Satu bulan sudah berlalu sejak aku mengunjungi Jungkook saat itu, tak ada yang berubah, semua tetap sama.
Namun untungnya Jiwoo baik-baik saja, bahkan sangat baik, tampaknya ia berhasil merelakan perasaannya demi orang tua dan keluarganya.
Jiwoo sungguh berhati malaikat.
"Eonnie... "
"Eonnie... "
Pandanganku yang awalnya hanya fokus tertuju pada wajah manisnya tiba-tiba buyar karena tangan yang ia ayunkan di depan wajahku.
Senyumku tetap terpasang, bagaimana bisa gadis ini lebih bijak dan dewasa dariku?
"Sayang, kau baik-baik saja?" Kali ini sosok di sampingnya yang tampak serius memperhatikanku. Manis sekali sepasang saudara ini.
Aku semakin menampir senyum yang lebih, "tentu saja, apa ada yang lebih baik dari berpiknik bersama suami dan adik ipar dengan cuaca sebagus hari ini?"
"Cih, kau bisa saja Eonnie," Jiwoo menunjukkan wajah menggemaskannya, "ini, makan yang banyak ya Eonnie-ku sayang, supaya keponakanku juga kenyang di dalam sana dan keluar dengan sehat dua bulan lagi." Ia beralih menaruh sepotong roti di atas piring kecilku lalu mengusap perut buncitku dengan penuh kasih.
Aku membalasnya dengan senyum.
"Setelah kau melahirkan kita harus sering-sering piknik seperti ini bersama anak kalian nanti." Ceria Jiwoo telah kembali, inilah Jiwoo yang kurindukan.
"Tentu saja." Jimin yang menjawab.
Jiwoo menghembuskan nafas, "rasanya sudah lama sekali aku tidak merasakan udara segar bersama kalian seperti ini, rasanya bahagia sekali bisa melihat kalian berdua hidup bersama."
"Kau benar, sudah banyak hal dan kesedihan yang kita lalui, kalian sudah banyak menderita karenaku."
"Aish, sudah berapa kali aku bilang, jangan berkata seperti itu, kau itu istri Oppa-ku, keluarga kami, kami tidak mungkin membiarkan keluarga kami menderita, bukan begitu Oppa?"
"Adikku ini sudah semakin dewasa ternyata," Jimin mengusap puncak kepala Jiwoo bangga, dan aku tersenyum haru mendengar Jiwoo dan perlakuan manis Jimin terhadap adiknya, semoga saja mereka dapat melupakan luka lama dan hidup seperti dulu, walau aku yakin bayang-bayang saudara mereka Jin pasti masih sering membayangi mereka.
"Tentu saja, usia tidak bisa menjadi tolak ukur kedewasaan seseorang Oppa."
Aku dan Jimin kembali tersenyum mendengar ucapan Jiwoo.
"Ngomong-ngomong, kalian jadi kan mau beres-beres barang besok?"
"Iya, akan lebih baik secepatnya, kami tidak nyaman harus merepotkan Eommonie dan Abbeojie terus menerus."
"Aku tinggal bersama kalian ya, Oppa, Eonnie?"
Mendengar itu aku langsung menoleh pada Jimin, lebih jelasnya ingin minta persetujuan agar Jiwoo tinggal bersama kami.
"Tidak boleh, nanti siapa yang menemani Eomma dan Appa dirumah kalau kau juga ikut pindah? Lagipula aku ingin tinggal berdua saja dengan istriku, mengganggu saja." Namun dengan tegasnya Jimin menentang, aku hanya bisa mengulum senyumku mendengar Jimin berkata "aku ingin tinggal berdua saja dengan istriku" ya Tuhan manis sekali.
Raut wajah Jiwoo langsung menunjukkan kekecewaan, bibirnya mengerucut sebal, "Eonnie... " rengeknya padaku, berharap aku membujuk Jimin.
"Tidak, jangan coba-coba merengek pada istriku, aku tahu dia pasti tidak akan bisa menolakmu, dasar kau ini!" Namun belum sempat aku bereaksi, Jimin lagi-lagi membuatku berdebar tak karuan, entah kenapa kata "istri" yang ia ucapkan dan dimaksudkan untukku selalu berhasil membuat seluruh kupu-kupu diatas perutku menari.
KAMU SEDANG MEMBACA
Meet You [Park Jimin]
FantasyCerita ini bukan kisah tentang cinloknya seorang CEO perusahaan besar dan sekretarisnya, bukan pula tentang perjodohan bisnis anak-anak konglomerat. Melainkan sebuah kisah dimana seorang atlet volly wanita bernama Kim Hyerin yang tak sengaja terses...