Kedua mataku mengerjap berkali-kali, berusaha menetralkan pandangan yang baru menyapa cahaya selama berjam-jam. Kudapati remang-remang cahaya ruangan yang hanya diterangi oleh pelita.
Suara dari arah dapur seperti orang yang sedang memasak membuatku terbangun, siapa yang sedang disana, sedangkan aku hanya tinggal berdua dengan Jungkook.
Kepalaku terasa berat, sakit sekali rasanya, bahkan aku sampai meringis kecil. Jam berapa sekarang, diluar masih gelap tapi ayam sudah mulai berkokok, cepat sekali sudah dini hari lagi, padahal rasanya aku baru saja melelapkan mata.
Saat pandanganku berpindah, kudapati sosok Jungkook yang masih tertidur pulas dengan kedua tangan yang ia lipat menjadi bantal dengan menghadap ke samping, ke arahku di seberang sana. Bulu mata lentik itu membuat kedua matanya yang memejam menjadi tampak lebih indah, pahatan hidung, bibir, dan segala yang ada di wajah itu tampak sempurna, dan hati yang sempurna membuatnya lebih sempurna dari sempurna.
Aku terdiam memandanginya yang sedang melepaskan diri dari rasa lelah dan beratnya hidup, heningnya suasana membuat tenang nafasnya dapat terdengar, teduh sekali.
Bagaimana Aeri bisa tidak jatuh cinta pada pria sebaik Jungkook, ditambah wajah yang luarbiasa sempurna yang aku saja tak yakin apakah bisa menemui pria setampan dan sebaik Jungkook di luar sana.
Perasaan bersalah padanya tak pernah luput dari hatiku, keadaan membuatnya harus ikut terlibat dalam peliknya kisahku.
Uang beratus juta pun tidak akan bisa menggantikan kebaikannya.
Baiklah, aku melupakan penyebabku terbangun. Aku langsung bangun dari baringku sambil memegangi kepalaku dengan sedikit meringis kecil, berniat pergi ke dapur untuk memeriksa apakah aku salah dengar atau memang ada seseorang disana.
Aku keluar kamar meninggalkan Jungkook yang masih tertidur pulas, dengan langkah pelan dan hati-hati aku akhirnya sampai di dapur yang tidak terlalu jauh dari kamar, mengingat rumah yang sederhana maka hanya membutuhkan beberapa langkah saja untuk sampai.
Jantungku sedikit berdebar memikirkan jika benar-benar ada seseorang disana, sebab suaranya hanya sekali dan sudah tak terdengar lagi sejak aku terbangun tadi. Aku hanya butuh memastikan.
"Eommonie?" Ya ampun, aku langsung lega melihat siapa disana, syukurlah itu adalah Ibu Jungkook, padahal pikiranku sudah kemana-mana tadi.
"Eo, Hyerin-a..." ia yang tengah memasukkan hasil masakannya ke dalam rantang pun menoleh ke arahku, tersenyum sekilas dan kembali fokus dengan kerjaannya.
"Ada apa seawal ini Eommonie?"
"Oh ini, Eommonie ingin membuat bubur kacang merah untuk kalian, tapi rupanya kacang merah di rumah sedang habis jadinya Eommonie kemari, maaf ya Eommonie masuk diam-diam sampai membuatmu terbangun, kalian masih tidur jadi tidak mungkin dibangunkan, Eommonie tidak tega."
"Ya ampun Eommonie, kenapa minta maaf. Ini kan rumah Eommonie juga."
"Iya nak, tapi kau sampai terbangun begini, maaf ya Eommonie terlalu ribut kalau sudah di dapur."
"Tidak apa-apa Eommonie, aku malah senang dipedulikan seperti ini."
"Iya, kalau begitu kau lanjut tidur saja sana, jangan hiraukan Eommonie."
"Iya Eommonie, aku tinggal ya."
Aku langsung kembali ke kamarku setelah melempar senyum pada Ibu Jungkook yang notabenya adalah Ibu mertuaku saat ini.
Lihat sendiri, kan?
Bagaimana baiknya keluarga Jeon kepadaku. Mempedulikanku dan memperlakukanku yang tidak tahu diri ini dengan penuh kasih sayang, aku hanya bisa menahan malu pada diriku sendiri, sangat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Meet You [Park Jimin]
FantasyCerita ini bukan kisah tentang cinloknya seorang CEO perusahaan besar dan sekretarisnya, bukan pula tentang perjodohan bisnis anak-anak konglomerat. Melainkan sebuah kisah dimana seorang atlet volly wanita bernama Kim Hyerin yang tak sengaja terses...