Sad girl |15

176 25 6
                                    

Yeay, update lagi!

Sebelumnya jangan lupa vote dan follow amiramazaya_



Tandai, jika ada kesalahan.

💜H a p p y r e a d i n g💜


***


Salah satu sudut bibir Zarga terangkat, memperlihatkan smirk nya. Sepertinya emang benar. Karena lo sendiri yang bakal ngebuka semuanya, batin Zarga setelahnya ia menjauh dari kerumunan.

"Gue yakin, kalau semua rencana ini akan berhasil. Lo tingal siap-siap aja."


***


"Keluarkan dia sekarang juga!" teriak Caca dengan penuh penekanan di tiap kata nya.

"Loh, emang ada apa nak? Dia ada ngelakuin hal jahat sama kamu? Tapi, Mama ga' ada dapat laporan dari pihak sekol--"

"Pokoknya keluarin! Caca muak liat dia!" Potong Caca cepat. Ia tidak peduli Mamanya tengah kebinggungan akan maksudnya, yang penting orang itu harus keluar dari sekolah sekarang juga. Caca benar-benar benci aka keberadaanya.

Melihat itu Rasya terdiam. Ia jadi ingat saat ia membawa pergi Caca dari hadapan Zarga menuju perpustakaan.

Saat itu Rasya terus saja menarik Caca tanpa tau kemana tempat yang dituju, sedangkan Caca hanya menunduk tanpa menolak kemana ia akan dibawa oleh Rasya. Dan, selama itu juga Caca menahan tangis nya. Ia kuat. Ia tidak boleh menangis di depan banyak orang.

Rasya membawa Caca ke taman belakang sekolah, tempat yang jarang dituju warga sekolah karena terlalu sepi dan jauh dari gedung sekolah.

Caca melepas semua tangisnya disana.

"Hiks, emang! Gue emang gak jelas! Asal usul gua, hiks ... gak jelas. Hua!" raung Caca mengutarakan semua rasa sakit hatinya.

"Gue gak tau! Gue ... gue bi-- binggung. Gue gak bisa ingat dengan jelas, siapa ayah gue. Gue gak pernah ketemu dia. Gue bener-bener susah buat ingat semua dengan baik"

Rasya hanya diam. Mendengarkan semua yang terlontar dari bibir merah plum nan tipis seorang Raisa Kenziano, seseorang yang bisa ia dekati dengan mudah dengan latar belakang kehidupan yang sangat jauh dengannya.

Anak kampung yang biasa dapat berteman dengan anak artis papan atas, internasional.

Aneh, bukan?

"Sya, emang gue gak boleh bahagia, ya? Sekali aja! Sekali! Gue pengen banget bisa bahagia. Gue pengen tersenyum tulus. Bukan lagi berpura-pura tersenyum. Gue pengen, hati gue ikutan senyum, gak bibir doang. Hiks"

Rasya mendekap Caca dalam pelukan menanangkannya. Dengan posesif Rasya mengelus punggung Caca pelan, memenangkan api amarah yang ada dalam diri Caca.

Caca terus saja terisak dalam tangisnya. Ia tak bisa menahannya. Semuanya sudah meledak, sepertinya.

"Kenapa sih, Tuhan tuh gak pernah adil sama gue? Iya, gue terkenal, hiks ... punya banyak harta ...." Caca terdiam sejenak akan ucapannya tadi.

"... ma--maksudnya cukup. Hidup gue cukup, gitu."

Rasya menggangguk. "Iya, Ca. Asya ngerti kok, lanjut."

"Ta--tapi, kenapa Caca harus hidup tanpa pernah tau, siapa ayah Caca," Ujar Caca melemah diakhir, bahkan terkesan berbisik.

Sad Girl (Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang