Menunggu menjadi hal yang sangat membosankan. Aran sebenarnya sudah bilang untuk tak menjemputnya tapi ada rasa yang aneh dalam diri Shani, ia ingin terus berada disamping Aran. Apa ini bawaan dari sang bayi?
Aran sudah terlihat berlari kearah mobilnya, Shani keluar dari dalam mobil dan merentangkan tangannya menyambut Aran. Pelukan Shani begitu erat.
"Cici lama nunggu ya?"
Shani mengangguk seperti anak kecil sambil mempoutkan kedua bibirnya membuat Aran tersenyum gemes.
"Maaf, tadi ujiannya mundur setengah jam"
"Kamu bisa kan ngerjainnya?"
"Bisa dong, cici mau langsung pulang atau gimana?"
Shani terdiam untuk berpikir.
"Ran aku mau jalan jalan naik mrt"
"Mrt?"
Shani menatap Aran berharap Aran mewujudkannya.
"Ngidamnya aneh ya ci, yaudah ayo kita parkir didekat rumah aja"
Wajah Shani terlihat senang, ia kembali memeluk Aran. Sejak kemarin Shani memang terlihat berbeda ia begitu manja pada Aran, hal ini bisa terjadi karna bawaan sang bayi dan Aran tak masalah selagi ia bisa mewujudkannya.
Mereka mencari tempat parkir terdekat agar Shani tak lelah berjalan nanti.
Berkeliling Jakarta dengan menaiki mrt. Aran membawa Shani masuk kegerbong yang cukup sepi. Matahari sore menemani perjalanan mereka. Aran tersenyum melihat Shani yang begitu bahagia tak seperti beberapa minggu kemarin sebelum mereka menikah.
"Ran cantik banget dari sini" Shani menunjuk gedung gedung tinggi yang terkena sinar matahari
"Senang banget ya"
Shani mengangguk cepat, ia kembali menikmati pemandangan indah.
Kencan setelah menikah, terdengar aneh namun Aran begitu menikmatinya. Apalagi Shani yang ia miliki sekarang, seperti terobati dari semua luka luka yang pernah ia dapatkan. Shani memeluk lengan Aran dan menyandarkan kepalanya dibahu Aran.
"Maaf ya Ran kalau aku jadi manja gini"
"Ngapain minta maaf sih ci, aku malah senang cici gini"
"Aku gak gini Ran, serius. Ini bawaan dedeknya"
"Dedeknya cewek kayanya ya"
Shani menatap Aran dengan penuh senyuman.
"Kamu maunya apa?"
"Emm... cewek biar secantik cici"
"Kalau cowok gimana?"
"Gak papa, asal cici sama dedeknya sehat"
"Aku maunya cowok biar ada yang bantuin kamu"
"Apa aja ci yang Allah kasih asal bisa buat kita bahagia" Aran mengelus perut Shani
"Mas Aran"
"Apasih manggilnya gitu lagi"
"Kalau aku nanti gendutan gimana?"
"Gak papa cici malah gemesin"
Keduanya tertawa bersama. Sore yang terasa panjang untuk mereka berdua.
....
"Cici udah daftarkan?" Aran memasukkan beberapa keperluan mereka.
Aran sibuk memasukkan tisu basah, air minum dan handsanitizer.
"Udah kita nomer 4, jam 8 juga kliniknya buka"
"Sholat isya didekat sana aja ya ci"
"Iyaa"
KAMU SEDANG MEMBACA
Rapsodi
FanfictionPernikahan adalah hal yg sakral. Menyatukan dua pikiran, dua kepribadian dan masalalu. Mampukah Shani dan Aran melewati badai dalam rumah tangga mereka dengan semua perbedaan yang ada? Mampukah mereka saling melupakan masalalu? "Untuk apa kamu berta...