Suara kokokan ayam kembali terdengar untuk membangunkan para insan yang masih tertidur lelap, sama seperti pagi-pagi biasanya. Namun bagiku pagi hari ini berbeda, jauh lebih membahagiakan dari setiap kali aku membuka mataku di hari-hari sebelumnya.
Pada saat aku membuka mata, hal pertama yang aku lihat adalah wajah teduh dari sosok yang masih terlelap begitu tenang, deru nafasnya yang menghembus hingga ke wajahku dan pahatan wajah sempurnanya begitu menyejukkan mata yang langsung menjalar ke seluruh isi hati, raut lelahnya mendorongku untuk mengusap wajah mulus itu, membelainya dengan penuh sayang dan tulus.
Ibu jariku mengusap setiap titik di wajahnya, berhasil mengulas seulas senyum dari bibirku. Dunia sungguh lucu, jalan hidup sungguh tak dapat ditebak, dan takdir tak akan bisa dilawan.
Siapa yang mengira akhir hidupku akan seperti ini?
Bertemu dengan jodoh di tempat yang bahkan tak pernah terbayangkan olehku?
Wajah tampannya ini membuatku tak bisa menahan diri untuk tak mengecup pipi mulusnya, sehingga aku mendekat berniat mendaratkan milikku disana.
Namun, sedetik sebelum benar-benar mendarat dan jarak yang tersisa pun tak lebih dari dua jari, tiba-tiba terbangun membuatku langsung mundur secara spontan, jujur aku kaget bukan main, gelagapan dan bingung harus bereaksi seperti apa, wajahku memerah menahan malu setengah mati.
Sial, aku tertangkap basah.
Berbeda dengannya yang langsung menampirkan secarik senyum mengejek. Aku berusaha menghindari kontak mata dengannya, dan kini aku pasti tampak bodoh dimatanya.
"K-kau sudah bang---"
Mataku kini sukses membelalak dengan degup jantung yang langsung berpacu dua kali lebih cepat saat ucapanku terpotong oleh perlakuannya yang langsung mengecup pipi kiriku.
"Selamat pagi, sayang... "
Sa-sayang?
Ya Tuhan, jantungku, tolong selamatkan!
Kini aku semakin kaku dan tak tahu harus bereaksi seperti apa dan melakukan apa, sehingga aku hanya bisa bangkit dari baringku lalu berniat untuk berdiri.
"Ak-aku akan menyiapkan sarapan," baru saja aku hampir berhasil duduk, tapi lenganku sudah lebih dulu ditarik dengan pelan membuatku kembali terbaring dan menghadapnya, tak ada banyak jarak yang menghalangi dan jika aku bergerak sedikit saja hidung kami pasti akan saling bersentuhan.
"Kenapa buru-buru sekali, kau belum menyelesaikan niatmu tadi," kini sebelah tangannya teralih menyisipkan rambut yang menutupi wajahku ke balik telinga, membuatku bisa dengan jelas melihat wajahnya dari jarak sedekat ini.
"Ni-niat?" Aku tidak mengerti.
"Iya," jari telunjuknya menepuk-nepuk kecil pipi kirinya, tepat dimana tadi aku hampir mendaratkan milikku disana.
Oh, jadi itu maksudnya?
Cih, wajahku kembali memerah, aku baru tahu kalau Jimin bisa semanis ini.
Melihatku yang tak kunjung memberikan respon, membuatnya menaikkan kedua alisnya menanti jawaban berupa tindakan.
"Tap-tapi..." aku tak tahu harus bagaimana?
"Baiklah, aku tutup mata saja kalau kau malu," sial, Jimin sialan, bisa saja membuat jantung orang berpacu berantakan.
Aku menarik nafasku dalam saat ia menutup matanya, sedikit tersenyum menantikan pendaratan, dan aku juga ikut tersenyum kecil melihatnya, lalu tanpa tunggu lama aku menyelesaikan niatku yang tertunda tadi, bibir kecilku berhasil mendarat disana, membuat sepasang bibirnya mengukir senyum yang lebih.
KAMU SEDANG MEMBACA
Meet You [Park Jimin]
FantasiaCerita ini bukan kisah tentang cinloknya seorang CEO perusahaan besar dan sekretarisnya, bukan pula tentang perjodohan bisnis anak-anak konglomerat. Melainkan sebuah kisah dimana seorang atlet volly wanita bernama Kim Hyerin yang tak sengaja terses...