Dua bulan berlalu sudah dengan status sebagai istri dari seorang Jeon Jungkook, sebenarnya tak ada yang berubah dalam hidup kami selain hanya status. Hari-hari yang kami lalui masih sama seperti biasa, makan untuk hidup dan bekerja untuk bertahan.
Uang yang kami hasilkan kami kumpulkan untuk keperluan sehari-hari, bergotong royong membeli segala hal yang dibutuhkan.
Aku tidak menyangka mata uang sebesar lima ribu won kini sangat berarti bagiku, yang dulunya dengan nominal itu hanya cukup untuk uang parkir bagi seorang kaya muda sepertiku. Aku bukan berniat sombong, hanya saja itu memang kenyataannya.
Aku memang terlahir dari orang tua yang kaya, harta seakan tak akan habis jika di foya-foya. Tapi, ada 'tapi' yang harus kalian ingat, kayanya orang tuaku tidak menjadikanku seorang manja.
Aku telah menghasilkan uang dengan hasil keringatku sendiri sejak aku sekolah menengah pertama, dengan bakatku di bidang volly memberikanku banyak keuntungan yang dimana membawaku ke berbagai macam belahan dunia dan tentu saja menghasilkan uang, negara seakan mengakuiku sebagai harta mereka, memberiku uang dengan nominal yang seakan tak takut akan menghabiskan harta negara hanya karena mewakili negara untuk mengharumkannya ke negara-negara penyelenggara segala lomba.
Uang dari hasil lomba-lomba yang kuikuti ke berbagai manca negara kutabung hingga tak terhingga nominalnya, yang tentu saja membuatku tak pernah menyentuh uang dari orang tuaku sekalipun mereka mengirimiku setiap bulannya. Terlebih, aku anak satu-satunya.
Dan sekarang?
Untung saja aku seorang pekerja keras dan mudah beradaptasi dimana pun aku tinggal. Sehingga, perihal bekerja di sawah bukanlah masalah besar bagiku sekalipun aku tak pernah melakukannya seumur hidupku. Hanya saja, ya... kulit dan kukuku tak sebagus dulu, harus berhadapan dengan terik matahari dan lumpur yang memasuki sela-sela kuku.
Dengan usia kandungan yang hampir menginjak bulan keempat ini, aku masih bisa bergerak bebas kesana kemari, bekerja bersama Jungkook dan pergi ke pasar untuk membeli keperluan. Bobot perutku bertambah hanya saja aku juga tidak mengerti kenapa perutku tidak banyak berubah diusia kandungan bulan ke empat ini, apalagi pakaian yang kupakai ukurannya besar dan membuatnya terlihat masih seperti rata.
Aku berusaha menikmati hidupku, jika memang garis tanganku begini, ya harus aku jalani bukan?
Aku akan segera menjadi seorang Ibu, diusiaku yang masih sangat muda ini. Walaupun sebenarnya aku masih belum mengharapkannya, tapi ia akan segera hadir dalam nyata menyapaku dengan tatapan binarnya, lagipula ini bukan salahnya melainkan aku, salah karena tidak bisa mengendalikan diri yang dengan mudahnya dihancurkan.
Meski tak mudah, aku percaya waktu pasti akan menyembuhkan dari segala lara.
Hari ini aku dan Jungkook sedang membantu warga desa menyiapkan acara pesta tahunan yang dibuat oleh warga-warga desa untuk memperkuat tali kekeluargaan. Yang dimana akan sangat meriah dengan pesta makan-makan dan bermain berbagai macam permainan.
Setiap rumah membawa bahan-bahan untuk acara pesta, dan kami berdua membawa beras dan beberapa macam sayuran.
Terdengar lucu bukan? Tapi sungguh, ini menyenangkan.
Para bapak-bapak dibantu dengan pria-pria muda bertugas merapikan dan menyusun meja dan kursi-kursi, sedangkan para ibu-ibu yang dibantu wanita-wanita muda termasuk aku bertugas untuk memasak.
Suasana saat ini tidak jauh berbeda dengan suasana saat acara masak-masak di pernikahan kami, hanya saja dilakukan di sore hari karena acaranya malam. Pekak-pekik anak-anak yang bermain sambil berlari kesana kemari menghiasi kegiatan kami.
Aku duduk berkeliling bersama wanita-wanita muda lainnya yang dimana juga sudah menikah dan beberapa sudah punya anak, tak terkecuali Aeri, ia juga bergabung bersama kami.
KAMU SEDANG MEMBACA
Meet You [Park Jimin]
FantasyCerita ini bukan kisah tentang cinloknya seorang CEO perusahaan besar dan sekretarisnya, bukan pula tentang perjodohan bisnis anak-anak konglomerat. Melainkan sebuah kisah dimana seorang atlet volly wanita bernama Kim Hyerin yang tak sengaja terses...