Part 7

392 52 12
                                    

Raisa tak dapat membendung air matanya. Ia menangis. Air mata terus saja bercucuran jatuh membasahi pipi. Ia sangat terlihat lemah. Sangat lemah. Ia memilih melihat ke arah jendela mobil agar Pak Joko tak tahu.

Tapi, mau bagaimanapun Pak Joko pasti tahu. Hanya saja lebih memilih diam.

Caca semakin terisak. Ia menggigit bibirnya agar tidak menimbulkan suara. Bahunya semakin bergetar akibat menahan tangis.

Pak Joko semakin tak tega melihatnya. Tapi memilih diam mungkin yang terbaik.

"Mama jahat! Mama jahat! Papa ... Papa kapan pulang? Katanya janji mau jagain Caca? Papa kemana?" Batin Caca dalam isak tangisnya.

Caca mengusap air mata dan hidungnya dengan rompi sekolahnya. Aish, ia tak peduli. Hatinya lebih sakit sekarang.

Terdapat notifikasi pesan. Sepertinya dari teleponnya Pak Joko. Caca memilih untuk mengabaikannya.

Saat itu mereka tengah berhenti di lampu merah. Pak Joko pun membaca pesan yang dikirimkan oleh Valencia.

Pengirim : Nyonya
Raisa sama kamu? Masih nangis? Pastikan ketika ke sekolah matanya udah gak bengkak

Begitulah pesan yang Valen kirimkan pada supirnya. Pak Joko berniat untuk membalas. Tapi, sebelum itu Raisa sudah mencegahnya secara tiba-tiba.

"Si Valen itu nanya lagi? Mastiin mata Caca gak bengkak pas disekolah?" ujar Caca datar sambil menoleh ke arah Pak Joko.

Tak ada senyuman sama sekali. Hanya wajah berantakan yang dibuat datar agar terlihat kuat. Karena itu adalah topeng terbaik dari semua pilihan topeng yang ada, yang Raisa bisa.

Pak Joko menelan salivanya. Nona muda nya ini pasti sudah sangat hafal dengan semua perlakuan tak enak dari Nyonya Valen padanya.

"Gausah dibalas." Tekan Raisa.

Hal ini membuat Pak Joko jadi pusing sendiri. Ingin membalas pesan Nyonya Valen tapi ntar Nona muda disampingnya ini bisa berlaku yang aneh-aneh. Tapi, kalau dia gak balas, aduh. Pak Joko memegang kepalanya.

"Mumet banget ya gusti. Semoga segera berahkir. Aamiin." Cicit Pak Joko pelan.

Belum satu hari berita mata Caca yang sembab sudah menyebar. Membuat anak-anak satu sekolah sibuk mendatanginya dan Rasya mendadak jadi bodyguard yang melindungi Caca sampai kelas berakhir.

Raisa tersenyum kala Rasya terus menyuruhnya untuk tetap dibelakangnya sampai ke mobil jemputan Caca.

"Caca! Tetap dibelakang saya, ya. Saya jagain!"

Tangan Rasya terbuka lebar menghalangi wartawan yang sudah menunggu didepan gerbang.

Karena saking berdesaknya Rasya menarik kedua tangan Caca untuk dipeluk pada lingkar pinggangnya.

"Tangan Caca siniin!" Pinta Rasya.

"Buat apa?!"

"Peluk!"

Tangan Caca pun langsung memeluk erat Rasya. Hah, ia jadi meleleh. Rasya ini boyfriend material banget deh.

"Jangan diem! Ayo lari, mobilnya disitu." Caca mengangguk sebagai jawaban lantas berlari dengan memeluk Rasya.

Saat semakin mendekat Pak Joko langsung membukakan pintu agar keduanya langsung masuk.

"Hati-hati non!"

Sad Girl (Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang