"Tolong?"
Aku mengangguki pertanyaannya yang kebingungan oleh perkataanku barusan. Kini ia terdiam dan tak berkata apa-apa lagi, lalu ia berbalik memunggungiku.
Aku bingung tentu saja, "tung-tunggu!" Pekikku mencoba menahannya agar tak meninggalkanku, tapi ia tetap melanjutkan langkahnya membuatku juga langsung melangkahkan kaki membuntutinya.
Namun sepertinya ia bukan berniat meninggalkanku, karena langkahnya terhenti tepat di depan lantai kayu di sisi sungai yang kuyakini adalah tempat pemandian orang-orang di desa ini.
Aku melangkahkan kaki pincangku pelan-pelan untuk semakin mendekat, sesekali aku meringis kesakitan.
"Bagaimana kau bisa ada di sini?" Kali ini nada ucapannya tidak sekasar tadi, walau tak menolehku dan hanya fokus membersihkan dirinya yang berlumuran lumpur.
"Panjang ceritanya," jawabku singkat. Ia tak menjawabku lagi, hanya terdengar suara dari air yang ia ambil dan berakhir mendarat di tubuhnya agar bersih dari lumpur.
"Park Jimin." Ucapnya tiba-tiba.
"Eoh?" Sudahlah aku bingung, malah ia buat semakin bingung lagi. Kini ia sudah bersih dari lumpur dan aku dapat melihat wajahnya walau tidak terlalu jelas.
"Namaku Jimin, Park Jimin," ia mengulangi berniat menjelaskan.
Oh, jadi maksudnya berkenalan, toh?
Aku mengangguk-angguk sambil sedikit terkekeh canggung, "o-oh," aku menggaruk belakang kepalaku, ini terasa canggung sekali.
"Kemari..." ia mengayunkan tangannya meminta aku ikut turun ke tempatnya berdiri saat ini. Aku bingung lagi, "eoh?" Tak bisakah ia berkata jelas sehingga tidak membuat aku bingung seperti ini?
"Aku tidak tahu bagaimana ceritanya kau bisa sampai ada di desa ini, tapi yang jelas lukamu itu harus dibersihkan dulu sebelum makin parah," sambungnya cukup panjang, aku cukup tercengang dibuatnya, ternyata ia cukup peka dan detail untuk ukuran orang yang baru dikenal.
"Kau tidak takut?"
Keningnya mengkerut lagi, sepertinya kali ini terbalik, malah aku yang membuatnya kebingungan dan tidak mengerti dengan pertanyaanku.
"Takut?" Ia mengulangi, "takut kenapa?" Tanyanya lagi.
"Ya... takut saja, aku orang asing dan kau tidak takut aku akan berbuat jahat?" Aku berusaha menjelaskan maksud pertanyaanku tadi, entah kenapa setelah aku mengatakan kalimat barusan ia langsung tertawa.
Benar-benar tertawa.
"Kenapa tertawa?"
"Tidak, hanya saja itu terdengar lucu."
Dia aneh.
Aku hanya penasaran saja, karena ia tampak tak mencurigaiku, bisa saja kan aku berbuat jahat?
"Aku serius," aku tidak bercanda, lho!
"Sudahlah lupakan, cepat kemari..." Ia mendekatiku lalu mengulurkan tangannya ke arahku.
Aku menatap tangannya yang terulur, sedangkan ia menatapku dengan kedua alisnya yang bergerak memintaku turun.
Aku meneguk ludahku kasar, entah kenapa jantungku tiba-tiba berdebar kencang saat mata kami bertemu pandang. Tak dapat kupungkiri kalau dia... tampan.
Karena aku tak kunjung menyambut uluran tangannya, ia langsung menggenggam tanganku, mencoba membantuku untuk turun ke lantai kayu di sisi sungai ini.
"Pelan-pelan," ucapnya saat aku mulai menurunkan kakiku.
"I-iya," ya Tuhan aku gelagapan, lemah sekali kau Kim Hyerin!
KAMU SEDANG MEMBACA
Meet You [Park Jimin]
FantasíaCerita ini bukan kisah tentang cinloknya seorang CEO perusahaan besar dan sekretarisnya, bukan pula tentang perjodohan bisnis anak-anak konglomerat. Melainkan sebuah kisah dimana seorang atlet volly wanita bernama Kim Hyerin yang tak sengaja terses...