Part 20

6.1K 671 107
                                    

Andmesh-Jangan Rubah Takdir Ku

Shani sudah genap sembilan bulan kehamilannya, tinggal menunggu hitungan hari lagi. Aran masih sambil bekerja untuk memenuhi kebutuhan Shani dan bayi mereka nanti.

"Mas papah" Shani membangunkan Aran yang tidur dalam pelukannya

"Iya ci"

"Perut aku sakit"

"Kamu mau ketoilet?"

"Gak tau kenapa"

"Aku terlalu kencang ya meluknya?"

"Gak"

Aran langsung terduduk, ia langsung mengambilkan Shani jaket.

"Kita ke rumah sakit sekarang"

Sepanjang perjalanan Aran tak pernah melepaskan tangannya pada Shani yang menahan sakit.

Mereka tiba dirumah sakit, Shani langsung diperiksa oleh dokter jaga IGD.

"Anak pertama pak?"

"Iya dok"

"Baru pembukaan dua, boleh pulang dulu saja pak"

"Istri saya kesakitan dok, kalau dirumah kenapa napa gimana dok?"

Shani menepuk nepuk tangan Aran, ia tahu Aran tengah emosi.

"Ini baru pembukaan dua apalagi ini anak pertama akan sangat lama untuk masuk kepembukaan selanjutnya, bisa kembali tengah hari nanti. Jika ibunya disini tidak akan bisa tidur tenang, bapak pun harus tenang" jelas sang dokter

"Makasih dok" ucap Shani

"Mas papah, tenang ya. Dokternya gak mungkin salah prediksi, ini emang mules tapi gak parah masih bisa ditahan jadi kita pulang aja ya mas papah"

"Tapi ci..."

"Mas papah, temanin dirumah lebih tenang yang penting kita udah tau"

Aran pun setuju, ia membawa Shani kembali meskipun hatinya tak tenang. Sesampainya mereka dirumah Shani kembali untuk tidur sementara Aran menyiapkan keperluan Shani untuk dirumah sakit. Aran memasukkan baju baju pemberian Eve, Aran tersenyum melihat baju mungil itu. Baju ganti untuk Shani pun ia siapkan.

Aran duduk dipinggiran kasur disamping Shani yang sudah terlelap. Aran sangat gugup sampai ia tak bisa tidur kembali padahal ini masih dini hari.

Jam terus berputar, Aran sampai tertidur sambil terduduk didekat Shani. Adzan subuh pun berkumandang.

"Mas papah kok tidurnya gitu?"

"Jagain cici"

"Sakit dong nanti badannya, sini peluk"

Aran berbaring dan memeluk Shani.

"Tutup matanya lima menit sebelum kita bangun sholat"

Aran mengikuti ucapan Shani, dalam dekapan hangat itu Aran mendapat ketenangan dari semua kegelisahannya.

......

"Udah kamu turun kuliah aja"

"Gak mau, nanti aku gak ada pas kamu lahiran"

Sudah setengah jam Cindy mendengar pertengkaran dua orang didepannya itu.

"Bukan mau ikut campur ya, Ran mending turun deh kan kelas kamu cuma 2 jam aja, ada aku sama ibu nanti"

"Iyaa udah sana nanti telat"

"Yaudah, sini peluk dulu"

Aran mendekap Shani erat, ia mencium puncuk rambut Shani beberapa kali. Aran mengelus pundak Shani memberinya semangat.

RapsodiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang