Yeay!
Update lagi!
Selamat membaca!💜
Seharian ini Caca sibuk mengobrol dengan teman lamanya itu, Haina. Mereka berdua membicarakan banyak hal tentang bagaimana mereka bertemu untuk pertama kali hingga sekarang. Bahkan Caca rela dengan begitu saja pindah ke tempat duduk Haina yang berada paling belakang, tepatnya di sudut kelas meninggalkan Rasya yang notabene-nya teman sebangku Caca.
Dan, satu hal lagi. Ternyata Haina itu siswi pindahan dan akan melanjutkan sekolahnya disini, tepatnya dikelas ini. Huum, sepertinya dalam beberapa hari kedepan Rasya akan mengalami sebuah tragedi yang disebut, pengianatan.
Bahkan sekarang, Caca tidak mengajaknya pergi kekantin dan meninggalkannya sendiri dikelas. Caca justru pergi dengan si Haina itu. Apa tidak, Rasya jadi kesel sama si Haina.
Huh, menyebalkan, pikir Rasya.
Rasya pun berniat mengajak Zarga untuk menjadi teman sebangku dengannya.
Um, tidak masalah, bukan?
Sepertinya Rasya juga sudah lama tidak menyapa Zarga sejak kejadian itu.
"Zarga. Duduk sini, yok!" Rasya memanggil Zarga yang baru saja memasuki kelas sambil membawa mangkuk makanan dan segelas teh es.
Zarga yang merasa terpanggil pun menoleh. "Eh, lo manggil gue?" tanyanya.
Rasya mengganguk.
"Emang boleh?" tanya Zarga balik.
"Iya, ga' papa kok. Lagian hari ini Caca duduk sama anak baru itu, jadi Asya sendirian, deh," sunggut Rasya.
"Oke, bentar."
Zarga segera mendekat lalu meletakkan mangkuk dan gelas berisi minuman yang ia bawa tadi lalu pergi mengambil barang-barangnya untuk dipindahkan ke kursi disamping Rasya.
"Nah gitu, dong."
Zarga pun menarik meja dan kursi lalu mendekatkannya ke meja Rasya.
"Eh, ga' papa kan ini?" tanya Zarga. Dan Rasya hanya mengedikkan bahu sebagai jawaban.
"Kamu beli makanan apa?"
"Oh. Ini, mi rebus ama teh es. Lagi ujan kek gini enak kalau makan ini," tutur Zarga.
Rasya berdecak. "Hari ini panas, Ga."
"Ish, suka-suka akulah. Orang lagi pengen makan ini. Ga' perlu juga liat situasi, sampai nunggu hujan segala. Ga' perlu itu," pungkas Zarga cepat.
"Lah, kan kamu yang bilang. Bukan Asya."
***
Berbagai ocehan tertoreh dari mulut ke mulut yang didengar melalui telinga. Rasya bercerita dan Zarga mendengarkan dengan saksama, begitu juga sebaliknya. Mereka bercerita tentang banyak hal sambil menikmati semangkuk mi rebus untuk dimakan berdua. Tak lupa dengan teh es yang menggoda untuk diminum bergantian.
Huh! Romantis sekali, bukan?
"Hahaha! Jadi, lo kecebur lumpur dan ga' ada yang liat. Hahaha!" Zarga tergelak sampai harus memegangi perutnya saking geli mendengar cerita Rasya.
"Ih, kok kamu ketawa sih, Ga. Bukannya kasian. Iya. Asya jatuh ke lumpur, tapi orang-orang ndak ada yang sadar. Padahal, Asya teriak loh."
"Munkin, suara lo keredam lumpur, hahaha!"
"Emang gitu, ya?"
"Yeu, mana gua tau. Ketemu lumpur aja kagak pernah."
"Benaran ndak pernah ketemu lumpur, ya? Kasian kamu, Ga."
KAMU SEDANG MEMBACA
Sad Girl (Revisi)
Teen FictionCerita pertama Amira Mazaya (Tahap revisi) Hidup dengan bergelimang harta serta eksistensi yang tiada henti. Masyarakat terkagum-kagum pada mereka. Berbagai pujian terlontarkan di dunia nyata maupun dunia maya. Tetapi, tentu saja ada sorot iri dan b...