Tidak ada orang yang terbiasa dengan hal-hal mengerikan walaupun terjadi setiap hari disekitar kita, tapi itulah yang kualami. Sudah hampir satu minggu berlalu setelah peristiwa meninggalnya gadis malang di sungai itu, setiap hari selalu ada saja hal yang tidak masuk akal terjadi di desa ini membuat kami tidak ada yang berani berkeliaran sendirian dan sembarangan di luar.
Jika diceritakan mungkin tidak masuk akal dan sulit dipercaya oleh otak, tapi daripada kupendam sendiri lebih baik kuceritakan saja.
Setiap harinya selalu ada hewan ternak warga-warga di desa ini mati yang tidak diketahui apa penyebabnya, tapi dengan cara yang menakutkan, seperti dia jam yang lalu saja contohnya, seekor sapi milik keluarga Jimin mati dengan kepala yang terpenggal rapi, lucu bukan?
Tidak, lebih tepatnya menakutkan!
"Jimin-ssi, apakah semua kejadian ini terjadi karena kami?" Aku membuat Jimin buyar dari lamunannya.
"Kami?" Ia mengulangi, tak mengerti maksudku.
"Iya, jika saja seandainya kami tidak tersesat ke desa ini mungkin semua kemalangan tidak akan terjadi dan kalian hidup dengan aman."
Jimin terkekeh, aku bingung dibuatnya.
"Tidaklah Hyerin-ssi, kau ini mengada-ada saja, namanya juga sudah takdir mau bagaimana lagi?"
Aku menarik nafasku pelan sambil mengulum setengah bibirku, memilih untuk menikmati indahnya awan-awan yang mengepul di langit.
"Hyerin-ssi..."
Aku langsung menoleh padanya yang mengucapkan namaku pelan, aku tak menjawab, hanya tersenyum kecil bersamaan dengan kedua alisku yang naik menantikan apa yang akan ia katakan.
Ia malah menggeleng sambil tersenyum, "tidak," ucapnya lalu mengalihkan pandangannya ke langit, ia membuatku penasaran saja. Aku memincingkan kedua mataku ke arahnya lalu kembali menatap langit.
"Aku hanya penasaran bagaimana perasaanmu," suaranya kembali menyapa.
"Perasaanku?" Aku mengulangi, kali ini aku yang tidak mengerti.
"Pasti tidak mudah menerima semua yang terjadi, apalagi kau tidak bisa bertemu orang tuamu dan kembali lagi."
Oh, kupikir perasaan macam apa yang ia tanyakan.
"Sedih, khawatir, takut, marah, jika ingin disebutkan semua yang aku rasakan mungkin tidak akan cukup dua puluh empat jam, tapi seperti yang kau katakan beberapa menit yang lalu, namanya juga sudah takdir mau bagaimana lagi?"
Kali ini ia kembali terkekeh mendengar jawabanku, ia menolehkan pandangannya untuk menatapku dengan tatapan hangat dan senyumnya yang menenangkan bagiku.
"Jangan menatapku begitu, aku ini wanita yang kuat asal kau tahu." Aku tahu walau tak menoleh ke arahnya, tapi wajahnya jelas masih memperhatikanku, aku ikut tersenyum tapi masih memandang langit.
"Aku akan menikah."
Jreg!
Perlahan senyumku langsung luntur dengan perasaan aneh yang langsung menyerang dadaku, aku mengerjapkan kedua mataku beberapa kali sebelum menoleh ke arahnya.
"M-menikah?"
Ia mengangguk.
"K-kapan?"
"Bulan depan."
"Bulan depan?"
Ia mengangguk lagi lalu menarik nafasnya dalam, "mungkin setelah aku menikah aku tidak bisa menjagamu lagi, karena aku akan pindah."
KAMU SEDANG MEMBACA
Meet You [Park Jimin]
FantasiCerita ini bukan kisah tentang cinloknya seorang CEO perusahaan besar dan sekretarisnya, bukan pula tentang perjodohan bisnis anak-anak konglomerat. Melainkan sebuah kisah dimana seorang atlet volly wanita bernama Kim Hyerin yang tak sengaja terses...