hanyalah anak kampung yang diajak oleh teman ayahnya untuk bersekolah disini dikarenakan anak dari teman ayahnya itu juga bersekolah disini. Anaknya perempuan. Tapi, Rasya belum pernah bertemu dengannya.

Rasya belum mendapatkan teman disini. Tapi ia sudah mengenal seseorang, yaitu Raisa. Raisa Kenziano. Gadis yang terlihat dingin. Dengan nama belakang Kenziano yang juga merupakan nama belakangnya. Itu yang memenuhi kepalanya sekarang.

"Nama belakangnya kok sama ya sama aku? Atau jangan-jangan...,"

"Jangan-jangan kenapa?" Tanya Aluna dengan raut wajah binggungnya. Aluna mendengar gumaman Rasya sebab Rasya bergumam cukup keras. Dan seketika jiwa ke kepo-an nya Aluna itu bangkit dengan begitu saja.

"Eh, gak ada, kak."

Sedangkan Aluna hanya mendelik sebal. Ia dengar tadi, tentang apa yang diucapkan adik kelasnya itu. Tapi kurang jelas, ahh! Ia jadi sebal sendiri dan memilih pergi.

"Eh, mau pergi kemana, kakak?"

Bel istirahat telah berbunyi, memanggil para siswa dan siswi untuk mengisi perut di kantin tercinta. Raisa, ia sudah duduk sejak tadi di kantin bersama teman barunya, Rasya.

Kali ini ia dan Rasya akan ditraktir oleh Aluna. Katanya sih sebagai bentuk terima kasihnya karena penampilan mereka yang baik juga memukau.

"Yok dipesan. Apa aja deh, suka suka kalian. Tapi jangan yang lebih dari seratus ye! Gue cuma bawa empat ratus. Dipotong sama emak. Sebel gak tuh!"

Sad Girl (Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang