Part 1

1.2K 125 212
                                    

"Ketika orang lain bisa berbahagia dengan apa yang mereka miliki sedangkan diriku tidak sama sekali"

Pagi ini Raisa tengah disibukkan dengan berbagai peralatan yang akan dibawanya untuk Masa Perkenalan Lingkungan Sekolah (MPLS) hari ini. Ia membawa semua yang sudah diumumkan kemarin.

"Name tag udah, handuk mini udah, hm ... apa lagi yah?"

Raisa atau lebih akrab dipanggil Caca ini tengah menyibukkan diri menyiapkan perlengkapan apa saja yang harus dibawanya di hari pertama ia sekolah. Sebab kemarin ia sama sekali tidak menyiapkannya. Alasannya cuma satu, kenapa sekarang kalau bisa nanti?

Ya, itu adalah alasan paling jitu. Karena tak ada seorang pun yang dapat melawan. Pernah sekali mamanya mencoba melawan.

-Flashback-

Saat itu Caca tengah duduk di balkon rumahnya sambil menikmati indahnya langit sore. Dari arah pintu kamar, mama masuk dan mendekati meja belajar Caca yang dipenuhi tugas sekolah yang belum dikerjakan dan dikumpulkan besok.

"Caca! Kenapa gak ngerjain tugas sih? Kalo gak ngerjain sekarang, besok kamu pasti kena marah guru! Ayo cepetan dikerjain." Teriakan mama sontak membuat Raisa terkejut dan melompat dari kursi yang ia duduki. Ia melihat mamanya yang duduk di pinggiran kasur sambil menata buku Caca yang berserakan di atas meja belajarnya.

Melihat Mama nya justru membuat caca tersenyum jahil. "Yaa, kenapa harus sekarang kalau bisa nanti?" Tanya Caca pada Valen, Mamanya sambil berjalan mendekati mamanya.

Mendengar itu membuat Valen semakin geram dengan anaknya ini. Ia tau kalau anaknya ini gemar sekali menyangkal perkataannya. Memang sunggung duplikat dirinya sekali.

"Ya harus dong! Karena kalo gak sekarang kapan lagi," jelas Valen selembur munkin agar anaknya dapat mengerti dan mulai mengerjakan tugasnya.

Tentu tidak semudah itu menyuruh seorang anak kelas 1 mengerjakan tugas, apalagi anaknya adalah Raisa.

"Ya kan kata Mama dikumpulnya besok. Ya berarti masih bisa di kerjain besok. Kalo misalnya Tuhan bilang Raisa udah gak ada besok, Caca pasti udah kerjain tugasnya sekarang."

Pernyataan Raisa sontak membuat Mamanya kaget bukan kepalang dan langsung memeluk Raisa yang baru saja menghampirinya. Sebab siapa lagi yang akan menemani kesehariannya. Ditambah lagi sidang perceraian yang baru saja usai.

Tapi, itu dulu. Sekarang mama benar-benar sibuk dengan karirnya yang memang lagi naik-naiknya. Ya, kalian tau pekerjaan Mamanya itu apa? Ia adalah seorang diva Indonesia yang namanya sedang melambung ke jagat internasional. Dan hal itu membuatnya sangat sibuk dan sering meninggalkan Caca untuk bekerja baik dalam negri maupun ke luar negeri.

Apa ada yang bertanya mengapa Mama nya sesibuk itu kerja?

Ya, jelas untuk melanjutkan karirnya itu. Ia tidak bodoh untuk meninggalkan job dengan bayaran tinggi hanya untuk mengurus Caca di rumah bukan?

Hal itu yang membuat Caca ... Huh! Lupakan, Caca harus berangkat sekolah sekarang.

Welcome to new school. New life and new friend?

Raisa sudah sampai di parkiran sekolah. Setelah turun dari mobil, Raisa segera mengambil barang-barang yang harus dibawa ke sekolah hari ini.

"Pak Joko. Bisa keluarin barang yang di bagasi gak?" Pinta Raisa.

"Oh, sebentar ya Non. Saya ambilkan dulu."

Pak Joko pun mengambilkan semua barang yang sudah dimasukkan di dalam tas lalu memberikannya pada Raisa.

"Makasih ya, Pak," ujar Raisa sambil menyandangkan tasnya dibahu. Tak lupa ia menyertakan senyum manisnya Pak Joko. Hal itu membuat Pak Joko pangling seketika.

