Shani terlihat gelisah diruangannya, beberapa kali ia mencoba menghubungi seseorang.
"Halo, kenapa baru diangkat? Kenapa bisa kacau sih disana?"
Feny yang melihat Shani yang emosi hanya diam, ia tau tanggung jawab Shani besar pada proyek ini. Shani begitu marah, nada suaranya pun meninggi.
"Ayo Fen, kita rapat sekarang"
Melody pun hadir pada rapat itu. Biaya yang seharusnya cukup untuk pembangunan perumahan di daerah Semarang itu malah salah perkiraan dilapangan.
"Shan, kamu harus kesana" perintah Melody
Shani menundukkan kepalanya. Jika sebelum menikah ia mau untuk mengecek langsung ke lapangan tapi kini ia tak mau, ia lebih suka di Jakarta.
Rapat pun selesai, Shani harus tetap berangkat bersama Feny.
"Kalau lo gak bisa biar gue aja Shan"
"Ini juga tanggung jawab gue Fen"
Perasaan Shani kacau, ia tak mau meninggalkan Aran. Pikiran Shani sedari tadi hanya tertuju pada Aran.
Jam kantor selesai, Shani tak mau berlama lama ia langsung pulang. Walaupun Aran tentu belum dirumah namun menunggu Aran pulang sedikit membuat kekacauan hatinya berkurang.
Shani diam menunggu diruang tamu. Ia tak siap untuk berangkat besok.
"Assalamualaikum"
Shani bergegas membukakan Aran pintu. Senyuman Aran membuat hati Shani sedikit tenang. Shani langsung memeluk erat Aran.
"Cici kenapa?"
Tak ada jawaban, Shani menyandarkan kepalanya dibahu Aran.
"Kenapa ci?"
"Ran aku besok ke Semarang"
"Ke Semarang?"
"Proyek disana kacau, tapi aku gak mau pergi Ran"
Biasanya Aran yang bersikeras menahan Shani tapi kini Shani yang tak mau pergi. Aran mengelus kepala Shani, membawa Shani masuk kedalam rumah.
"Berapa hari?"
"Tiga kalau cepat selesai"
"Pergi aja kalau penting, nanti siapin semua keperluan kamu sama dedek biar aman disana"
"Kamu?"
"Aku kenapa?"
"Kamu gak mau nahan aku? Aku gak mau pergi Ran"
"Ci, aku gak perlu jelasin tentang tanggung jawab kerja sama kamu. Kamu lebih paham dari aku"
Shani memghela nafasnya
"Gimana kalau aku kangen?"
"Aku nelpon cici nanti kalau malam"
"Gimana kalau aku gak bisa tidur"
"Aku tungguin sampai cici tidur"
Shani akhirnya mengangguk walaupun hatinya masih terasa berat berpisah dari Aran.
"Aku mandi dulu baru bantu cici packing"
Aran mencium puncuk kepala Shani.
Selesai sholat magrib, Aran menyiapkan segala keperluan Shani. Shani hanya memperhatikan Aran tanpa bersuara.
"Sama siapa perginya?"
"Sama Feny"
"Ini ada handsanitizer, masker, payung, ada vitamin yang cici harus minum tiap pagi, tablet tambah darah malam"
![](https://img.wattpad.com/cover/280497337-288-k318875.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Rapsodi
FanfictionPernikahan adalah hal yg sakral. Menyatukan dua pikiran, dua kepribadian dan masalalu. Mampukah Shani dan Aran melewati badai dalam rumah tangga mereka dengan semua perbedaan yang ada? Mampukah mereka saling melupakan masalalu? "Untuk apa kamu berta...