Turnamen.
Itu adalah kata dan hal yang paling aku suka, setiap mendengarnya aku bisa sangat bersemangat. Debaran jantung berpacu cepat dari sorak sorai penonton yang menyemangati saat kami bertanding adalah hal yang paling aku sukai, sensasinya yang tak biasa benar-benar memberikan candu tersendiri.
Ini adalah hari terakhir kami berada di Busan setelah berhasil memenangkan juara pertama dalam turnamen volly antar kota yang berlangsung selama satu minggu, bangga rasanya bisa membawa kabar baik untuk Seoul.
Aku dan tim sudah selesai briefing setelah selesai bertanding di babak final tadi, kami juga sudah berganti pakaian. Aku juga sudah mengabari kedua orang tuaku, ya walaupun aku yakin mereka sudah melihat beritanya di televisi.
Saat ini kami tengah bersiap-siap untuk kembali ke Seoul setelah hampir satu minggu disini, seluruh barang kami sudah dimasukkan ke dalam bus, kami juga sudah duduk di kursi masing-masing, hanya tinggal menunggu sopir yang masih asik menikmati kopinya dengan pelatih kami.
"Hyerin-a, obat anti mualmu masih ada?" Tanya Yejin yang duduk di kursi seberangku, gadis yang tidak pernah mampu naik bus berjam-jam, terlebih sudah kehilangan banyak tenaga dalam pertandingan.
"Masih ada, kau mual?" Tanyaku padanya, wajah cantiknya sudah pucat, kasihan sekali pasti ia sangat kelelahan.
"Iya, kurasa tak akan tahan sampai ke Seoul."
Aku langsung mengambil obat anti mual dari dalam tasku lalu memberikannya padanya, tak lupa air mineral juga, "ini, habis minum langsung tidur saja, wajahmu pucat sekali."
Ia mengangguk, "terima kasih Hyerin-a," ia langsung meminum obat anti mual yang kuberikan.
Aku kembali pada posisiku, menyandarkan diri di sandaran kursi bus dan menyumpal kedua telingaku dengan earphone. Seluruh tulangku seakan remuk, teman-temanku yang lain juga tampak sangat kelelahan, bahkan Jisoo yang duduk di sebelahku sudah tertidur dengan mulut yang sedikit menganga.
Tidak berselang lama pelatih dan sopir masuk ke dalam bus, lalu di menit berikutnya kami berangkat pulang menuju Seoul. Bus melaju dengan cepat, angin yang meniup wajahku dari balik jendela yang tak tertutup rapat membuatku semakin mengantuk, membuatku perlahan juga mulai terlelap.
Mungkin sudah sekitar satu jam kami di perjalanan dan tidak tahu apa yang terjadi selama itu, tapi aku merasa angin yang meniup wajahku dari tadi terasa mengecil membuatku terbangun dari lelapku.
Kupikir hanya perasaanku saja, tapi ternyata benar saat ini bus kami tengah berhenti di pinggir jalan. Aku melirik seluruh teman-temanku, mereka masih terlelep dan tidak ada hang menyadari kalau bus tengah berhenti selain aku. Kulihat supir dan pelatih kami pun tidak ada di posisi mereka, membuatku refleks melihat ke arah luar jendela yang langsung menampakkan sosok mereka.
Ya ampun, bisa-bisanya bus kami kebocoran ban.
Supir dan pelatih tengah mengganti ban depan sebelah kanan bus ini, mereka tampak kesusahan di bawah sana. Aku berusaha untuk tidak peduli dan kembali pada tidurku, namun panggilan alam yang secara tiba-tiba membuatku mau tidak mau harus keluar untuk menuntaskannya.
Namun disaat aku keluar dari bus, satu hal yang baru kusadari, kami tengah berada di jalan yang tidak ada perumahan ataupun minimarket sama sekali, hanya ada pohon-pohon yang menjulang tinggi.
Aku sempat mengurunkan niatku dan kembali masuk ke dalam bus, tapi sialnya sudah tidak bisa ditahan lagi, seperti sudah di ujung tanduk, tanpa pikir panjang aku langsung berlari ke dalam hutan dan masuk cukup jauh, karena harus menemukan tempat yang kurasa aman dulu, lalu setelahnya barulah aku mengeluarkannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Meet You [Park Jimin]
FantasyCerita ini bukan kisah tentang cinloknya seorang CEO perusahaan besar dan sekretarisnya, bukan pula tentang perjodohan bisnis anak-anak konglomerat. Melainkan sebuah kisah dimana seorang atlet volly wanita bernama Kim Hyerin yang tak sengaja terses...