Part 3

5.7K 677 53
                                    

Shani mengambil cuti untuk pernikahannya yang tinggal seminggu lagi. Ia berada didalam mobilnya menanti Aran selesai kuliah sore ini. Jadwal mereka hari ini adalah foto prawedding, sebenarnya Shani tak ingin melakukannya namun kedua orang tua Aran meminta mereka melakukannya.

Ada perasaan yang mengganjal dihati Shani, setengah hatinya belum bisa melupakan kekasihnya namun ia harus menerima kenyataan lain bahwa kedua orang tua kekasihnya tak menginginkan dirinya. Menikah adalah keinginan semua orang, apalagi menikah dengan seseorang yang dicintai. Mungkin Aran adalah sosok anak baik tapi belum tentu Aran mampu menjadi sosok suami yang baik untuk Shani.

Suara ketukan jendela menghentikan lamunan Shani. Sebuah senyuman manis terjadi dihadapannya.

"Cici lama nunggu ya? Nih aku beliin minuman dingin"

Shani tersenyum menerima pemberian Aran. Mata Shani mengikuti Aran yang tengah berlari kecil menuju pintu kursi penumpang.

"Enak gak ci?"

"Enak"

"Jadi kita mau kemana hari ini?"

"Kita prawed ya, konsepnya udah aku buat"

Aran hanya mengangguk paham. Shani menyalakan mesin mobilnya namun tangan Aran menggenggam tangan Shani.

"Aku tau, masih ada yang buat cici belum bisa nerima pernikahan ini. Ci, kita nikah bukan main main tapi kalau hati cici gak yakin jangan terusin ini"

Shani menundukkan kepalanya, akhirnya air mata itu jatuh juga. Air mata yang ia tahan selama ini. Bukan ia tak menyukai Aran tapi Shani masih tak bisa menerima kenyataan bahwa ia tak akan bisa menikah dengan kekasihnya.

Aran membawa Shani dalam dekapannya.

"Maaf ci, aku pun gak bisa kalau liat cici kaya gini. Jangan maksaain ci, pikirkan lagi selagi masih ada waktu" bagi Aran semua keputusan ada di Shani, jika Shani ingin membatalkannya Aran siap meskipun harus berhadapan dengan orang tuanya lagi.

Shani masih menangis dalam pelukkan Aran.
...

Shani memilih konsep dialam terbuka untuk sesi pemotretan pernikahannya. Aran menggenakan jaket levis hitam dan Shani pun sama. Mereka duduk dibawah pohon sambil Aran seakan akan sedang memainkan ukulele.

"Sorry ci" Aran memperbaiki anak rambut yang menghalangi wajah cantik Shani

"Aran, aaaa buka mulutnya" Shani menyuapi Aran biskuit

Dan semua yang mereka lakukan di potret sangat bagus oleh "teman" Shani.

"Emang yang mantan model ya gak ada obat"

"Apaan sih ka?"

"Oh iya lupa, Ran ini Vino dia kakak kelas aku di SMA"

Shani lupa mengenalkan Aran dengan Vino karna buru-buru dikejar waktu untuk pemotretan.

"Hai Bro" sapa Aran

"Gue dulu mantannya Shani"

"Ka Vino"

"Gak papa cuma mantan kan soalnya bentar lagi jadi milik saya" ucap Aran tersenyum bangga

Vino hanya mampu tertawa kecut mendengar ucapan Aran.

Shani menarik Aran menuju perkebunan teh. Hari memang sudah menjelang malam namun masih terlihat terang dan pas untuk pengambilan gambar.

"Shan dekatin Aran dong, tangannya taro dibahu Aran, hidung kalian tempelin ya"

Shani dan Aran terlihat sangat canggung, sekuat tenaga Aran menahan tawanya.

"Hahaha sorry sorry bro"

RapsodiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang