"Hyerin-a, Jeon Ahjjuma ingin kau main ke rumahnya."
Aku menghentikan aktivitas menyisir rambutku, aku baru saja selesai mandi pagi.
"Kapan Eommonie? Sekarang?"
"Eo."
"Baiklah Eommonie, aku bersiap dulu." Aku lanjut merapikan diri, aku tidak tahu kenapa Bibi Jeon ingin aku main ke rumahnya, tapi aku akan pergi saja.
Hanya membutuhkan waktu sekitar dua menit untukku selesai dan kini sedang berjalan menuju teras.
"Jiwoo akan menghantarmu," ucap Ibu Jimin, aku mengangguk sambil tersenyum.
"Nanti kalau belum dijemput jangan pulang dulu ya? Kami mau membicarakan pernikahan Jimin di rumah pengantin wanita."
Lagi-lagi senyum yang merekah di bibirku langsung luntur seketika, kenapa mendengar kata 'pernikahan' itu sangat menyakitkan sekali?
Aku hanya bisa mengangguk sambil mengulum senyum tak nyaman, Ibu Jimin juga tersenyum.
"Jiwoo-ya, cepat." Pekiknya meneriaki Jiwoo yang masih di dalam rumah.
"Iya Eomma, sebentar." Sahut gadis itu.
Dimenit berikutnya Jiwoo sudah keluar dari rumah, "ayo Eonnie," ajaknya, aku mengangguk.
Ibu Jimin mengusap pundakku pelan, "hati-hati ya," ucapnya lalu beralih untuk masuk ke dalam.
Aku dan Jiwoo pergi berjalan kaki ke rumah Bibi Jeon, aku tidak tahu dimana rumahnya karena hari ini aku baru merasakan berjalan dan menghirup udara bebas setelah kejadian-kejadian menakutkan itu terjadi, sudah hampir tiga hari ini tidak ada kejadian-kejadian menakutkan lagi.
"Jiwoo-ya..."
"Iya Eonnie?"
"Nanti setelah Jimin menikah, dia tidak tinggal bersama kita lagi?"
Jiwoo mengangguk dengan sedikit raut wajah yang seperti tak rela, "iya, disini kalau sudah menikah tidak boleh tinggal bersama orang tua lagi, baik di rumah orang tua wanita ataupun laki-laki, jadi harus punya rumah sendiri." Jelasnya.
Lagi dan lagi untuk kesekian kalinya aku hanya bisa mengangguk, tidak ada kata yang cocok untuk menjawabnya. Kami terus berjalan dalam hening tanpa sepatah katapun lagi, dan hampir tujuh menit berjalan kaki akhirnya sampai di rumah Bibi Jeon.
"Eonnie, kau ketuk saja pintunya, aku mau langsung menyusul Eomma, Appa, dan Oppa."
"Terima kasih Jiwoo, kau hati-hati ya."
"Eooo..."
Setelah Jiwoo pergi aku langsung naik ke teras rumah Bibi Jeon, aku mengetuk pintunya.
"Jeon Ahjjuma..." pekikku, tak berselang lama pintu terbuka.
"Eo kau sudah datang? Ayo masuk..." sambut Bibi Jeon dengan senyumnya yang merekah.
"Iya Ahjjuma, terima kasih." Ucapku.
Suasana rumah Bibi Jeon tidak jauh berbeda dengan rumah Jimin, mungkin hanya bentuknya saja yang berbeda tapi material bahan rumahnya tentu saja sama, terbuat dari kayu.
"Ahjjuma sudah memasak banyak untukmu." Bibi Jeon memperlihatkan masakan yang sudah tersusun rapi dan penuh di atas meja. Kami berdua duduk di depan meja tersebut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Meet You [Park Jimin]
FantasíaCerita ini bukan kisah tentang cinloknya seorang CEO perusahaan besar dan sekretarisnya, bukan pula tentang perjodohan bisnis anak-anak konglomerat. Melainkan sebuah kisah dimana seorang atlet volly wanita bernama Kim Hyerin yang tak sengaja terses...