"Aduh Non, jangan senyum-senyum gitu dong. Nanti Pak Joko berpaling ke kamu gimana?"

Caca tersipu. "Aduh, jangan dong pak. Gak kasian sama Bi Siti yang udah setia sama Bapak? Kalau gak mau lagi Caca bilangin deh ke Bi Siti."

Pak Joko sontak menggelengkan kepalanya cepat, "Eh, jangan Non. Ya, bapak masih setia lah. Bi Siti kan pris lop nya pak Joko."

Caca terkekeh "first love Pak, bukan pris lop."

Pak Joko menggaruk tengkuknya malu, "iyadeh Non. Lain kali ajarin Pak Joko biar bisa ngomong yang kayak gitu."

"Iya deh, Pak."

"Yaudah Non, buruan masuk!"

"Iya Pak." Raisa pun melangkahkan kakinya memasuki sekolah.

Baru beberapa langkah, ia mendengarkan teriakan dari belakangnya yang membuat ia membalikkan badan.

"Semangat belajarnya ya Non! Pak Joko janji bakalan bantu kalau bisa!" Teriak Pak Joko dan itu membuat Raisa tersenyum.

"Iya Pak!" Raisa pun mengacungkan dua jempol pada Pak Joko yang dibalas dengan hal yang sama oleh Pak Joko. Lalu Raisa melanjutkan langkahnya ke dalam sekolah.

"Mereka yang bukan siapa-siapa saja peduli padaku. Kenapa Mama tidak?" ujar Raisa bersamaan dengan senyum manisnya yang menghilang.

"ANAK-ANAK SEMUA SILAHKAN BERBARIS SESUAI DENGAN KELOMPOK YANG SUDAH DITENTUKAN!"

Ya, saat ini kakak kelasnya sebagai panitia MPLS sedang sibuk mengatur barisan untuk murid-murid baru. Padahal untuk dua kelompok pertama sudah berbaris rapi sejak tadi, bahkan sudah duduk didalam barisan masing-masing.

Menit berlalu, sekarang acara pembukaan MPLS para murid baru akan segera di mulai. Tapi, sebelum itu, "test ... test! Kepada Rasya A Kenziano dipanggil ke belakang panggung. Terima kasih."

Suara itu sontak membuat Raisa terkejut lalu menaikkan salah satu alisnya. Itu nama siapa sih? Kok mirip banget dengan nama aku. Jangan-jangan ada yang mau ngaku-ngaku kembaran aku lagi, batinnya yang rada julid.

Tak lama kemudian pengeras suara mulai kembali berbunyi yang membuat anak-anak terkejut. Sebab saat ini mereka diperintahkan untuk diam.

"Test! Kepada Raisa Kenziano dipanggil ke belakang panggung sekarang! Terima kasih."

Suara nyaring itu hampir membuat gendang telinga Raisa pecah. Sebab posisinya saat ini memang berdekatan dengan pengeras suara.

Raisa segera berdiri dan melangkahkan kakinya ringan tanpa rasa takut sekalipun. Sebab ia dulu juga bersekolah di sini. Maksudnya sekolah dasarnya juga di lingkungan ini dan tentu saja Raisa tau semua tempat di sini. Ya, walau tidak semua sih. Karna Raisa jarang sekali berkeliling sekolahnya.

Bila ditanya alasannya cuma satu. 'Aku kan udah famous.'

Terkadang perkataan itu membuat sebagian orang tertawa geli tapi, ada juga yang iri terhadapnya. Sebab mereka menginginkan kehidupan seperti Raisa. Hanya saja nasib mereka berkata lain. Tapi, disini justru Raisa yang iri pada mereka.

Tidak membutuhkan waktu yang lama, ia sudah sampai di belakang panggung. Dilihatnya para guru dan kakak panitia MPLS serta beberapa murid lain sedang mempersiapkan acara penyambutan siswa baru saat ini.

Dilihatnya orang-orang dari segala sisi. Ia bingung ingin bertanya pada siapa. Di sudut ruangan di lihatnya seseorang gadis tengah duduk di kursi menghadap kipas angin sambil mengelap keringatnya. Dipandangnya wajah gadis itu, wajah itu rasanya familiar baginya.

Seperti merasa diperhatikan, gadis tersebut melihat ke arah Raisa. Ia pun langsung beranjak meninggalkan tempat duduknya dan mendekati Raisa.

To Be Continue

26 Juni 2024 (Revisi)

Sad Girl (Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang