Merasa akan dihampiri seseorang membuat Raisa sedikit was-was jadinya. Bukan, ia bukan takut bermasalah dengan kakak kelas nya itu melainkan ia males untuk berkelahi. Lagipula mau bagaimanapun ia berkelahi dan mau orang yang bermasalah dengannya itu yang benar dan Caca yang salah tetap saja orang tersebut yang dihukum, bukan Caca. Ya, kalian tau lah karena apa.
"Hai Caca!" Kakak tersebut menyapa Raisa dan melemparkan senyuman padanya.
Raisa berpikir sejenak. Ia memandangi wajah kakak tersebut cukup lama. Tak lama kemudian, "Kak Aluna!"
Raisa sedikit berteriak dan langsung memeluk erat gadis tersebut tanpa peduli orang-orang memandangnya aneh.
"Kok kak Aluna gak bilang kalo sekolah di sini?" Raisa memanyunkan bibirnya. Aluna yang geram pun lantas mencubit kedua pipi Raisa.
"Auh! Sakit loh kak! Ih!" Raisa langsung memeriksa pipinya takut terjadi apa-apa.
"Caca mau napain sihhh ke sini? Mau liat abang-abang ganteng disini yah!" Suara kak Aluna yang cempeng nan ribut seperti kaleng rombeng hampir membuat telinga Raisa mengeluarkan seluruh isinya.
"Ish! Ngapain sih cari abang-abang ganteng, males banget!" ucap Raisa yang tak mau kalah nyaringnya.
Walau sebenarnya ia jijik ingin mengikuti gaya kakak sepupunya itu. Tapi, entah kenapa ketika bersama kak Aluna ia ikut-ikutan gila.
"Mungkin kak Aluna tuh ada mantra buat orang jadi kek kesambet gila gitu kali yah," batin Caca yang rada nyeleneh.
"Ya terusss, mau ngapain ke sini?" Aluna kembali ke topik pembicaraan utamanya. Ia sangat ingin tau, apa yang membuat adik sepupunya yang cantik dan dingin ini kesini.
"Tadi ada yang manggil Caca ke Belakang panggung."
Aluna mengangguk, "Oh! Jadi, Caca yang ngisi acara ya?"
♡
Kata sambutan dari kepala sekolah sudah hampir selesai. Berarti ini waktunya Raisa mengisi acara. Ia akan membawakan lagu salah satu penyanyi favoritnya, kak Tulus dengan judul sepatu.
Tapi kali ini ia tidak bernyanyi sendiri melainkan ia akan bernyanyi dengan seorang laki-laki yang tidak ia kenal.
Jujur sebenarnya lagu ini kurang cocok untuk dinyanyikan di sekolah. Sebab rasanya terlalu galau untuk anak baru gede yang baru saja memasuki tingkat SMP. Tapi, trend mana yang tidak masuk di sekolah ini, dan anak mana yang tidak mau mengikuti trend lagu galau yang kekinian saat ini.
"Okey adik-adik semua! Berhubung kalian masih belum siap banget buat tampil, jadi acara selanjutnya Dance cover, lalu kalian, oke!" ucap Aluna yang tak lain ternyata salah satu kakak kelas yang mengurus kegiatan perkenalan sekolah yang dipilih untuk melatih Caca dengan lelaki tampan disampingnya yang di panggil dengan nama Asya.
"Kalian gausah takut ya. Sekarang kalian minum aja dulu, nih," Aluna menyodorkan dua botol minum pada Raisa juga lelaki disebelahnya, partner nyanyinya.
"Oiya, kalian bisa saling kenalan dulu. Biar nanti dapet chemistry nya. Oke! Gua tinggal dulu, babay. Kenalan ye!" Aluna pun beranjak pergi meninggalkan Caca dengan lelaki tampan disebelahnya.
Keadaan keduanya sangat canggung, dan Raisa tidak suka itu. Tapi, Raisa tidak suka lagi kalau ia yang harus memulai perkenalan. Ia itu dingin, sok dingin lebih tepatnya.
Merasa tidak ada yang memulai perkenalan membuat lelaki disamping Caca tak tahan dan memilih untuk memulainya.
"Hai. Kenalin, nama saya Rasya Alhamdi. Saya biasa panggil Asya," ia menjeda ucapannya, "kedengaran kayak nama cewek ya? Hahaha," tawanya canggung, "lya, soalnya Mama saya katanya dulu pengen anaknya cewek, tapi dapatnya cowok, ya jadi panggilan saya begini deh," ucap Rasya panjang lebar.
Raisa pun membalas jabatan tangan lelaki itu, "hai Asya, saya Raisa Kenziano. Panggil Caca aja."
"Oh, hai Caca!" sapa Asya sembari menatap Caca dan tersenyum manis.
Raisa tersipu, tersenyum malu. Padahal ia sering sekali mendapatkan tatapan manis dari para pria tampan diluaran sana tapi, kali ini berbeda. Caca merasa bahwa teman lelaki di hadapannya ini sungguh tampan. Haruskah Caca jatuh cinta di pandangan pertama padanya?
Tunggu dulu, Rasya ini yang tadi dipanggil juga kan? Yang namanya Rasya A Kenziano? What? Atau jangan- jangan.....
"Guys! Yuk siap-siap! Kita tampil lima menit lagi," ujar Aluna yang datang entah dari mana. Kakaknya itu membuat pikiran Caca jadi buyar seketika.
"Ih! Dasar Khaluna Syakilla!" Ucap Caca menggebu-gebu.
"Iya, tau kok aku cantik!"
♡
Setelah berlatih beberapa kali untuk menyeimbangkan suara, nada, serta pembagian part menyanyi, mereka merasa sudah cukup baik dan siap menaiki Pentas.
Jujur saja, si Rasya yang ngomongnya sopan sangat itu, yang akan bernyanyi bersamanya agak sedikit kesulitan saat berlatih tadi. Ia cukup buta akan nada dan beberapa lirik tetapi ia memiliki suara yang bagus. Caca jadi heran, maksudnya di lingkungannya ini anak-anak seusianya rata-rata pasti sudah dilatih berbagai macam kegiatan diluar kegiatan akademik dan berlatih menyanyi menjadi salah satu yang paling umum di kalangan mereka. Tetapi kenapa Rasya ini justru asing akan hal tersebut. Selain itu suara musik dance serta kata sambutan tadi cukup menganggu sehingga membuat cowok itu tersebut terlihat kewalahan. Jangankan Rasya, Raisa sendiri juga kesulitan.
Sekarang Raisa cuma bisa berharap, semoga penampilannya tidak ada yang salah. Kalau salah, bisa-bisa ia habis oleh Mamanya.
"Ca, jangan buat kesalahan, please," ujar Caca gusar tanpa tau seseorang diam-diam memandanginya.
To Be Continue
22 juli 2020
2 juli 2024 (revisi)
KAMU SEDANG MEMBACA
Sad Girl (Revisi)
Ficção AdolescenteCerita pertama Amira Mazaya (Tahap revisi) Hidup dengan bergelimang harta serta eksistensi yang tiada henti. Masyarakat terkagum-kagum pada mereka. Berbagai pujian terlontarkan di dunia nyata maupun dunia maya. Tetapi, tentu saja ada sorot iri dan b...