"Dasar kau wanita pendosa biadab, tidak tahu malu!"
"Aku tidak sudi punya menantu kotor sepertimu!"
"Kau pikir, dengan berkata kalau anak yang kau kandung adalah anak Jimin, kami akan membiarkan Jimin menikahimu, begitu?"
"Memangnya kami tahu dengan siapa saja kau melakukannya? Bisa kau membuktikannya?!"
"Selama ini aku percaya padamu yang bahkan tidak kuketahui asal-usulmu!"
"Aku memang terlalu bodoh membiarkan sembarang orang tinggal di rumah ini!"
"Semenjak kau datang, selalu banyak masalah menimpa keluarga ini!"
Kupikir, mungkin kalimat-kalimat semacam itulah yang akan aku dengar dari mulut orang tua Jimin setelah Jimin dengan tegasnya berkata ingin menikahiku.
Namun, ternyata tidak.
Ibu Jimin malah langsung memelukku, ia menangis hebat sambil tanpa henti-hentinya mengusap puncak kepalaku. Air mataku ikut tumpah membasahi pundaknya, tangis menghantarkan rasa lega dalam diriku, aku masih sulit percaya bahwa ini nyata, dan memang terlalu nyata untuk mengiranya sebagai mimpi. Selang sepuluh detik, tubuh lain ikut ditarik dalam pelukan, raga yang ikut terisak pilu dan gemetar.
"Maafkan Eomma Jimin-a, Eomma tidak tahu apa-apa selama ini, kau pasti sangat tersiksa menanggungnya sendiri, maafkan Eomma, maaf..."
"Maafkan Eommonie juga Hyerin-a, Eomma sudah sempat salah paham padamu..."
"Kami tidak akan menghalangi kalian, selama ini pasti kalian sudah mengalami banyak kesulitan."
"Menikahlah, secepatnya lalu berbahagia."
Kalimat-kalimat itu seakan memiliki efek sihir yang kuat, karena sukses membuat jantungku berdebar kencang setiap kali mengingatnya kembali.
Benarkah aku dan Jimin bisa bersama?
Nyatakah kalau kami benar-benar akan bersatu?
Mungkin, jika Jimin tidak berada di sebelahku aku sudah berteriak sekencang mungkin dari tadi. Menuntaskan rasa yang bercampur aduk ini. Namun, ada satu hal lagi yang belum selesai, membuat kekhawatiran yang kembali mengusik diri ini.
"Akan lebih baik jika kita berdua pergi menjelaskannya bersama, aku akan menanggung akibatnya. Jeon Ahjjuma pasti mengerti jika kita menjelaskan keadaan kita dengan jelas, aku yakin dia akan melepaskanmu."
Benar, Jungkook dan keluarganya.
Membayangkan aku akan meminta cerai dari Jungkook dan berhadapan dengan orang tua Jungkook untuk menjelaskan semuanya membuatku sungguh merasa bersalah, memohon maaf sambil bersujud dihadapan mereka pun tidak akan cukup untuk menebus kesalahanku yang telah mempermainkan ketulusan mereka.
Aku benar-benar tak layak disebut manusia.
"Tapi, apakah mereka akan baik-baik saja? Aku tidak sanggup, mereka pasti akan sangat terluka jika tahu pernikahan kami selama ini hanyalah pura-pura," aku menunduk, keraguan dan kekhawatiran itu semakin membesar.
Dan dua detik setelah kepalaku tertunduk, Jimin menggenggam tangan kananku, menyalurkan ketenangan melalui sentuhan jemarinya. Aku menaikkan kepalaku perlahan, menatapnya yang ada di sebelahku ini.
"Kau percaya aku, kan?" Keseriusan yang tersalur melalui empat kata barusan sungguh berhasil kembali mengguncang yang ada di dalam sana. Tatapan mata, air muka, dan nada bicara yang sungguh mampu membuatku terbang hingga ke langit teratas.
KAMU SEDANG MEMBACA
Meet You [Park Jimin]
FantasíaCerita ini bukan kisah tentang cinloknya seorang CEO perusahaan besar dan sekretarisnya, bukan pula tentang perjodohan bisnis anak-anak konglomerat. Melainkan sebuah kisah dimana seorang atlet volly wanita bernama Kim Hyerin yang tak sengaja terses...