Part 23

5.2K 647 162
                                    

Chika menunggu Aran dengan gelisah. Chika terus menatap pintu cafe menanti kedatangan Aran.

Akhirnya Aran tiba, Aran memberikan senyuman tipis pada Chika.

"Ran maaf"

"Gak papa"

"Aku gak tau kalau kamu datang sama istri kamu dan aku gak tau kalau ka Shani itu istri kamu"

"Gak papa Chik, aku udah jelasin sama dia"

"Aku kangen aja sama kamu Ran, maaf kalau aku berlebihan. Aku juga sadar aku gak bisa lagi sama kamu." Mata Chika berkaca kaca menahan tangisnya

Aran menggenggam tangan Chika memberinya kekuatan.

"Kamu juga bahagia ya sama yang baru, aku udah maafin kamu"

"Kita masih sahabatan kan Ran?"

"Masih Chik" Aran tersenyum sambil mengelus rambut Chika

Dia tetap Aran yang dulu, sahabat Chika. Tak ada yang berubah dari seorang Aran yang Chika kenal.

.....

Lima Bulan Kemudian

Aran tengah menemani Afra bermain. Kini usia Afra telah menginjak delapan bulan, ia sudah bisa duduk dan merangka bahkan Afra sudah mengerti diajak berkomunikasi sedikit demi sedikit.

"Sayang, panggil papah dong. Papah"

"Appa"

"Papah"

"Appa"

"Kok jadi bahasa korea sih" Aran tertawa gemes melihat Afra

"Papah"

"Appa"

"Ini pasti karna mamahnya pas ngidam tontonannya korea mulu, Sehun oppa" ejek Aran melihat Shani yang sibuk merapikan pakaiannya

"Mas aku pulang telat ya"

"Lagi?"

"Iya"

Shani pergi begitu saja. Beberap minggu terakhir Shani terlihat berbeda, Aran tak paham dengan apa yang sedang terjadi pada Shani. Aran hanya tahu perusahaan Shani sedang bermasalah dengan pihak investor.

....

Sudah pukul sebelas malam namun Shani belum juga pulang, beberapa kali Aran menghubungi Shani namun tak dijawab Shani.

Kegelisahan Aran pun berakhir melihat Shani diambang pintu. Wajah lelah Shani begitu terlihat.

"Cici udah makan? Mau aku buatin teh atau coklat panas?"

"Gak usah mas aku mau langsung tidur"

Shani langsung masuk kedalam kamar, Aran memandang tudung saji yang sudah ia siapkan untuk Shani. Aran sengaja tak makan malam agar bisa menemani Shani makan namun sayangnya Shani masuk begitu saja.

Helaan nafas berat Aran keluar begitu saja. Senyumannya terasa perih melihat makanan yang masih utuh dimeja makan. Ia tak bisa marah, Shani sudah lelah ia tak ingin menambah beban Shani lagi.

Aran menuju kamar mereka, ia ikut berbaring disamping Shani.

"Ci, udah tidur?"

"Emm" Shani tidur membelakangi Aran

"Gimana hari ini?"

"Aku ngantuk mas"

"Yaudah maaf, kamu tidur yang nyenyak ya"

Aran mencium puncuk rambut Shani. Shani terasa berbeda, bukan Shani yang hangat seperti dulu, bukan Shani yang selalu menenangkan.

Pikiran Aran terus berputar mencari cara agar Shani bisa nyaman menceritakan semua permasalahannya dengan Aran. Aran ingin Shani yang dulu, yang bisa berbagi apapun dengannya.

RapsodiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang