Selamat menjalankan ibadah puasa bagi umat muslim🙏
Selamat membaca
Siang ini sangat cerah dan terik untuk menghabiskan waktu di luar ruangan. Toh, ruang kelas ber-ac jadi, buat apalagi keluar kelas untuk mencari semilir angin. Lebih baik di kelas, sejuk.
“Ini guru emang gak ada yang niat buat ngajar apa gimana, sih?”
Haina terus saja mengomel di samping Caca yang tengah terlelap dengan bertumpu tangan di kursinya. Tidur Caca tampak damai sekali. Tidak seperti teman disampingnya ini yang berusaha mengusik.
“Ca. Caca. Ish, bangun napa! Gak kasian apa sama gue? Gue lagi pengen ngambis loh, ini. Dean! Tolong panggilin Pak Tono, dong. Suruh ngajarin kelas kita mtk.”
Haina pun terus melanjutkan aksi-aksi gilanya yang tak terduga, tak disangka dan memang beda dari yang lainnya. Pernyataan Haina sontak membuat Caca terbangun.
“Ngapain manggil Pak Tono, sih? Haina gak asik, ih,” kesal Caca lalu membuang muka kearah jendela kelas, membelakangi Haina. Melihat kelakuan Caca membuat Haina terkikik geli namun, sebisa mungkin ia tahan. Karena rencana kali ini harus berhasil. Ia jadi mengingat kembali kejadian petang kemarin. Disaat ia baru mengetahui satu fakta besar yang pastinya jika publik tahu akan sangat menggemparkan.
“Hah?”
Tak ada kata yang bisa keluar dari mulut Haina selain ‘Hah’ untuk mewakili keterkejutannya akan apa yang baru saja dijelaskan seorang wanita di depannya. Dirinya terdiam sesaat, begitu juga dengan wanita di depannya.
“Tante, enggak bercanda ya, ‘kan?” tanya Haina memastikan ulang yang langsung dihadiahi gelengan mantap dari wanita di depannya.
“Enggak, Haina.”
Wanita itu tersenyum, “Maaf, ya. Pasti kamu terkejut banget dengar fakta ini. Tapi tante gak bercanda soal Caca dan Rasya itu adalah anak tante dan Om Renald. Mereka kembar Kenziano yang sudah lama menghilang.” Haina membekap mulutnya. Ia tidak salah mendengar, ‘kan? Caca dan Rasya itu adalah kembar Kenziano? Jika iya,
“Kembar Kenziano itu sibling couple kesukaan Haina saat masih kecil loh, Tan. Masa iya, sih?”
Wanita di depannya tergelak sudah,”Hahaha, iya Haina. Tante gak bohong. Masa kamu gak percaya, sih? Kalau kamu memang nge-fans sama mereka coba diingat-ingat gimana wajah mereka.” Haina tampak berpikir keras. Bahkan dahinya berkerut. Sepertinya otaknya tengah bekerja keras untuk kembali mengingat tontonan masa kecilnya.
“Kamu kayaknya berpikir keras banget deh, cantik,” tutur Valen lalu mengeluarkan gawai pintarnya, menekan layarnya lalu menunjukkannya pada Haina.
“Ini. Salah satu episode dari ‘Kembar Kenziano’ yang masih Tante simpan. Kamu lihat, deh.”
Haina menontonnya dan, “Astaga! Iya, dong. OMG! Kok Nana baru sadar, sih? Ih, ini patut dibanggain tau, Tante.” Haina berujar heboh, membuat satu kafe menatapnya aneh.
“Hehe, maap ye para teman-teman kafe sekalian,” ujar Haina sembari menempelkan kedua telapak tangannya membentuk gesture emot maaf seperti di aplikasi chat.
Kini atensi para penggunjung sudah tidak menatap kearah mereka lagi.
“Jadi, Tante mau minta tolong apa ke Haina, Tante?”
“Jadi gini ...,”
Mengingatnya membuat Haina semakin geli. Dirinya sangat bersemangat untuk memulai misinya dengan Tante Valen dan Om Renald. Menurut Caca, ide mereka tuh out of the box banget. So sweet.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sad Girl (Revisi)
Teen FictionCerita pertama Amira Mazaya (Tahap revisi) Hidup dengan bergelimang harta serta eksistensi yang tiada henti. Masyarakat terkagum-kagum pada mereka. Berbagai pujian terlontarkan di dunia nyata maupun dunia maya. Tetapi, tentu saja ada sorot iri dan b...