Aku tak tahu apa yang Aeri katakan kepada Ibu mertuanya setelah kejadian saat itu, karena sudah hampir dua minggu berlalu aku tidak pernah berkunjung ke rumah orang tua Jimin lagi, mungkin pandangan Ibu Jimin telah buruk terhadapku saat ini, tapi walau begitu, ada satu hal yang setidaknya membuatku merasa sedikit lebih tenang, Jiwoo selalu mengunjungiku dan berkata semuanya baik-baik saja.
Jiwoo bilang Ibunya berusaha melupakan kejadian hari itu, karena ia baru hanya mendengar dari sebelah pihak yaitu Aeri dan belum mendengar dari sisi pandangku. Beruntunglah Ibu Jimin orang yang bijak, setidaknya aku masih ada kesempatan untuk bisa menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi disaat aku sudah siap nanti.
Hari ini aku, Jungkook, dan juga kedua orang tuanya belanja ke pasar untuk keperluan pernikahan dua hari lagi, besok warga desa akan datang membantu memasak makanan untuk pernikahan.
Kami pergi menggunakan sepeda, beruntunglah Jungkook punya dua buah sepeda jadi kami semua bisa pergi ke pasar yang lokasinya cukup jauh.
Kedua orang tua Jungkook tampak sangat bersemangat saat berbelanja, membuatku semakin merasa bersalah pada mereka karena telah mempermainkan pernikahan yang suci ini.
"Hyerin-a, Jungkook-a, kalian ke arah sana ya beli wortel dan kentang." Perintah Ibu Jungkook, kami mengangguk, "iya Eommonie."
Aku dan Jungkook menelusuri pasar semakin dalam, melihat-lihat dagangan para pedagang yang berusaha melakukan jualan mereka.
"Jungkook-ssi, kita harus beli berapa banyak?" Tanyaku saat kami belum sampai di toko sayur yang menjual wortel dan kentang.
"Masing-masing satu kantong besar menurutmu cukup?" Jungkook meminta pendapatku, aku menggigit-gigit bibir bawahku sambil berpikir.
"Mmm... cukup sih sepertinya, kan nanti masih banyak lagi yang dibeli, kan?
"Iya."
"Yasudah, berarti segitu saja sudah cukup."
Jungkook mengangguk, lalu kami sampai di toko sayur dan Jungkook pun memesan sesuai yang kami bicarakan tadi.
Aku menunggu di samping Jungkook sambil memeluk angin, kulirik kanan kiri orang-orang yang sibuk dengan kegiatan mereka masing-masing.
Cukup menyenangkan memperhatikan kegiatan orang lain sambil menebak-nebak kehidupan seperti apa yang mereka jalani, apakah bahagia atau penuh luka sepertiku.
Tapi, pandanganku langsung terhenti atau lebih tepatnya benar-benar terfokus pada satu objek dimana sesosok laki-laki menyeramkan berdiri tegap dan menatapku dengan tajam. Seketika itu juga seluruh tubuhku merinding dan jujur saja aku takut melihat tatapannya itu.
Aku tak tahu siapa orang ini, janggut dan kumisnya yang menyatu seketika mengingatkanku pada hari itu.
Benar!
Dia laki-laki yang kulihat diperjalanan pulang saat peristiwa sungai yang berubah menjadi darah saat itu, laki-laki yang saat itu menatapku dengan tajam persis dengan tatapannya saat ini.
Aku berusaha untuk mengalihkan pandanganku darinya, tapi gerakan tangan dan bibirnya membuatku tak jadi mengalihkan pandang.
Jarinya menunjukkan angka dua dan bibirnya bergerak mengucapkan kata, "dua tahun lagi!" Tanpa bersuara.
Aku yang semakin ketakutan tapi juga penasaran dari maksud ucapannya itu jadi bingung, 'dua tahun lagi?' Apa maksudnya?
Aku langsung berlindung di belakang Jungkook, membuatnya sempat bingung melihat gelagat anehku yang tiba-tiba, tapi kukatakan aku tak apa-apa jadi ia hanya mengangguk dan fokus mengobrol dengan penjual sayur lagi. Lalu, saat aku memberanikan untuk menilik lagi ke arah laki-laki yang menyeramkan tadi, ia sudah tidak ada di tempatnya padahal belum satu menit aku mengalihkan pandang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Meet You [Park Jimin]
FantasiaCerita ini bukan kisah tentang cinloknya seorang CEO perusahaan besar dan sekretarisnya, bukan pula tentang perjodohan bisnis anak-anak konglomerat. Melainkan sebuah kisah dimana seorang atlet volly wanita bernama Kim Hyerin yang tak sengaja terses...